Dark
Light

Hore Network Ubah Nama Menjadi HoRepublik, Perkenalkan Portfolio Aplikasi Dan Layanan

2 mins read
June 18, 2013

Hari Senin lalu, Hore Network, komunitas di belakang sejumlah pengembang aplikasi dan web lokal, secara resmi mengubah namanya menjadi HoRepublik dan memperkenalkan sejumlah aplikasi baru yang akan diluncurkan dalam beberapa bulan ke depan. Dipimpin oleh developer evangelist Deddy Avianto, grup ini mengadakan acara kumpul-kumpul untuk mensosialisasikan aplikasi-aplikasi yang sudah dibangun.

Diadakan bersamaan dengan acara Obrolan Langsat di Jakarta, Deddy dan grup developer dan designernya berbicara mengenai aplikasi dan layanan yang mereka kembangkan beberapa bulan terakhir, bervariasi mulai dari percetakan kaos sampai ke layanan tracking kebiasaan konsumen.

Deddy menginformasikan kami bahwa HoRepublik adalah sebuah komunitas kolaborasi informal yang mengandalkan kemampuan dan jaringan dari tiap anggotanya untuk mempertajam idea dalam membangun produk dan layanan berbasis teknologi. Prinsip keanggotaan dari komunitas ini bersifat informal, namun tiap anggota bekerja untuk tujuan yang sama: meningkatkan profil satu sama lain melalui produk teknologi berkualitas tinggi.

Aplikasi pertama yang diperkenalkan adalah Pintails, aplikasi yang memenangkan AngelHack di Jakarta awal bulan ini. Dikembangkan oleh Vincent Putra dan Asep Bagja Pradana bercerita mengenai proses pengembangan aplikasi selama AngelHack dan apa yang mereka ingin capai dengan memperkenalkan aplikasi ini ke pasaran.

Yang kedua adalah Sabloon, layanan percetakan kaos online, mirip dengan Tees namun Sabloon telah bekerjasama dengan perusahaan kaos lokal yang tersebar di Indonesia untuk meminimalisir isu logistik. Menurut founder, Ibnu Maksum, pada awalnya dia membuka jalur kolaborasi dengan Tees namun pada akhirnya memutuskan untuk membangun layanannya sendiri. Sabloon sendiri masih belum live namun akan segera siap dalam beberapa minggu ke depan di Jakarta dan Serang.

Presentasi ke-3 dibawakan oleh Inmoto.in. Co-founder Daus Gonia membangun layanan cetak foto berbasis hashtag ini bersama 3 rekan lainnya, bertujuan agar pengguna bisa menyimpan kenangan ketika mereka menghadiri event atau di lokasi tertentu dan ingin sebuah benda fisik untuk mengingatkan mereka. Meski dimulai sebagai layanan untuk event-event brand dan perusahaan, akhir-akhir ini Inmoto.in mulai populer di acara-acara pernikahan.

Selanjutnya, Sneakit, sebuah alat monitoring media sosial yang dikembangkan dari Bermain.net. Jika bermain.net dikembangkan untuk iseng, tim di belakangnya membawa fungsi tersebut lebih jauh untuk menciptakan sebuah paket layanan yang memungkinkan individu, perusahaan dan organisasi untuk melacak kampanye media sosial tertentu. Platform ini memungkinkan admin kampanya untuk melacak kata kunci, sentimen dan popularitas dan event melalui rangkaian grafik dan angka.

Traco, adalah sebuah alat monitoring yang juga diperkenalkan, bedanya Traco melacak traffic website dan interaksi untuk membantu pengembang dan pengelola website untuk memperbaiki website sesuai dengan respon dan kebiasaan pengunjung di websitenya. Pelacakan di Traco dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pengunjung website atau pengguna aplikasi berinteraksi dengan aplikasi atau website. Tim Traco  hasil yang dicapai bisa disandingkan dengan Google Analytics dan lebih ke arah data tambahan dan tidak berkompetisi langsung. Traco akan diluncurkan di CommunicAsia di Singapura minggu ini.

Aplikasi terakhir yang diperkenalkan adalah Social Play, aplikasi berbagi musik yang sempat kami bahas beberapa waktu lalu mulai diperbaiki dan hampir masuk ke tahap selanjutnya seperti dibayangkan oleh Deddy. Sejak kami review beberapa waktu lalu, tim Social Play menambahkan profil pengguna yang memperlihatkan preferensi musik dan aktivitas pengguna mirip seperti Last.fm. Tim Social Play juga sedang membangun Social Play sebagai platform untuk promosi event.

Portfolio Kuat

Secara utuh, koleksi aplikasi yang layanan ini terlihat sebagai portfolio yang kuat untuk grup ini, mungkin lebih kuat ketimbang yang lain yang menempuh jalur inkubasi atau program akselerator, terutama dari sisi kesiapan produk. Satu-satunya yang belum dilihat adalah penerimaan dari pasar.

Kesemua produk ini telah memiliki kompetitor, langsung maupun tidak langsung, yang berarti berita baik karena kebutuhan bisnis terbukti ada dan bekerja dengan baik, namun hal itu juga berarti tim harus mampu meyakinkan pasar untuk berpindah menjadi pelanggan mereka. Mulai sekarang, hal ini akan menjadi tantangan terbesar bagi grup ini.

Kebanyakan produk yang ditunjukkan di Obsat Senin malam menunjukkan design yang solid, rencana bisnis yang matang, pendefinisian masalah yang jelas dan terlihat kurangnya kebutuhan akan investor mengingat rencana monetisasi atau subsidi dari proyek-proyek lainnya. Tim-nya pun cenderung diperlengkapi dengan programmer, designer dan otak bisnis. Tim yang kurang diperlengkapi-pun bisa mengandalkan tim lain untuk mengisi kekosongan.

Akhir tahun ini seharusnya kita bisa melihat seberapa jauh produk-produk ini berlari dan apakah mereka dikembangkan dengan matang, dan dilepas ke pasar dengan lebih baik. Kesuksesan produk-produk ini dapat meningkatkan profil developer Indonesia dan memperkuat kepercayaan pasar ke kemampuan startup Indonesia untuk menciptakan produk digital yang mumpuni.

Previous Story

Masuki Pasar ‘Phablet’, Sony Akan Luncurkan Xperia Z Ultra?

Next Story

Kata “Tweet” Kini Diakui Sebagai Bagian dari Bahasa Inggris

Latest from Blog

Don't Miss

Hore Network Changes its Name to HoRepublik, Introduces a Portfolio of Diverse Apps and Services

On Monday night, Hore Network, the community behind a number

Music Sharing App Social Play Launches on BlackBerry 10 and iOS

About a week ago, Hore Network (read as ho-ray) released