Membaca judul atas mungkin mengingatkan Anda seorang tokoh superhero fiksi yang judulnya kurang lebih mirip “Jaring-Jaring Spiderman”. Jaring-jaring atau orang menyederhanakannya dengan jejaring adalah ikatan yang bersifat semi terstruktur yang menghubungkan satu node (titik) dengan node yang lain. Sebelum kita mulai artikel ini, mari kita anggap node atau titik ini sebagai startup untuk memudahkan pemahamannya.
Pilar pertama: diri
Pada suatu hari saya mengikuti sebuah kegiatan bertema membangun technopreuner. Sebuah tema yang tengah ‘ngehits’ di masa itu. Acaranya sederhana, pada dasarnya panitia mengundang beberapa orang yang berhasil membangun startup, entah itu berhasil karena ekspansi pasar, berhasil karena mendapatkan funding dari VC (Venture Capital), atau berhasil menggandeng perusahaan besar multinasional dalam menjual produknya. Singkat cerita, pada sesi istirahat ada peserta yang berdiskusi dengan peserta yang lain.
“Ah buat startup di masa kini perlu modal besar tampaknya, saya lihat beberapa pembicara yang menjadi narasumber memiliki latar belakang yang berasal dari keluarga mampu, mantan pekerja berprestasi di perusahaan multinasional ternama, atau para pekerja luar negeri yang kembali dan memiliki kecukupan modal.”
Saya jujur terpaku. Yang dia kemukakan benar adanya. Saya jadi ingat Sang Pemilik Hidup Yang Maha Kaya, kemudian teringat salah satu quote dari salah seorang mentor motivasi pada saat saya kuliah:
“Jika kita harus memilih uang 500 juta dengan salah satu tangan kita, apakah kita mau menukarnya, jika kita harus memilih uang 1 miliar dengan kehilangan satu mata kita, apakah kita juga mau menukarnya untuk modal startup kita.”
Silahkan Anda jawab dengan hati. Saya yakin jika Anda sungguh-sungguh menjawabnya, jawabannya akan sama persis dengan yang dikatakan tersebut.
“Tidak… mata, tangan, kaki, hidung kita tidak bisa ditukarkan dengan uang modal untuk sebuah startup.”
Anda melihatnya? Secara natural kita sebagai umat manusia sudah cukup kaya. Semua yang kita miliki dan dalam tubuh kita sudah sangat canggih dan dapat digunakan. Jadi mari kita sepakati sebuah aturan pertama bahwa Tuhan sudah memberikan modal awal kita untuk membangun startup dan ini adalah pilar utama membentuk jaring-jaring startup. Modal memang perlu tetapi semangat kita membuat produk yang baik lebih diperlukan.
Pilar kedua: persaudaraan dan kerja sama
Pilar selanjutnya? Mari saya pindah Anda ke cerita selanjutnya. Pada saat itu saya tengah di sebuah kegiatan seminar e-government. Saya datang lebih pagi karena memenuhi undangan. Pada saat itu saya kaget bukan kepalang bertemu teman seangkatan saya yang saat ini bukan hanya memiliki bisnis software sebatas startup garasi tetapi memiliki gedung bertingkat dengan lebih dari dua puluh pegawai di bawah komandonya. Terus terang saya sedikit cemburu, tetapi saya yakin konsep Sang Pencipta bahwa rezeki itu sudah diatur berdasar ikhtiar (usaha), istiqomah (kesungguhan) dan tawakal (kesabaran).
Coba tebak, kenapa saya cemburu? Tidak, saya tidak cemburu karena dia berlimpahan harta atau keamanan finansial. Yang membuat saya sangat cemburu adalah semua nama teman yang saya kenal dan yang saya ketahui membuat startup bersama dia masih ada, masih di sana, masih berkarya, dan masih membangun kekaisaran startup mereka di tengah badai keuangan, badai sepi pekerjaan, atau bahkan badai hutang. Itu yang membuat saya salut!
Banyak di antara kita, founder sebuah startup, tidak tahan untuk mencari pekerjaan yang lebih mapan, tidak sanggup untuk bertahan dari badai sehingga berpindah pekerjaan, hingga tidak tahan untuk membuat startup sendiri karena startup yang dia ikuti sudah tidak sejalan dengan kebebasan atau pola pikirnya. Itu memang bukan kesalahan, karena memang sangat mudah membuat startup dibandingkan mempertahankan.
Tetapi apakah Anda melihatnya? Membuat startup bukanlah mencari orang yang cerdas, ber-IPK 3.8, berasal dari universitas ternama, atau bahkan berpendidikan S2/S3 untuk mengakselerasi pertumbuhan startup Anda. Tidaklah selalu penting dengan atribut tersebut rekan di samping Anda, tetapi sangatlah penting untuk Anda tahu siapa yang bisa berada di samping Anda selama startup itu ada.
Jadi izinkan kita ungkapkan pilar jaring-jaring startup berikutnya yang kita sebut ukhuwah atau persaudaraan. Membuat startup adalah membentuk persaudaraan baru, ibarat kaki yang tertusuk jarum, maka mulut berteriak, ibarat startup itu terkena musibah maka orang-orang sebenarnya adalah yang tetap ada untuk membangunnya kembali bukan yang pergi meninggalkannya.
Pilar ketiga: power of people
Lalu bagaimana dengan pilar ketiga dari jaring-jaring startup? Ambil contoh kembali ketika Saya melihat bagaimana kolega saya bekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain, kemudian membuat startup, membuat produk, memperoleh hibah sebegitu besar tetapi tetap hidup sederhana. Saya melihatnya sendiri bagaimana seseorang yang mampu membeli Porsche tetapi tetap menggunakan mobil yang sederhana. Sampai pada suatu saat saya mencoba memahami ke mana semua keberhasilan itu? Ternyata pegawainya yang suka nonton bola dia belikan tiket untuk mendukung timnya di luar sana. Seorang tangan kanannya yang gemar beribadah dia belikan tiket umroh sekeluarga, hingga anak SMK yang ikut dia semenjak startup itu berdiri dia pinjamkan rumah tinggal. Luar biasa! Saya hanya tertegun.
Anda tahu kenapa saya tertegun? Pertama, saya melihat kepercayaan dia kepada setiap orang yang sudah berjuang, setiap orang yang tidak pernah mengeluh pada saat tidak gajian, dan tidak mengeluh pada saat pekerjaan yang berat atau perubahan manajemen startup. Kita semua tahu bahwa salah satu ciri sebuah startup yang akan menjadi perusahaan menengah ke atas akan mengalami transformasi kebebasan dan mengarah keberaturan dan kedisiplinan yang kita sebut dengan manajemen. Dari yang meeting tidak terjadwal menjadi terjadwal, dari yang bisa masuk kapan saja akhirnya harus disiplin.
Pada saat itu mungkin ‘kebebasan’ yang diimpikan oleh kaum muda pengembang startup akan mulai bergeser ke ‘ala enterprise’ yang membosankan, tetapi pada tahap itu bergembiralah karena artinya startup tempat Anda bekerja itu tumbuh dan orang-orang yang sampai ke tahap tersebut dan itu layak kita sebut sebagai para pejuang .
Jadi apakah implikasinya? Tidak usah ragu jika suatu saat Anda sebagai founder harus mencairkan dana simpanan perusahaan untuk kesejahteraan para pejuang di sana. Sungguh uang yang Anda sebut sebagai keberhasilan yang tidak lain adalah ‘meta-success’. Inti startup bukan seberapa banyak yang disimpan di pundi perusahaan, tetapi seberapa besar startup tersebut dapat memberi manfaat kepada para pejuang. Ingat startup adalah ‘the power of people’.
Pada suatu saat keterbatasan melanda Anda, yakinlah dan tetap tersenyum karena Startup Anda berisi orang hebat! Inilah yang saya sebut pilar ketiga jaring-jaring startup. “The Power of People”, slogan yang sama persis ketika Steve Ballmer ex-CEO Microsoft, mengubah Microsoft dari kegalauan enterprise menjadi enterprise yang tumbuh dan berani lewat Cloud dan Office 365-nya.
Sebagai penutup mari kita simpulkan tiga pilar utama jaring-jaring startup. Pertama adalah selaku founder, Anda harus memiliki komitmen untuk menggunakan yang Tuhan berikan terutama tenaga dan sebagian besar waktu Anda untuk membuat inti dari jaring-jaring startup ini. Pilar kedua adalah membangun ukhuwah dan silaturahim antara founder, rekanan, dan pelanggan, walau terbilang sederhana inilah yang membuat jaring-jaring startup makin luas dan besar. Selanjutnya pilar ketiga adalah bagaimana sebuah startup berpikir lebih jauh agar jaring-jaring startup yang dibuat lebih kuat solid dan tidak mudah patah, rahasianya adalah ‘the power of people‘ utamakan pengembangan personal dibanding hal lain yang ada di startup Anda. Memang mudah berkata, tetapi tidak ada salahnya mencoba.
Selamat berpuasa dan tetap berkembang untuk jaring-jaring startup Anda.
—
Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Ridi Ferdiana melalui sejumlah penyuntingan
Dr. Ridi Ferdiana adalah pemerhati di bidang teknologi pendidikan dan juga rekayasa perangkat lunak. Saat ini berperan sebagai research and education advisor di Microsoft Innovation Center dan juga sebagai peneliti di Universitas Gadjah Mada.