Justin Bieber boleh mengendarai Ferrari, akan tetapi salah satu ponsel yang dia pakai adalah iPhone. Bukan, ini bukan artikel klise “Android vs. iPhone”. Saya cuma ingin menunjukkan perbedaan antara industri otomotif dan industri smartphone: di industri ponsel, produk yang paling high-end sekalipun masih bisa dijangkau oleh banyak kalangan.
Oke, smartphone yang digunakan selebriti sama seperti yang kita pakai, memangnya kenapa? Well, pastinya ada sejumlah hal yang berbeda, dalam kasus ini yang ingin saya sorot adalah cara penggunaannya. Justin Bieber belum tentu mengenali fitur bernama Assistive Touch, akan tetapi fitur ini hukumnya wajib untuk pengguna iPhone di Indonesia, di Tiongkok maupun di beberapa negara lainnya.
Apa itu Assistive Touch?
Assistive Touch, bagi yang tidak tahu, adalah tombol virtual yang selalu muncul di layar dan bisa di-tap kapan saja untuk mengaktifkan beragam fungsi, mulai dari kembali ke home screen, mengunci layar sampai mengaktifkan Siri. Posisinya bisa dipindah-pindah sesuka hati; bisa di kiri atas, kiri bawah, kanan atas, kanan bawah, atau malah agak ke tengah.
Untuk mengaktifkannya, pengguna harus lebih dulu masuk ke menu pengaturan Accessibility. Sesuai namanya, fitur ini sebenarnya dirancang untuk pengguna yang memiliki kesulitan; sulit menekan tombol fisik, atau mungkin sulit mengusap layar. Yang mengherankan, banyak sekali pengguna fitur ini yang ternyata sama sekali tidak memiliki kesulitan.
Assistive Touch untuk mencegah tombol Home rusak
9 dari 10 pengguna iPhone yang saya kenal memakai fitur ini. Hampir semuanya memberikan alasan yang sama, yakni supaya tombol Home milik iPhone kesayangannya tidak rusak, sehingga pada akhirnya masih bisa dijual lagi dengan harga yang cukup tinggi ketika sudah saatnya bagi mereka untuk berganti smartphone.
Alasan mereka ini cukup valid. Tombol Home iPhone memang punya sejarah yang buruk dari masa ke masa. Utamanya sejak iPhone 4 dan iOS 4 datang memperkenalkan fitur app switcher (yang diaktifkan dengan menekan tombol Home dua kali), tombol terpenting itu jadi cepat sekali rusak.
Mereka yang tombol Home milik iPhone-nya sudah terlanjur rusak memilih untuk menggunakan Assistive Touch ketimbang membayar biaya reparasi. Cerita ini lalu menyebar dari mulut ke mulut, hingga akhirnya Assistive Touch dipercaya sebagai metode yang efektif untuk mencegah tombol Home rusak – bahkan direkomendasikan sendiri oleh staf toko yang menjual iPhone.
iPhone 7 membuat Assistive Touch jadi tidak lagi relevan
iPhone 5S dan suksesor-suksesornya mengemas sensor pemindai sidik jari yang tertanam pada tombol Home, dan bersamanya datang peningkatan durabilitas. Kendati demikian, hal ini belum cukup meyakinkan para pengguna iPhone untuk berhenti memakai Assistive Touch dan menggunakan iPhone seperti yang Apple kehendaki dalam kondisi normalnya.
Hingga akhirnya datanglah iPhone 7 dan 7 Plus tahun lalu. Tombol Home yang tersemat di kedua iPhone terbaru ini sepintas terlihat sama seperti sebelum-sebelumnya, tapi kenyataannya sangatlah berbeda. Di iPhone 7 dan 7 Plus, tombol Home ini secara teknis tidak bisa lagi disebut sebagai “tombol”. Pasalnya, sama sekali tidak ada komponen yang bergerak ketika pengguna menekannya.
Kalau Anda tidak percaya, coba matikan iPhone 7 atau 7 Plus Anda, lalu tekan tombol Home-nya. Saya jamin Anda tidak akan merasakan apa-apa. Tombol Home pada kedua iPhone baru ini lebih pantas dikategorikan sebagai trackpad.
Sensasi klik yang muncul ketika Anda menekan tombol Home milik iPhone 7 dan 7 Plus sebenarnya merupakan efek getaran dari komponen bernama Taptic Engine, komponen yang sama yang bertanggung jawab atas efek getaran ketika Anda menekan layar (3D Touch) maupun layar dan trackpad Force Touch pada Apple Watch dan MacBook.
Perubahan yang terkesan sepele namun pengaruhnya signifikan ini membuat Assistive Touch jadi tidak lagi relevan di iPhone 7 dan 7 Plus, setidaknya menurut pandangan saya. Kalau suatu tombol tidak lagi bisa bergerak, bukankah peluangnya untuk rusak jadi sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada?
Semisal rusak, letak kesalahannya pun bukan di tombol Home, melainkan di Taptic Engine atau iOS – dan juga bukan akibat terlalu sering ditekan. Kalau sudah tiba di titik ini, sekali lagi masih ada Assistive Touch yang bisa menjadi solusi, baik untuk sementara ataupun seterusnya.
Alasan untuk tidak memakai Assistive Touch
Mengingat Assistive Touch merupakan bagian dari fitur Accessibility, jelas sekali ini bukan cara normal menggunakan iPhone seperti yang Apple kehendaki. Pada kenyataannya, Assistive Touch sangatlah tidak praktis jika dibandingkan dengan tombol Home.
Untuk keluar dari aplikasi misalnya, Anda butuh dua tap pada Assistive Touch: pertama untuk membuka menunya, kedua untuk mengaktifkan fungsi tombol Home. Dengan tombol Home, Anda hanya butuh satu klik saja. Kalau butuh alasan ekstra, sensasi kliknya jauh lebih memuaskan ketimbang menyentuh layar dua kali tanpa ada feedback sama sekali.
Memang ada saat dimana Assistive Touch terkesan lebih memudahkan ketimbang tombol Home, seperti ketika hendak mengaktifkan Siri atau mengambil screenshot misalnya. Ketimbang harus menekan dan menahan tombol Home, Anda bisa menyentuh layar dua kali untuk mengaktifkan kedua fungsi tersebut. Namun saya masih punya alasan lain untuk tidak menggunakan Assistive Touch.
Alasan itu adalah, keberadaan Assistive Touch sangatlah mengganggu. Tampilannya memang berubah jadi agak transparan ketika sedang tidak digunakan, tapi tetap saja memakan tempat di layar. Saat berada di sebuah aplikasi misalnya, Assistive Touch bisa menutupi tombol aplikasi di ujung layar, dan pengguna harus lebih dulu memindahnya untuk bisa menekan tombol aplikasi tersebut.
Lebih lanjut, tren smartphone terkini adalah layar dengan bezel yang sangat minimal, yang dipelopori oleh LG G6 dan Samsung Galaxy S8. Tujuannya supaya layar bisa lebih besar dan konten yang ditampilkan bisa lebih banyak tanpa membuat dimensi ponsel jadi semakin bengkak. Kalau itu yang konsumen cari, lalu kenapa mereka rela mengorbankan sebagian kecil layar untuk sebuah tombol virtual yang dirancang untuk pengguna berkebutuhan khusus?
Kesimpulan
Judul di atas sama sekali tidak saya maksudkan untuk mengejek kebiasaan Anda sekalian dalam menggunakan iPhone masing-masing. Saya cuma bermaksud memberi saran agar Anda bisa mendapat pengalaman menggunakan iPhone 7 dan 7 Plus yang lebih baik. Lupakan perkataan orang-orang dekat maupun staf toko ponsel tentang tombol Home iPhone yang mudah sekali rusak, sebab kenyataannya tidak lagi demikian sejak Apple merilis iPhone 7 dan 7 Plus.
iPhone generasi baru yang bakal dirilis bulan September atau Oktober nanti malah rumornya bakal mengemas layar hampir tidak ber-bezel, yang berarti eksistensi tombol Home fisik bakal terhenti di situ. Saya tidak tahu apa yang akan Apple suguhkan sebagai pengganti tombol Home yang ada sekarang, tapi saya yakin bukan Assistive Touch.
Semoga semua ini bisa membuka pandangan Anda terkait ‘kesalahpahaman’ mengenai tombol Home milik iPhone, khususnya iPhone 7 dan 7 Plus, mengingat masih ada sejumlah rekan saya yang begitu yakin tombol Home di iPhone 7 miliknya bisa cepat rusak kalau mereka tidak menggunakan Assistive Touch.
Lain ceritanya kalau kondisi iPhone Anda sudah seperti milik saya di foto teratas di artikel ini. Kalau sudah seperti itu, mungkin Assistive Touch adalah satu-satunya solusi yang Anda miliki – meskipun saya pribadi menggunakan Assistive Touch sebagai pengganti tombol power yang rusak, bukan tombol Home, yang pada kenyataannya masih baik-baik saja meski saya sudah menggunakan ponsel itu sejak awal tahun 2013.