Pada hari Jumat kemarin, Bouncity akhirnya meluncurkan aplikasi Android mereka. Walaupun Bouncity sebelumnya hanya memiliki satu aplikasi, yaitu untuk BlackBerry, sebenarnya telah tersedia juga versi mobile web sejak Agustus lalu. Pada peluncuran Bouncity di awal Juni, tim dibalik pengembangan layanan ini telah berjanji untuk merilis aplikasi untuk iPhone dan Android pada akhir Juli, tetapi jelas peluncurannya tertunda.
Keputusan untuk meluncurkan aplikasi BlackBerry sebelum versi lain berdasarkan alasan bahwa terdapat jumlah serta aktivitas pengguna jaringan sosial di Indonesia yang signifikan berpusat di ponsel BlackBerry. Meski pengguna mobile internet di Indonesia bukan berpusat pada smartphone, namun mereka belum tentu merupakan target market dari layanan Bouncity.
Pada bulan Juli, COO Bouncity, Kevin Osmond telah memperlihatkan tampilan dari aplikasi Bouncity untuk iPhone ini nantinya, ia juga mengakui bahwa aplikasi itu mungkin hadir agak lama – beberapa bulan lagi, meskipun Kevin tidak menjelaskan alasan penundaan rilis.
Kurang lebih seminggu yang lalu, saya mendapat informasi bahwa aplikasi untuk Android akan dirilis lebih dulu daripada versi iPhone, hal ini sedikit mengejutkan saya karena aplikasi untuk iPhone telah dikembangkan jauh sebelumnya. Faktanya, pengembangan aplikasi untuk iPhone segera dimulai setelah aplikasi untuk BlackBerry tersedia, jadi apakah yang menjadi alasan penundaan untuk merilis aplikasi bagi pengguna iPhone?
Setelah berbincang dengan beberapa orang dari Bouncity, tidak ada seorang pun yang mengatakan alasan penundaan tersebut, namun mereka semua terlihat cukup frustrasi karena tidak dapat merilis aplikasi iPhone pada waktu yang ditentukan, dan satu orang mengatakan bahwa peluncuran iOS 5 juga berkontribusi pada proses pengerjaan ulang aplikasi, meski ia menolak untuk menguraikan lebih lanjut apa penyebabnya.
Akankah rilis dari aplikasi iPhone dan Android bisa membantu pengenalan dan penggunaan Bouncity? Sulit untuk mengatakannya saat ini, dan jika melihat dari sisi adopsi pengguna, sepertinya Bouncity belum mendapatkan dorongan yang cukup besar agar aplikasi ini digunakan oleh banyak orang. Apakah mereka tidak terlalu tertarik untuk melakukan tantangan yang ada di Bouncity? Apakah imbalan atau insentif tidak cukup menarik? Apakah tantangan yang diberikan terlalu menuntut?
Perspektif lain dalam hal ini bisa jadi dikarenakan banyaknya layanan online lain yang minta perhatian pengguna. Ada Facebook, Twitter, Google+, Foursquare, BBM, Tumblr, Koprol, Instant Messaging, blog, serta berbagai situs lain yang semuanya meminta perhatian untuk digunakan, yang akhirnya membuat orang-orang mulai kehilangan minat dalam mengambil aktivitas online lain. Sudahkah kita mencapai batas penggunaan jumlah layanan Internet, atau Bouncity hanya belum mendapat formula yang tepat?