Internet cafe, biasa kita kenal dengan istilah warnet, bisa ditemukan di berbagai belahan dunia, menjadi fenomena di tahun 90-an ketika internet mulai merakyat. Era sudah berganti, internet kini dapat dinikmati semua orang secara mudah, kita baru saja memasuki masa virtual reality. Menariknya, satu pemain besar di ranah itu mencoba mempopulerkan VR melalui pendekatan ala warnet.
Raksasa teknologi Taiwan di belakang terciptanya head-mounted display Vive kabarnya sedang mematangkan konsep kafe VR. Sebetulnya HTC telah membuka kafe virtual reality di Beijing dan Taipei, namun warga Shenzhen boleh berbangga karena di kota itu HTC baru meluncurkan VR Cafe dengan branding resmi Vive. Tempat ini sengaja dimaksudkan buat memberi konsumen kesempatan menjajal headset VR high-end tanpa mengeluarkan banyak dana.
Pengumuman Vive VR Cafe dilakukan oleh presiden regional HTC, Alvin Wang Graylin. Kepada Haptical, ia menjelaskan bahwa selain memungkinkan pengunjung mencicipi Vive, kafe VR juga dimaksudkan untuk menguji kapabilitas Viveport Arcade – yaitu sebuah platform pengelolaan hiburan arcade VR, diramu buat mempermudah para pemilik kafe dalam menemukan dan mengonfigurasi konten secara offline, serta menghasilkan pemasukan.
HTC mengonfirmasi akan menggandeng banyak partner untuk membuka ratusan kafe virtual reality di tahun 2016 sampai 2017. Jika arahan tersebut sukses di China, mereka berniat memperluas peluang bisnis lewat metode franchising ke seluruh dunia. Salah satu rekan kolaborasi HTC ialah Shunwang, penyedia software internet cafe terbesar di negara itu – di mana kedua pihak mencoba mengonversikan ‘warnet’ jadi kafe VR.
Namun Vive VR Cafe di Shenzhen bukanlah hasil kolaborasi HTC dan Shunwang. Dari awal, mereka mendesainnya sebagai ‘lokasi arcade dan ruang bercengkrama’. Dari komentar Graylin, terdapat lebih dari 3.000 unit VR arcade di Tiongkok. Sangat banyak. Itulah alasan mengapa Viveport Arcade begitu esensial, karena platform ini bisa menyatukan semuanya, serta memberi manfaat baik bagi user, developer maupun pemilik venue/pengusaha.
Berdasarkan data Niko Partners, di tahun 2015 terhitung ada sekitar 146.000 internet cafe di Tiongkok, dikunjungi oleh 20 juta user tiap hari. Mengubah warnet menjadi VR Cafe merupakan strategi pintar karena China diperkirakan akan jadi salah satu negara dengan konsumen virtual reality terbanyak – nilainya keuntungannya diestimasi melonjak dari US$ 860 juta di tahun 2016 ke US$ 8,5 miliar di tahun 2020.
Untuk lebih merangsang pertumbuhan komunitas developer VR di China, HTC turut menggelar ajang Vive Extreme Innovation Challenge pertama, berlangsung sampai tanggal 30 Oktober 2016 nanti.
Gambar: Twitter Alvin Wang Graylin.