Salah satu raksasa di dunia teknologi, Hewlett Packard (HP), beberapa waktu silam memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi dua entitas besar, yakni HP Inc. dan HP Enterprise (HPE). Wajah baru tersebut juga menjadi tanda berakhirnya 75 tahun Hewlett Packard berdiri sebagai satu entitas. Sedikit banyak, ini akan berpengaruh terhadap bisnis HPE sendiri di Indonesia.
Selain nama dan logo baru, HPE juga memiliki tagline baru, yaitu idea economy. Kami berkesempatan berbincang dengan Direktur HPE Indonesia Hengkie Kastono untuk mengulas hal ini lebih jauh.
Tanya (T): Mengapa HP memutuskan untuk mengubah diri menjadi dua entitas yang berbeda?
Jawab (J): Jadi, HP awalnya memang merupakan suatu entity yang sangat besar dan semua produk jadi satu, baik itu dari sudut produk retail maupun yang sampai mengarah ke enterprise. Dalam hal ini, produk retail itu contohnya seperti Printer, Notebook, Laptop, Personal Computer (PC), hingga tablet. Nah, selain itu kami juga punya produk yang fokus ke solusi enterprise seperti Server.
Selama ini keduanya itu berjalan berdua. Tapi, jika dilihat kemabali secara kebutuhan, itu sedikit berbeda. […] Nah, yang membuat HP itu jadi terpisah adalah dari sisi fokus tersebut [enterprise dan produk retail]. […] Kami mau dengan karakter market seperti itu, dengan perbedaan seperti itu, masing-masing [entitas] bisa [lebih] fokus. Terutama nanti untuk investasi di Research and Development (R&D). Jadi, investasinya pun tidak tarik-tarikan nanti. […] Objektif lainnya adalah supaya kebutuhan pelanggan bisa terpenuhi dengan baik.
T: Fokus kunci HP Enterprise sendiri ke mana, apakah itu Cloud, Network Service, atau lainnya?
J: Kami itu fokusnya adalah lebih ke infrastructure solution. Kalau lihat banyak perusahaan yang fokusnya ke software, kami lebih spesifik kea rah yang kami sebut sebagai enterprise infrastructure. […] Untuk key product-nya sendiri ada banyak, baik itu dari Server, Storage yang kelasnya enterprise, cloud, hingga beserta dari sisi services solution-nya yang bisa kami berikan kepada pelanggan kami.
Dalam hal ini, kami juga punya tujuan untuk memberikan semacam transformasi di dunia IT ini pada para pelanggan kami. Tapi, untuk sampai ke arah itu perlu teknologi pendukung. Nah, teknologi pendukung itu yang kita sebut infrastruktur teknologi, yang kita kembangkan terus.
[Mengutip Financial Post, servers, storage, converged systems, networking, management software, dan servis-servis penting untuk menjalankan perusahaan adalah fokus dari HP Enterprise].
T: Bagaimana dengan fokus di Indonesia, apakah dengan perbedaan kultur di sini akan ada perbedaan?
J: Fokusnya kurang lebih akan sama, kami akan mengembangkan ke arah berbagai platform yang sudah disebutkan sebelumnya. […] Kami melihat juga bahwa yang namanya tren teknologi sekarang ini yang mempengaruhi bisnis bisa dibilang sudah borderless, antara Indonesia dan negara lain. Kita [Indonesia –red] malah akan tertinggal bila tertutup.
Tapi, mungkin begini. Seperti cloud yang menjadi salah satu fokus kami juga contohnya. Adaptasi di Indonesia kan agak sedikit belum secanggiih di negara lain, jadi kami masuk belum terlalu [jauh] ke sana. Katakanlah, lihat kebutuhan pasarnya juga. […] Kami lihat adaptasinya, tetapi juga lihat dari segi kebutuhan pasar di Indonesia sendiri. Kalau memang masih sangat early stage, kami juga harus adaptasi. Kalau yang aneh-aneh kan tidak akan diterima sama pasar juga.
T: Bagaimana dengan UKM, solusi seperti apa yang bakal diberikan dan bisa jadi unggulan untuk UKM sendiri bila mereka memang masuk ke dalam fokus Enterprise HP? Apakah ada solusi seperti IaaS, SaaS, dan setingkat itu dari HP Enterprise?
J: Ini jadi fokus market juga, maka dari itu divisi pun kami pisahkan secara segmen, antara divisi yang enterprise untuk perusahaan besar dan Small Medium Business (SMB). Yang kami berikan [untuk UKM], kami mulai dari infrastruktur yang sederhana. Kami berikan solusi dari segi Server, Storage, Network, di combine seperti itu lah. Kami juga banyak kerja sama dengan application provider yang bermain di SMB. Mereka yang kolaborasi, kami provide infrastruktur teknologi buat aplikasinya.
Kalau untuk solusi [IaaS, SaaS, atau setingkat], kami kerja sama dengan partner. HP di Indonesia tidak memfasilitasi itu. Sampai saat ini di Indonesia kami belum investasi di area facility. Jadi, kami kerja sama dengan partner yang memang punya fasilitasnya, kami enable dia.
T: Apakah ada rencana dan target tertentu untuk tahun 2016, contohnya seperti porsi untuk konsumen SMB dan Enterprise?
J: Semua customer akan kami tinjau dari pilar-pilar [platform yang menjadi fokus HP Enterprise] yang sudah disebutkan tadi. Kami juga ingin mengeddukasi customer juga bahwa teknologi itu penting.
Untuk porsi [konsumen], kurang lebih akan hampir sama porsinya. Market juga tetap sama. Ekspektasi kami adalah konsumen yang besar-besar yang tentunya akan terus berkembang. Kami juga akan terus mencari market yang selama ini belum jadi pelanggan kami. Kami akan coba masuk ke mereka juga dengan konsep yang sama.
T: Bagaimana dengan Startup, apakah sudah ada kolaborasi?
J: Kalau dengan startup [sejauh ini] belum ada. Tapi, kami juga kan banyak kerja sama dengan application provider yang mugkin bisa jadi jembatan kami [untuk kolaborasi dengan startup]. Karena startup itu mau bagaimanapun gak hanya di hardware saja, ada solusinya [software]. Na, kami kan bukan pemain aplikasi solusi.
Yang kami harapkan dengan HP Enterprise ini, dengan pilar-pilar yang tadi disebutkan, akan membantu customer dalam memberikan solusi teknologi ke depannya, terutama dalam hal yang menyangkut idea economy.