Huawei baru-baru ini mengeluarkan paper bertajuk Global Connectivity Index (GCI) 2015. Sebuah indeks yang didapat dari membandingkan konektivitas, penggunaan, ICT dan digital transformasi di 50 negara di seluruh dunia. Dalam laporan tersebut Indonesia menempati urutan ke-41, di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Vietnam dan Singapura.
Dalam rilis persnya, Huawei menjelaskan bahwa di edisi tahun 2015 GCI menerapkan metodologi dengan dua kali lipat jumlah variabel ICT dan negara-negara yang dianalisis tahun lalu. Tahun ini GCI mampu menggambarkan korelasi yang diperlukan untuk menetapkan sasaran investasi bagi pemerintah dan stakeholder lainnya.
Kevin Zhang, President of Huawei Corporate Marketing mengungkapkan, “GCI bukan hanya peringkat negara. Kita melihatnya sebagai platform untuk bermitra dengan pembuat kebijakan dan pemimpin perusahaan untuk mengidentifikasi, memanfaatkan, dan menciptakan peluang ekonomi digital baru dengan tujuan membangun terhubung dunia yang lebih baik.”
Dari Data GCI, Indonesia berada di peringkat 41 dari 50 negara. Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand yang masing-masing ada di posisi 28 dan 31 serta jauh tertinggal di belakang Singapura yang menepati posisi 3.
Dalam laporan Huawei tersebut juga dijelaskan bahwa realisasi investasi ICT dengan produk domestik bruto (PDB) mempunyai keterikatan yang kuat. Realisasi investasi besar untuk ICT maka berdampak positif untuk PDB suatu negara itu. Indonesia menurut GCI, hanya menginvestasikan PDB sebesar 1.2 persen untuk ICT. Lumayan jauh tertinggal dengan Malaysia dengan rasio 2.8 persen, Thailand dengan 2.4 persen serta Singapura dengan 3.8 persen.
GCI 2015 ini juga menyoroti bagaimana penetrasi layanan broadband dan jaringan seluler. Disebutkan bahwa Indonesia cukup menjanjikan dalam hal penetrasi jaringan seluler dengan penetrasi pengguna smartphone sebesar 18 persen dan mobile broadband sebesar 24.2 persen. Hal ini senada dengan data yang dirilis Kominfo beberapa waktu lalu, yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam hal pembangunan BTS 3G di periode tahun 2010 sampai dengan 2013.
Soal fixed broadband, menurut paparan GCI 2015, penetrasi fixed-broadband di Indonesia tetap rendah dan layanannya pun hanya dinikmati oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.
Terkait dengan broadband, sebelumnya pemerintah sudah merencanakan dan menjanjikan akan menjadikan kualitas broadband di Indonesia terbaik di tahun 2019 mendatang. Di samping kualitas yang baik kita semua tentu berharap tentang pemerataan dan terjangkaunya layanan. Akan menjadi percuma jika kualitas layanan yang baik tidak dapat dinikmati merata di seluruh tanah air dan semua lapisan masyarakat Indonesia.