Dark
Light

Induk Kredivo Caplok Saham Bank Bisnis Internasional Senilai 551,3 Miliar Rupiah

2 mins read
May 24, 2021
FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis Internasional / Kredivo
FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis Internasional / Kredivo

PT FinAccel Teknologi Indonesia yang menaungi platform paylater Kredivo, resmi mencaplok 24% saham milik PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI). Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), FinAccel membeli sebanyak 726.367.057 lembar saham Bank Bisnis Internasional (IDX:BBSI) senilai $38,4 juta atau setara 551,2 miliar rupiah.

Belum ada informasi resmi yang dirilis oleh kedua belah pihak. Namun, dapat dipastikan bahwa aksi korporasi ini menjadi upaya perusahaan mencari permodalan yang cepat untuk bertransformasi menjadi bank digital. Terlebih, Bank Bisnis Internasional hanya menjual sahamnya senilai Rp759 per lembar saham, lebih rendah dari harga di pasar kisaran Rp3.000 per lembar saham.

Sekadar informasi, Bank Bisnis Internasional berdiri pada 1957 dan membidik segmen ritel. Sementara, FinAccel mengelola platform fintech paylater Kredivo  dan fintech lending Kredifazz. Mengutip Bisnis.com, pengguna Kredivo telah mencapai 2 juta pengguna atau 25 persen dari total pengguna kartu kredit di Indonesia.

Baru-baru ini, Kredivo juga dikabarkan tengah mempertimbangkan opsi IPO di bursa New York melalui jalur SPAC. Platform paylater tersebut rencananya menggandeng salah satu unit Victory Park Capital, perusahaan investasi yang memberikan fasilitas debt funding senilai $100 juta pada November 2020 lalu.

Platform digital masuk ke bank

Masuknya induk Kredivo ke Bank Bisnis Internasional menambah deretan sejumlah platform teknologi menjadi pemegang saham di sektor perbankan. Beberapa aksi korporasi serupa di Indonesia antara lain Akulaku Silvrr Indonesia ke Bank Neo Commerce (BNC), Gojek Group ke Bank Jago, dan induk usaha Shopee Sea Group ke Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).

Dalam konteks ini, keterlibatan induk Kredivo di Bank Bisnis Internasional memberikan sinyal adanya upaya bertransformasi menuju bank digital. Platform teknologi tersebut rata-rata masuk ke bank yang tidak memiliki legacy besar seperti bank BUKU III dan IV. Bank Bisnis Internasional tercatat hanya memiliki 1 kantor pusat, 1 kantor cabang, dan 3 kantor cabang pembantu.

Artinya, ada kemungkinan Bank Bisnis Internasional berganti branding dengan identitas baru dan memperluas segmen pasarnya dengan me-leverage teknologi dan basis pengguna yang sudah dimiliki Kredivo dengan produk yang lebih luas.

Tesis serupa juga disampaikan Jerry Ng, bankir senior sekaligus pendiri Bank Jago ketika mencaplok Bank Artos dan mengganti identitasnya menjadi Bank Jago. Hal ini juga dilakukan oleh Bank Neo Commerce yang sebelumnya bernama Bank Yudha Bhakti (BYB).

Platform Teknologi Vertical Bank
Akulaku Silvrr Indonesia Fintech Bank Neo Commerce
Gojek Group Ride hailing Bank Jago
Sea Group Internet company Seabank
FinAccel Teknologi Indonesia Fintech Bank Bisnis Internasional

Hal ini juga diperkuat dari regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mana pendirian bank baru harus memiliki modal minimum sebesar Rp10 triliun, dengan catatan bukan merupakan bagian dari ekosistem perbankan yang lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan bank dapat dikatakan beroperasi secara efisien, menghasilkan laba, dan berkontribusi ke perekonomian nasional apabila memiliki modal Rp10-11 triliun.

Sementara POJK sebelumnya yang hanya mengatur modal pendirian Rp3-4 triliun dinilai hanya mampu menghasilkan laba saja, tetapi tidak efisien dan berkontribusi ke perekonomian Indonesia.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan aturan terkait bank umum akan dirilis di semester I 2021. POJK tersebut juga akan mengatur tentang digital banking, mulai dari aspek tata kelola teknologi, perlindungan data, hingga kolaborasi platform.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Sphero Indi Ajarkan Dasar-Dasar Coding ke Anak-Anak Tanpa Melibatkan Screen Time

Claudia Kolonas, salah satu pendiri wanita yang mengelola platform online tentang investasi, Pluang
Next Story

Wanita dan Investasi: Pentingnya Menjadi Pribadi yang Independen Secara Finansial

Latest from Blog

Don't Miss

Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah

CT Bidik 10 Juta Pengguna Allo Bank di Tahun Pertama

PT Allo Bank Indonesia Tbk (IDX: BBHI) akan meluncurkan aplikasi