Semakin hari pesaing ChatGPT semakin bertambah. Salah satu yang terbaru datang dari Hugging Face. Platform yang sering disebut-sebut sebagai ‘GitHub-nya sistem artificial intelligence (AI)’ itu pekan lalu memperkenalkan chatbot AI-nya sendiri yang mereka beri nama HuggingChat.
HuggingChat sudah bisa diakses langsung oleh publik melalui situs resminya, atau melalui aplikasi maupun layanan yang memanfaatkan API milik Hugging Face. Sesuai dugaan, HuggingChat mampu melakukan banyak hal yang menjadi daya tarik utama ChatGPT, mulai dari menulis email, coding, maupun menulis lirik lagu.
Salah satu faktor pembeda utamanya adalah, HuggingChat merupakan sebuah proyek open-source. Model AI yang menjadi basisnya berasal dari Open Assistant, sebuah proyek yang dikembangkan oleh organisasi nirlaba LAION — yang sendirinya bertanggung jawab atas pembuatan dataset yang dipakai untuk melatih AI pembuat gambar Stable Diffusion.
Co-founder sekaligus CEO Hugging Face, Clement Delangue, percaya bahwa ada tempat bagi sebuah chatbot AI yang lebih bisa dipertanggungjawabkan ketimbang ChatGPT.
“Saya percaya bahwa kita membutuhkan alternatif open-source dari ChatGPT demi mendapatkan transparansi, inklusivitas, akuntabilitas, dan distribusi kekuasaan yang lebih baik,” tulis Clement di Twitter. Ia tidak lupa menjelaskan bahwa HuggingChat sejauh ini baru sebatas prototipe tahap awal yang punya banyak keterbatasan.
I believe we need open-source alternatives to ChatGPT for more transparency, inclusivity, accountability and distribution of power.
Excited to introduce HuggingChat, an open-source early prototype interface, powered by OpenAssistant, a model that was released a few weeks ago. pic.twitter.com/8U1OY0jnzP
— clem 🤗 (@ClementDelangue) April 25, 2023
Ya, sama seperti ChatGPT, Bing, dan deretan chatbot AI lainnya, HuggingChat pun tidak luput dari kecenderungan untuk berhalusinasi alias mengarang jawaban. Untungnya, Hugging Face tidak lupa menyelipkan sejumlah filter untuk mencegah HuggingChat dieksploitasi dan melontarkan respons-respons yang membahayakan. HuggingChat bahkan bakal menolak merespons prompt yang dinilai toxic.
HuggingChat bukan satu-satunya alternatif open-source ChatGPT yang tersedia saat ini. Hanya beberapa hari sebelum peluncuran HuggingChat, Stability AI (pengembang Stable Diffusion) lebih dulu merilis chatbot AI open-source yang bernama StableLM.
Keberadaan sejumlah chatbot AI open-source ini mungkin memicu kecemasan tersendiri bagi sejumlah pihak, terutama yang khawatir sistem AI semacam ini bakal disalahgunakan untuk tujuan jahat, seperti misalnya menulis email penipuan.
Meski hal itu ada benarnya, kenyataannya model AI komersial dan tertutup seperti ChatGPT pun tidak luput dari risiko eksploitasi. Jadi selagi topik ini masih diperdebatkan, sepertinya tren AI open-source masih akan terus berlanjut ke depannya.
Sumber: TechCrunch.