Dark
Light

Inilah Empat Tantangan Yang Mesti Dihadapi Para Pelaku E-commerce Indonesia

2 mins read
April 6, 2014

Sempat masuk ke dalam salah satu negara yang memiliki potensi pertumbuhan industri e-commerce yang cerah di masa mendatang nyatanya tidak serta merta membuat perjalanan industri e-commerce Indonesia berjalan mulls. Bahkan sempat pula dikatakan masih banyak pelaku industri yang merugi. Dinamika tersebut tentu ada sebabnya. Minggu ini situs Quartz membeberkan empat tantangan yang mungkin harus dihadapi oleh industri e-commerce Indonesia. Apa saja tantangan yang dimaksud? Berikut ulasannya.

Banyaknya pengguna Internet yang tak sejalan dengan tingkat penjualan e-commerce
Indonesia yang dikenal sebagai negara berpenduduk terbanyak ke-empat di dunia diketahui memiliki jumlah pengakses internet yang juga cukup banyak. Namun tak disangka hal tersebut rupanya tak berdampak cukup baik terhadap tingkat penjualan e-commerce di Indonesia saat ini. Menurut situs Quartz, Indonesia berada di posisi paling akhir dari lima negara di Asia perihal peringkat penjualan e-commerce.

Walau begitu, diproyeksikan pertumbuhan nilai penjualan e-commerce Indonesia ditargetkan akan bertumbuh dua kali lipat pada tahun-tahun mendatang, yang diikuti pula dengan pertumbuhan mobile commerce di Indonesia yang diprediksi akan ikut mendongkrak pertumbuhan ini. Belum lagi dengan bertumbuhnya pengguna internet di wilayah Indonesia timur juga mampu mendatangkan potensi yang positif bagi bisnis e-commerce Indonesia. (Baca juga: Rakuten perluas layanan e-commerce hingga Wamena Papua)

Akses belanja online di Indonesia masih didominasi oleh kalangan profesional
Apa yang menjadi fokus Quartz kali ini cukup menarik. Diketahui, saat ini mayoritas trafik tertinggi dalam aktifitas belanja online berkisar di dalam waktu “jam-jam kantor”. Dikatakan oleh Rio Inaba CEO Rakuten Indonesia yang dimuat dalam pemberitaan Quartz, trafik pembelanjaan online akan meningkat lagi di waktu sore hari atau setelah para pekerja selesai istirahat makan siang. Hal ini menurutnya dikarenakan para pembelanja lebih merasa mudah mengakses situs-situs e-commerce di kantornya ketimbang mengaksesnya di rumah. Masalah ini berkaitan dengan masih lambatnya koneksi jaringan internet di rumah.

Untuk isu seperti ini untungnya Indonesia saat ini tengah berbenah diri seperti contohnya dengan menyiapkan koneksi jaringan internet berkecepatan 10Gbps di tahun 2015 mendatang. Para penyedia layanannya pun juga sudah siap seperti;Telkom AksesMNC GrupFirst Media, dan beberapa pemain lainnya.

Konsumen Indonesia masih menyukai belanja online lewat cara “konvensional”
Walau sudah serba online, nyatanya konsumen Indonesia saat ini masih jauh lebih menikmati belanja online dengan cara lama seperti lewat group di BlackBerry Messenger (BBM), classified marketplace, forum, hingga layanan jejaring sosial seperti Facebook dan lain-lain. Semua layanan ini merupakan sistem belanja online yang bisa mempertemukan antara penjual dan pembeli (C2C).

Kondisi ini memberikan suatu kesimpulan singkat akan tingkat kepercayaan konsumen di Indonesia masih dipertaruhkan, walau penipuan belanja onlinesudah tak semarak dulu, namun hal ini tetap menjadi tantangan bagi banyak pelaku industri e-commerce untuk bisa melakukan langkah strategis demi meng-edukasi pasar.

Masih terbatasnya layanan pembayaran dan keperluan logistik
Tantangan ini bisa membuktikan bahwa e-commerce bisa menjadi solusi terbaik bagi konsumen Indonesia di tengah-tengah buruknya infrastruktur transportasi. Isu kemacetan dan buruknya sarana transportasi masal ke pusat-pusat perbelanjaan tentu membuat konsumen harus berupaya tinggi untuk dapat berbelanja. Dengan e-commerce masalah tersebut tentu bisa teratasi.

Untuk masalah pembayaran, walau saat ini telah banyak penyedia layanan pembayaran online yang  bermunculan, nyatanya para pelaku e-commerce saat ini masih banyak mengadopsi layanan  pembayaran manual dengan transfer antar rekening maupun kartu kredit. Masalah seperti ini juga seharusnya menjadi isu yang patut diperhatikan oleh para pelaku e-commerce demi memajukan iklim industri e-commerce Indonesia di masa mendatang.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Aplikasi Android Pilihan 30 Maret – 5 April 2014

Next Story

Andalkan Fitur-Fitur Layanan, Qbaca Tidak Takut Persaingan di Segmen Buku Digital

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat