25 August 2022

by Dimas Galih W.

Huawei Perkenalkan Watch D dan Buds Pro 2, Hadirkan Pemindai Tekanan Darah dan LDAC

Pemindaian tekanan darah yang hadir pada Huawei Watch D juga menggunakan airbag seperti alat pemindaian pada umumnya

Huawei kembali memperkenalkan perangkat terbarunya di Indonesia. Bukan sebuah smartphone, laptop, atau tablet, ada 2 perangkat yang diperkenalkan kali ini. Acara perkenalan tersebut diadakan pada House of Future Plaza Indonesia pada tanggal 24 Agustus 2022. Kedua perangkat tersebut adalah Huawei Watch D dan Huawei Buds Pro 2.

Huawei Watch D membawa sebuah teknologi baru pada sebuah smartwatch. Teknologi baru tersebut adalah pemindaian tekanan darah dan ECG. Hal tersebut membuat jam tangan ini cocok untuk mereka yang memiliki masalah hipertensi. Sehingga untuk mengukur tekanan darah di mana saja tidak lagi perlu membawa sebuah alat pengukur yang saat ini masih cukup repot dibawa.

Huawei mengklaim bahwa pemindaian tekanan darahnya hanya memiliki nilai error sekitar 3 mmHg. Berbeda dengan pesaingnya yang harus melakukan kalibrasi terlebih dahulu, Huawei menggunakan teknik yang sama dengan alat pengukur tekanan darah pada umumnya: dengan menggunakan kantung udara pada strap-nya. Didalam jam tangan pintar ini juga sudah terdapat sebuah pompa mini yang nantinya akan membuat kantung udaranya menggelembung.

Dalam memindai tekanan darah, Huawei juga menggunakan metode yang sama pada alat pengukur pada umumnya. Oleh karena itu, jam tangan ini harus sejajar dengan ketinggian jantung sang pemakai. Posisi telapak tangan harus diletakkan pada dada agar mendapatkan posisi pengukuran yang tepat. Jam tangna ini juga akan memberikan tips agar tekanan darah bisa diturun atau naikkan sesuai dengan standar yang ada.

Jam tangan ini juga bisa mengukur ECG atau electrocardiogram. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui ritme jantung sehingga diketahui kondisinya seperti apa. Hal ini dapat memindai fibrilasi atrium, denyut prematur ventrikel dan denyut prematur atrium.

Jam tangan ini juga sudah menyediakan deteksi suhu kulit. Saat tubuh terkena virus dan bakteri, panas adalah hal yang umum terjadi. Oleh karena itu deteksi panas dapat dilakukan tanpa menggunakan termometer yang kadang sulit ditemukan di rumah.

Perangkat selanjutnya adalah Huawei FreeBuds Pro 2. Terus terang, TWS ini memang saya tunggu-tunggu kehadirannya. Hal tersebut tidak lain karena hadirnya codec LDAC yang bisa mentransfer bitrate lebih tinggi dibandingkan AAC yang dipakai di sebagian besar TWS. Pada ruangan yang jaringan WiFinya tidak terlalu padat, transfer datanya bisa mencapai 990 kbps.

Huawei FreeBuds Pro 2 menggunakan dual driver, dimana yang pertama adalah dynamic driver yang biasa dipakai pada sebuah TWS untuk kanal low dan mid. Ternyata Huawei FreeBuds Pro 2 juga menggunakan Planar Diaphragm untuk meningkatkan suara trebble-nya. Diafragma Planar dan drivernya juga sudah menggunakan 4 magnet sehingga meningkatkan detail suara.

Suara yang ada juga diperkuat dengan profile hasil kerjasama Huawei dengan Devialet. Selain itu, Huawei FreeBuds Pro 2 juga memiliki 3 mikrofon yang bisa menyaring suara untuk keperluan ANC (active noise cancelling). ANC ini juga bakal secara otomatis menyala pada saat earpiece-nya diletakkan pada lubang kuping.

Huawei FreeBuds Pro 2 memiliki sertifikasi IP54 yang tahan air, termasuk keringat. Bluetooth-nya sendiri mendukung koneksi dari 2 perangkat lainnya. Saat ANC dimatikan, baterainya diklaim mampu bertahan 6,5 jam dan saat dinyalakan hingga 4 jam.

Penasaran, langsung saya coba keduanya

Oleh karena sudah menunggu TWS dengan LDAC, tentu saja Huawei FreeBuds Pro 2 adalah yang pertama saya coba. Namun ternyata, TWS ini memerlukan pembaruan dari sisi firmware serta aplikasi AI Life. Tidak selesai sampai situ, pada beberapa smartphone ternyata harus menyalakan codec LDAC dari AI Life.

Setelah sukses tersambung, saya langsung menaruh earpiece pada telinga. ANC langsung aktif sehingga suara dari luar teredam hampir 90%nya. Tidak menunggu lama, aplikasi Apple Music yang terpasang dengan ALAC Lossless saya mainkan. Dan memang, suaranya berbeda dengan TWS yang menggunakan codec AAC.

Huawei Watch D juga saya coba untuk mengukur detak jantung saya. Sebagai catatan, saat menggunakan pemindaian detak jantung dari perangkat ini, jangan bergerak dan berbicara karena akan menggagalkan pemindaian. Tentunya saya cukup penasaran dengan tekanan darah saat itu.

Saat mencoba, kantung udara yang ada pada strap langsung menggelembung. Sensasi ini memang sama dengan sebuah alat pengukur tekanan darah elektronik yang dipasangkan pada lengan bagian atas. Namun tentu saja, tekanannya tidak seerat alat elektronik tersebut. Oh ya, tangan kiri juga sudah saya letakkan pada dada bagian kanan.

Hasil pertama cukup mengagetkan, karena tekanan darah saya terdeteksi 145/98! Oleh karena merasa tekanan darah tidak setinggi itu, saya mencoba kembali selama 3x. Hasilnya, tekanan darah yang terdeteksi rata-rata adalah 109/84. Hasil ini kurang lebih sama dengan saat saya melakukan pengukuran dengan alat elektronik.

Saya tidak sabar untuk menguji kedua perangkat ini lebih dalam. Dengan hadirnya teknologi pada kedua perangkat ini, tentu saja membuat konsumen tidak bosan akan fitur yang "itu-itu saja".