Dark
Light

Indotrading Bantu Jembatani Eksportir dan Importir Secara Online

1 min read
September 24, 2013

Sekarang ini barang apa yang tidak bisa dibeli dari Internet? Telur ayam saja yang dulu biasa dibeli pasar kini bisa dibeli melalui toko online. Internet sudah menjelma menjadi pusat perdagangan antara sesama penjual, penjual dan pembeli, maupun sesama pembeli. Melihat peluang ini, Indotrading, startup jebolan Jakarta Founder Institute, memilih untuk mengkhususkan bisnisnya di bidang online marketplace dengan menyasar pasar B2B (Business to Bussiness). IndoTrading berharap menjadi tempat perdagangan bagi perusahaan, eksportir dan importir.

Handy Chang, pendiri Indotrading, melihat Indonesia telah menjadi negara importir dengan nilai ekspor yang semakin menurun. “Ironisnya hal ini disebabkan oleh kesulitan dari pembeli asal mancanegara dalam mencari produk yang layak dari Indonesia,” papar Handy.

Belum tersedianya wadah yang memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk memasarkan produknya hingga ke luar negeri menjadi masalah besar. Jangankan dari mancanegara, local buyer pun masih mengandalkan yellow pages untuk mencari perusahaan pemasok lokal. Banyak UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia belum memiliki situs online.

Indotrading meyediakan wadah bagi perusahaan mikro yang tidak memiliki situs sendiri untuk dapat memasarkan produknya dengan harapan dapat menggenjot pasar ekspor. Layanan ini tersedia dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris. Ketersediaan jasa dalam dua bahasa ini untuk memudahkan pengusaha dalam negeri dalam menguasai pasar lokal dan global.

Perusahaan yang menggunakan jasa layanan Indotrading sangat beragam dan tercatat lebih dari 30 kategori, mulai dari produk pertanian, furnitur, elektronik, busana hingga mainan.

Memang hingga saat ini belum terlalu banyak situs serupa yang membidik segmen sejenis. Meski demikian, bukan berarti Indotrading melaju tanpa kendala. “Kendala terbesar yang harus diatasi adalah melakukan edukasi pasar. Target market kita bukan individu, tetapi perusahaan. Terkadang sangat sulit untuk meyakinkan mereka bergabung di Indotrading. Terlebih lagi, untuk mendapat relasi bisnis mereka terkadang masih mengutamakan iklan di media cetak dan bukan di media online,” jelas Handy.

Handy mengakui bahwa saat ini revenue mereka dalam keadaan yang baik. Selain pemasukan dari iklan, Indotrading juga mendapat revenue dari membership. “Per bulannya, kita bisa mendapat new member untuk gold (dan gold plusmembership sekitar lima puluh perusahaan. Selama 14 bulan beroperasi, situs ini sudah memiliki 370 pelanggan yang berbayar. Harga gold membership kita saat ini adalah 1,5 juta Rupiah, sementara untuk gold plus membership 1,9 juta rupiah per tahunnya.” Selain biaya keanggotaan, Indotrading juga memperoleh pemasukan lain dari fee transaksi.

Perusahaan saat ini memiliki dua kantor, di Surabaya dan Jakarta. Menurut Handy, saat ini Indotrading belum mempunyai investor dan mereka sedang dalam tahap pencarian partner. Handi memastikan, “Rencana (dalam) satu tahun ke depan, kita masih akan terus fokus untuk mengembangkan Indotrading dari segi jumlah perusahaan yang menjadi anggota. Awal berdiri, kita hanya bisa mendapat satu hingga sepuluh member baru per bulan. Saat ini kita sudah bisa mendapat 50-an member baru per bulan.”

“Untuk mewujudkan hal itu, di internal kita juga terus mengembangkan diri. Saat ini tim kami sudah berjumlah 25 orang dan diharapkan tahun depan tim kita sudah lebih kuat dengan personel hingga tiga kali lipat dari yang ada saat ini,” pungkas Handy.

Previous Story

WordCamp Indonesia Kembali Digelar!

Next Story

BBM Lintas Platform Tidak Akan Tersedia Minggu Ini

Latest from Blog

Don't Miss

Joint Venture Bukalapak CT Corp

CT Corp dan Bukalapak akan Bentuk Perusahaan Patungan di Bidang “Online Grocery”

Pemilik perusahaan konglomerasi Chairul Tanjung melalui PT Trans Retail Indonesia,
LinkAja B2B

Potensi Digitalisasi Besar, LinkAja Mulai Serius Garap Segmen B2B

Di tengah persaingan bisnis uang elektronik yang sengit, LinkAja mulai