WhatsApp bersama aplikasi chatting lainnya seperti Line dan KakaoTalk begitu populer bagi pengguna smartphone. Layanan ini banyak digunakan untuk menggantikan layanan pesan singkat.
Saking populernya aplikasi ini, perusahaan riset teknologi Ovum, menyebut bahwa kerugian kumulatif seluruh operator secara global dengan digantikannya layanan pesan singkat dengan aplikasi chatting seperti ini mencapai 54 miliar dollar Amerika hingga akhir 2016.
Kenyataan ini, tampaknya dimanfaatkan oleh satu pihak untuk ikut mengeruk keuntungan dari aplikasi WhatsApp. Seperti diketahui, WhatsApp merupakan sejenis aplikasi freemium. Pengguna bisa menggunakannya secara gratis selama satu tahun pertama, kemudian bisa memperpanjang lisensi penggunaan untuk satu tahun berikutnya dengan membayar 0.99 dollar.
Akun Twitter whatsapp_indo menawarkan lisensi WhatsApp untuk paket 10 tahun dengan hanya membayar sebesar 25 ribu Rupiah. Sudah banyak pengguna yang menggunakan layanan ini dan terbukti sukses jika dilihat dari keterangan yang tampil dalam Payment Info dari akun WhatsApp pengguna tersebut.
Hal ini dibantah oleh Neeraj Arora, Vice President Business WhatsApp. Dalam perbincangan via Twitter dengan Aulia, Neeraj Arora menyebut bahwa layanan tersebut palsu dan tidak akan berhasil.
Layanan Whatsapp_indo mengharuskan pengguna untuk memperpanjang lisensi aplikasi WhatsApp-nya sebelum tanggal expired-nya. Karenanya, untuk membuktikan bahwa layanan ini berhasil atau tidak, perlu menunggu sampai tanggal expired tersebut. Namun, pencarian di Twitter dengan menggunakan kata kunci “whatsapp_indo” menemukan dua kicauan yang mengeluhkan gagalnya layanan dari whatsapp_indo ini.
Saya sendiri sebagai pengguna aktif WhatsApp sepertinya tidak akan menggunakan layanan whatsapp_indo ini karena setidaknya dua alasan. Yang pertama, karena adanya resiko kegagalan layanan ini. Selain masalah berhasil atau tidaknya layanan dari whatsapp_indo juga ada resiko akun WhatsApp saya akan diblok oleh WhatsApp jika ketahuan curang. Kehilangan akun WhatsApp ini akan menjadi resiko yang besar mengingat pentingnya WhatsApp dalam komunikasi yang saya lakukan dengan relasi saya.
Yang kedua, jika memang layanan dari whatsapp_indo ini berhasil, ini merupakan salah satu bentuk pembajakan. Tanpa membajak aplikasi WhatsApp saja, dosa bajak-membajak aplikasi maupun hak kekayaan intelektual lainnya di Indonesia sudah cukup besar. Dengan hanya membayar kurang dari 10 ribu Rupiah per tahun, rasanya malu jika masih harus membajak.
Pembayaran lisensi WhatsApp sendiri memang hanya bisa menggunakan PayPal, kartu kredit atau Google Checkout. Jadi untuk pengguna yang tidak memiliki kartu kredit atau akun PayPal memang dibutuhkan usaha lebih untuk memperpanjang lisensi WhatsApp. Namun hal tersebut masih dapat dilakukan daripada harus membajak.