Hari ini iPrice Group pengusung layanan metasearch engine yang beroperasi di Asia Tenggara mengumumkan pendanaan seri A sebesar $4 juta (atau senilai Rp 53,6 miliar) yang dipimpin Asia Venture Group (AVG) dan Venturra. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini Gobi Parners, DMP, Econa, Starstrike Ventures dan pendaan personal dari CEO iPrice. Sebelumnya AVG juga terlibat pendanaan untuk seed funding.
Sebagai salah satu bagian terpenting, pangsa pasar Indonesia akan menjadi fokus pengembangan pasca pendanaan ini. Menilik data transaksi di Indonesia sendiri, dalam 12 bulan terakhir pertumbuhan iPrice di Indonesia tergolong sangat signifikan. Pertumbuhan trafik mencapai 700%, meningkat 8 kali lipat selama satu tahun.
Kepada DailySocial pihak iPrice menyampaikan, bahwa dalam target capaian bisnis 2017 Indonesia akan terus menjadi pasar utama baginya, dari segi ukuran pasar, kompetisi e-commerce yang panas dan juga fragmentasi yang terjadi di Indonesia.
“Kita melihat sudah mulai banyak merchant yang menghubungi kita secara organik untuk bergabung dalam platform iPrice. Kami percaya bahwa tren tersebut akan semakin meningkat pada tahun mendatang, didukung dengan usaha konten marketing kami yang membuat iPrice semakin diketahui banyak orang dan memperkuat posisi kami sebagai platform metasearch terdepan di Indonesia,” disampaikan PR Marketing Executive iPrice Indonesia Andrew Prasatya.
iPrice berencana untuk membuka katalog produk terbesar di Asia Tenggara yang dapat dimonetisasi oleh pihak ketiga dengan tool yang disesuaikan untuk mendorong potensi pendapatan mereka. Selain itu, guna mendukung perkembangan ke tahap yang lebih lanjut, iPrice menambahkah 2 anggota kunci pada tim kepemimpinan Konstantin Lange (Co-Founder HappyFresh) sebagai COO dan Matteo Sutto (alumni Zalora dan Founder Tate & Tonic) sebagai Senior Vice President of Growth.
“Kami telah melihat kebutuhan akan platform yang komprehensif di mana pelanggan dapat secara konsisten mencari harga terbaik dan juga informasi produk. Di saat yang sama, kami juga melihat adanya kebutuhan akan saluran pemasaran yang terpercaya dan diukur berdasarkan hasil untuk membantu merchant. Dalam 12 bulan terakhir, kami menolong banyak partner kami untuk mengembangkan trafik dan Gross Merchandise Volume sebesar 50%,” ujar CEO iPrice Group David Chmelař.
Pertumbuhan e-commerce yang sangat cepat dan sangat terfragmentasi merupakan tantangan tersendiri bagi pelanggan untuk mencari produk dengan harga terbaik dari begitu banyak merchant. Sebuah studi yang iPrice lakukan mengungkapkan bahwa hanya 2 dari 10 produk di Asia Tenggara yang memiliki harga terendah yang datang dari merchant e-commerce terbesar, artinya pelanggan masih harus mengunjungi ribuan website lain untuk mendapatkan penawaran yang terbaik.
Google dan Temasek dalam laporannya memprediksi bahwa pasar e-commerce di Asia Tenggara akan menjadi industri bernilai US$ 200 Miliar pada 2025 dengan kebutuhan channel pemasaran yang berbeda-beda sangat tinggi. Pasar e-commerce yang sudah lebih dewasa seperti Amerika Serikat telah menunjukkan pentingnya channel pemasaran affiliate bagi e-commerce. Sebuah studi yang dilakukan oleh Forrester Consulting mengungkapkan bahwa, mayoritas e-commerce mendedikasikan 10% dari budget pemasaran mereka untuk program affiliate.