Dark
Light

Inilah Alasan Mengapa Nintendo Switch Populer di Kalangan Developer Indie

4 mins read
November 13, 2018
Nintendo Switch

Nama Nintendo dan game indie dulu mungkin bukan dua hal yang sering kita dengar bersamaan. Sekitar tahun 2012 hingga 2015, platform yang paling gencar mendukung perkembangan game indie adalah PlayStation. Sony selalu mempromosikan game indie berkualitas di acara-acara pameran game besar, dan mereka terus berusaha mempermudah proses penerbitan game independen baik di platform PS4 atau PS Vita.

Akan tetapi, tren tersebut kini telah bergeser. Semenjak Nintendo merilis Switch pada tahun 2017, para developer game indie seperti melakukan hijrah besar-besaran ke platform tersebut. Judul-judul yang sudah sukses di platform lain, seperti Stardew Valley dan Hollow Knight, satu-persatu muncul di Switch, dan kini Switch seolah menjadi pilihan pertama bagi para developer indie untuk merilis game terbaru mereka.

Apa yang menyebabkan Switch begitu menarik bagi para developer indie? Dalam acara PAX Australia 2018, empat developer indie mendiskusikan berbagai alasan yang membuat perilisan game di Switch lebih menguntungkan ketimbang platform lainnya. Dilansir dari Nintendo Everything, inilah alasan-alasan tersebut.

The Gardens Between | Screenshot
The Gardens Between, game indie yang sukses di Switch | Sumber: Steam

Pasar baru yang masih sepi

Sebagai console yang usianya masih muda, Switch memiliki keuntungan besar bagi pada developer, yaitu jumlah game di dalamnya masih sedikit. Sementara jumlah hardware Switch yang beredar di seluruh dunia sangat banyak. Berdasarkan pengumuman Nintendo pada tengah tahun 2018, Switch sudah melampaui angka 20 juta unit terjual, padahal baru 15 bulan berlalu sejak peluncurannya.

Bila kita mengacu pada daftar game Switch di Wikipedia, saat artikel ini ditulis maka ada kurang lebih 670 game yang telah dirilis untuk Switch. Jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan game di PS4, apalagi Steam. Oleh karena itu, game yang muncul di Switch lebih punya ruang untuk dikenal masyarakat, termasuk juga game indie.

“Tergantung dari game itu sendiri. Bukan berarti hanya dengan menaruhnya di Switch maka Anda akan langsung dapat instant hit. Saya pikir audiens saat ini masih menginginkan game yang bagus. Menurut saya kami cukup beruntung, karena kami masuk (ke Switch) cukup awal. Tapi sampai sekarang pun angka penjualan kami cukup memuaskan, jadi (Switch) adalah platform yang cukup sehat asalkan Anda juga cukup cerewet (mempromosikan) game Anda,” demikian penuturan Ash Ringrose dari SMG Studio.

Adanya dukungan dari Nintendo sendiri

Sama seperti program PlayStation Love Indies, Nintendo mendorong ekosistem game indie di Switch lewat program yang disebut “Nindies. Selain memamerkan game indie terbaru di berbagai event, Nintendo juga sering merilis video “Nindies Showcase” di YouTube berisi berbagai game indie pilihan. Ini salah satu faktor yang membuat game indie di Switch dapat dikenal luas.

Henrik Pettersson dari The Voxel Agents berkata tentang game mereka yang berjudul The Gardens Between, “Saya rasa 60% penjualan kami sejauh ini datang dari Switch, dan itu sangat besar. Saya pikir ini punya kaitan cukup besar dengan bantuan dari Nintendo dalam hal mempromosikan game itu dan juga bahwa (Switch) ini adalah platform baru yang sangat diminati orang-orang.”

Sony dulu juga memberi dukungan yang besar terhadap game indie di PS Vita, akan tetapi ada satu perbedaan besar antara kedua platform tersebut. Sony memposisikan PS Vita sebagai platform sampingan, sementara Switch adalah platform utama milik Nintendo saat ini. Orang yang membeli Switch tidak akan merasa bahwa console ini adalah “console khusus game indie”, karena memang nyatanya semua game terbaru Nintendo juga ada di sana.

Golf Story | Screenshot
Golf Story, game indie eksklusif Switch | Sumber: Nintendo

Gamer Switch tidak mementingkan tampilan grafis

Switch, seperti halnya console Nintendo lainnya, tidak pernah digembar-gemborkan sebagai console dengan hardware tercanggih atau berkualitas grafis terbaik. Hasilnya, para gamer Switch lebih mudah menerima game indie yang punya nilai produksi relatif rendah, karena mereka memang tidak pernah mengharapkan grafis tercanggih dari console tersebut. Ini cukup kontras dengan PS4, Xbox One, apalagi PC, yang selalu identik dengan game AAA mewah dan mahal.

Sentimen tersebut diutarakan oleh Matthew Rowland, developer game berjudul Armello. “(Game) kami baru keluar selama kira-kira empat minggu di Switch. Tapi memang audiens Armello di Switch terlihat lebih dapat menerima game seperti ini dibandingkan PlayStation atau Xbox […],” ujarnya. Armello sendiri sudah dirilis di platform-platform lain selama tiga tahun, jadi agak sulit membandingkan angka penjualannya. Namun menurut Rowland penjualan awalnya sangat baik.

Faktor-faktor pendukung lain

Ada satu hal yang menurut saya luput dari penuturan para developer di atas, yaitu keunggulan Switch yang tak dimiliki oleh console lainnya: Joy-Con! Saya rasa Joy-Con adalah daya tarik yang sangat besar bagi beberapa game, terutama game indie dengan fitur local multiplayer dan kontrol yang tidak begitu rumit. Ada kesenangan yang muncul dari kemampuan untuk bermain bersama teman di mana saja dan kapan saja, dan ini sangat terasa untuk game sejenis TowerFall atau Ultra Space Battle Brawl.

Penasaran dengan sudut pandang lokal, saya kemudian meminta pendapat dari salah satu developer Indonesia yang baru-baru ini merilis game untuk Switch, yaitu Dominikus Damas Putranto. Damas adalah developer dari Rolling Glory Jam, studio di balik game genre platformer berjudul Rage in Peace. Ia ternyata juga memandang PS4 identik dengan game yang terpoles rapi dan mengandung segudang konten. Tapi di samping itu, ia mengaku bahwa game indie memang terasa cocok saja di Switch.

“Kalau dari sisi handheld, ane selalu merasa platformer nikmat banget di Switch. Ane main ulang beberapa platformer asyik di Switch kayak Owlboy, Hollow Knight, dan merasa sangat nikmat. Dan ternyata begitu pula dengan Rage in Peace,” cerita Damas.

Lanjutnya lagi, “Ada arah kasualnya karena naturnya (Switch) kayak tablet/smartphone begitu, tipe yang tidak perlu attention span tinggi. Ada beberapa teman yang dulu di PC selalu menolak main (Rage in Peace), begitu ada di Switch langsung casually main. Ini bahkan untuk game yang sama persis tanpa ada penyesuaian mekanik atau gameplay gimana-gimana.”

Apa pun alasannya, yang jelas Switch adalah pasar potensial yang tidak boleh diabaikan, terutama oleh para developer game dalam negeri. Saat ini sudah ada beberapa developer ataupun penerbit game Indonesia yang memiliki development kit untuk Nintendo Switch, sehingga jalan untuk merilis game di platform tersebut telah terbuka lebar. Masalahnya, apakah para developer bisa menciptakan game dengan daya saying kuat atau tidak? Itu yang harus jadi perhatian utama.

Sumber: Nintendo Everything

Riset e-commerce MarkPlus
Previous Story

Survei MarkPlus: Shopee Jadi Platform E-commerce Paling Populer Saat ini

Skema e-commerce
Next Story

Negara Anggota ASEAN Sepakati Skema E-commerce

Latest from Blog

Don't Miss

DLC Xenoblade Chronicles 3: Future Redeemed

DLC Xenoblade Chronicles 3: Future Redeemed Bawa Kejutan dari Seri Sebelumnya

Nintendo baru saja merilis video trailer mengenai DLC keempat sekaligus terakhir
Zelda: Tears of the Kingdom

Trailer Final Zelda: Tears of the Kingdom Ungkap Banyak Kejutan Menarik

Sebulan jelang perilisan, Nintendo merilis trailer ketiga sekaligus yang terakhir untuk The Legend