30 October 2018

by Bambang Winarso

IBM Caplok Pembuat Linux, Pecahkan Rekor Akuisisi

Red Hat Inc ditebus sebesar $34 miliar atau lebih kurang setara dengan Rp 517 triliun

IBM Corp dilaporkan telah setuju untuk mengakuisisi perusahaan pembuat open source Linux, Red Hat sebesar $34 miliar atau Rp 517 triliun, sebagai upaya untuk mendiversifikasi perangkat keras dan teknologi dan tentu mendorong pencapaian margin laba yang ditargetkan.

Sepanjang sejarah IBM, ini adalah akuisisi terbesar yang pernah mereka lakukan. Untuk mendapatkan Red Hat, International Business Machines Corp yang memiliki kapitalisasi pasar senilai $114 miliar, akan membayar $190 per saham secara tunai untuk Red Hat dan premi 63 persen dari harga penutupan saham pada hari Jumat.

Pembelian Red Hat dari segi finansial akan membantu IBM tumbuh dengan lebih baik, mendorong pendapatan secara langsung dan peluang lebih besar di sektor produk perangkat lunak yang telah terbukti diminati melalui kanal penjualan globalnya. Akuisisi akan mengubah peta persaingan di industri cloud, di mana IBM akan menjadi perusahaan penyedia teknologi komputasi cloud terbesar di dunia berkat dukungan komputasi cloud bersama Red Hat.

Red Hat menjual perangkat lunak dan layanan berbasis sistem operasi Linux yang berstatus open source dengan pendapatan mencapai $3 miliar untuk pertama kalinya di tahun ini. Pendapatan sebesar ini dikarenakan divisi Red Hat Enterprise Linux sukses menggaet pelanggan besar dari level korporasi dunia. Di kuartal terakhir, Red Hat dilaporkan berhasil mendapatkan 11 kontrak senilai lebih dari $5 juta untuk masing-masing proyek dan 73 proyek dengan nilai lebih dari $1 juta.

Jim Whitehurst, CEO Red Hat mengatakan bahwa bergabungnya perusahaan dengan IBM akan memberi mereka skala, sumber daya, dan kemampuan yang lebih besar untuk mempercepat dampak dari open source sebagai dasar untuk transformasi digital dan membawa Red Hat ke pasar yang lebih luas.

Di tahun 2000-an, Oracle, Microsoft, dan tentu saja IBM sudah menunjukkan ketertarikannya untuk membeli Red Hat. Tapi tak ada satupun yang benar-benar mewujudkan keinginan itu, sampai saat Linux menjadi salah satu pemain vital di industri piranti lunak yang secara otomatis membuat harga Red Hat ratusan kali lipat lebih mahal dari sebelumnya.

Sumber berita RedHat, CNBC, NYTimes dan gambar header Arstechnica.