Tahun 2017 sudah mendekati titik akhir, umumnya akan dilakukan banyak refleksi berkaitan dengan perjalanan yang dilalui dalam satu tahun terakhir. Tak terkecuali bagi lanskap startup di Indonesia, mulai dari sisi capaian bisnis, inovasi teknologi, dan berbagai macam komponen pendukungnya mulai banyak didiskusikan perkembangannya. Dalam acara peresmian co-working space baru Kolega Primedge minggu lalu, sebuah acara talkshow digelar, menyoroti beberapa hal terkait perkembangan startup sampai akhir 2017 ini.
Dalam kesempatan tersebut dihadirkan beberapa pemateri, yakni Head Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Director of Business Strategy MallSini Steven Yee, dan Co-Founder GDILab Jefri Dinomo. Ketiga pemateri tersebut membahas dua pembahasan utama, yakni tentang bagaimana investasi berpengaruh terhadap ekosistem startup nasional dan bagaimana kolaborasi di ekosistem seharunya berperan mendorong akselerasi bisnis startup.
Pendanaan masih menjadi salah satu tulang punggung kemantapan startup Indonesia
Para panelis menyoroti, setelah startup berhasil mendefinisikan dengan baik tahap awalnya –meliputi produk, strategi bisnis dan sebagainya—langkah selanjutnya yang diperlukan ialah mengakselerasi. Yakni mempercepat laju pertumbuhan dan traksi penggunaan produk dengan berbagai jenis pendekatan, misalnya growth hacking. Di fase ini umumnya startup akan membutuhkan modal yang lebih besar, bahkan sangat besar, sehingga investasi tahap lanjutan sangat dibutuhkan di sini.
“Dalam menjalankan bisnis tidak hanya memerlukan output yang baik, namun kerja sama yang solid, karena sejatinya investor mengutamakan kualitas setiap individu yang terdapat dalam menciptakan sebuah produk startup,” ujar Steven.
Di fase ini penting bagi startup untuk mulai menjalin komunikasi dan relasi dengan investor. Terkait dengan ini, panelis menekankan bahwa yang perlu dibawa kepada investor ialah sebuah value yang dimungkinkan untuk menjadi sebuah kolaborasi kedua pihak, antara startup dan pihak investor. Poin penting lainnya, pendanaan harus ditempatkan pada posisi untuk meningkatkan performa bisnis, jadi perlu bentuk ideal terlebih dulu dari sisi produk dan orientasi pasar sebelum memutuskan untuk fundraising dan “membakar uang”, tentu untuk tujuan pengembangan pangsa pasar.
Inilah yang biasa dipertimbangkan oleh Mandiri Capital ketika mempertimbangkan untuk memberikan pendanaan kepada startup, terutama di tahap awal. Tahun ini diakui, bahwa terjadi penurunan jumlah startup yang disuntik oleh Mandiri Capital, Aldi menjelaskan hal ini disebabkan perubahan mentalitas para pelakunya, sehingga membuat pertimbangan investor semakin kompleks.
“Investor cenderung menjadi lebih selektif ketika hendak berinvestasi, perlu memikirkan banyak hal seputar mengenai prospek ke depan. Mulai dari strategi profit perusahaan, laju pertumbuhan, dan pengujian startup agar bisa bertahan,” ujar Aldi.
Menumbuhkan startup melalui jaringan ekosistem yang ada
Selanjutnya Jefri dari GDILab menyampaikan, bahwa aspek penguatan produk (termasuk dari sisi teknologinya) adalah krusial. Karena biar bagaimanapun kualitas produk akan menjadi yang paling dominan bagi startup, termasuk ketika hendak mendapatkan pendanaan. Pasar yang semakin ketat memang membuat setiap pemain harus berpikir jeli dan inovatif melihat berbagai peluang yang ada. Produk harus mau dinamis, siap berkembang menyesuaikan permasalahan yang ada di target pasarnya.
Para pemateri juga meyakini, bahwa ekosistem yang sudah ada sebenarnya bisa dijadikan sarana bagi pelaku startup untuk bisa terhubung satu sama lain, antar pemain startup, investor, hingga sampai di level individu (berkaitan dengan talenta). Adanya perkembangan infrastruktur yang terus dikejar oleh berbagai pihak, setidaknya akan selalu menciptakan jalan baru bagi startup digital untuk bertumbuh pesat.