Dark
Light

Haruskah Toko Aplikasi Menghilangkan Sistem Rating Lima Bintang?

2 mins read
February 22, 2012

Hunter Walk dari YouTube menyajikan argumen bahwa sisitem rating lima bintang yang digunakan oleh toko aplikasi harus ditinggalkan, digantikan dengan pengukuran popularitas yang lebih akurat dan lebih baik. Dalam pandangannya, sistem rating lima bintang adalah subyektif berdasarkan nilai dari pengguna. Sebagai contoh, penilaian pengguna yang memberikan tiga bintang kepada sebuah aplikasi mungkin akan berbeda dengan penilaian orang lain, tetapi penilaian suka atau tidak suka adalah absolut. Tema yang sama ini pernah dibahas oleh MG Sigler pada tahun 2009 , berhubungan dengan YouTube.

Sejalan dengan argumen dari Hunter, Google mengubah sistem rating di YouTube menjadi jempol ke atas atau ke bawah. Pendekatan ini mirip dengan apa yang dilakukan Facebook sejak awal, dengan ikon jempol ke atas untuk menunjukkan suka atau persetujuan atas status update, meski demikian Facebook tidak mengijinkan pilihan negatif atau ikon jempol ke bawah.

Ada cara lain untuk menjelaskan popularitas sebuah aplikasi, beberapa diantaranya dijelaskan di tulisan Hunter, termasuk di dalamnya adalah co-instalation, segmentasi pasar, penggunaan nyata, dan social graph. Anda bisa membaca penjelasan rinci di blog Hunter.

Di ekosistem iOS, ada aplikasi yang bernama Frenzapp yang mencoba untuk membantuk penemuan aplikasi dengan menunjukkan pada pengguna aplikasi apa yang teman mereka gunakan, namun aplikasi ini mengharuskan pengguna – teman Anda menginstal Frenzapp juga. Aplikasi ini dikembangkan oleh Erwan Mace, yang kebetulan sekarang bekerja di Google dan bertanggungjawab atas relasi developer untuk Google Asia Tenggara.

Frenzapp menggunakan mekanisme yang disediakan oleh Apple bagi pengembang pihak ketiga untuk mendeteksi aplikasi apa saja yang juga telah terinstal di perangkat iOS tersebut, hal ini dilakukan untuk menentukan interoperabilitas antar aplikasi. Frenzapp akan menunjukkan aplikasi apa yang populer di antara teman Anda dan menyediakan usulan berdasarkan hal tersebut. Tentunya metode ini tidak akan terlalu sulit untuk diterapkan oleh para operator dari toko aplikasi.

Apple telah mengimplementasikan pendekatan serupa di App Store namun terbatas pada satu Apple ID. Fitur Genius, jika diaktifkan, akan melacak aplikasi apa yang telah Anda unduh dan mengusulkan aplikasi serupa yang mungkin Anda suka. Pendekatan ini sebenarnya diperluas di Game Center, yang mana layanan ini memiliki fasilitas rekomendasi game berdasarkan tidak hanya game yang telah Anda instal tetapi juga berdasarkan game apa yang teman Anda mainkan dan seberapa banyak teman Anda yang memainkan game tersebut.

Pendekatan atas popularitas semacam ini akan memberikan semua pihak pandangan yang lebih akurat tentang popularitas serta frekuensi penggunaan dari aplikasi. Selain itu, pendekatan ini akan mengurangi beban partisipasi yang dibutuhkan dari pengguna yang telah mengunduh aplikasi untuk melakukan penilaian, kecuali mereka menginginkan melakukan ulasan tertulis, yang mana mereka masih bisa melakukannya.

Lalu siapa yang berhak memberikan penilaian atas aplikasi dan game yang ada di toko aplikasi? Tentunya mereka yang telah mengunduh aplikasi yang bersangkutan dan menggunakannya, yang berarti hanya pengguna yang login yang bisa melakukan penilaian.

Seperti yang dijelaskan lebih lanjut oleh Hunter, jika sebuah metrik bisa dikembangkan dan diimplementasikan untuk menentukan aplikasi mana yang telah digunakan, frekuensi penggunaannya, waktu yang dipakai, serta penting atau tidaknya aplikasi ini tampil di layar utama, maka hal ini akan menjadi tambang emas bagi para developer dalam mengukur bagaimana mereka perlu mengembangkan aplikasi. Pencarian berdasarkan peringkat, penemuan, dan serta popularitas akan semakin meningkat. Namun apakah ini akan melanggar privasi pengguna, itu adalah topik lain yang harus dibahas tersendiri. Satu hal yang bisa dilakukan oleh para developer untuk meminimalisasi pelanggaran privasi adalah dengan membuat data yang terkumpul menjadi anonim.

Apakah menurut Anda sisten rating lima bintang harus dihilangkan? Kolom komentar menanti pendapat Anda.

[Gambar]

4 Comments

  1. Hmm menurut saya sih tidak, meski ada banyak alternatif, rasanya 5 star tetap nomor satu.

    Kenapa? Karena itu basic. Basic dari sebuah pengukuran psikologis yang paling reliable dari dulu sampe sekarang. Star rating, mau berbentuk lima jempol atau angka 1-5, itu adalah penjelmaan dari skala likert, skala yang digunakan untuk behaviour rating. Faking pasti ada, tapi itu merupakan bagian dari error, bukannya semua pengukuran, apalagi yg mengukur perilaku manusia pasti ada errornya?

    Sampe sekarang peneliti di bidang behavior research maupun psikologis rasanya belum menemukan skala yang lebih terpercaya dibanding skala research, bahkan untuk itung2an statistik skala likert jg masih dipakai. Itulah kenapa sedari dulu sampe sekarang setiap ada kuesioner pasti optionnya itu lagi -itu lagi, skala 1-sekian atau skala dr sangat tidak setuju smp sangat setuju

    Namun, saya sendiri sangat senang apabila ada alternatif star rating, karena bs memperkaya sebuah rating, seperti genius di app store misalnya. Ini sama aja kayak kita mengkondisikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.. Untuk dapat data yang faktual berupa angka, kita biasanya mengacu pada kuantitatif (star rating) namun akan lebih baik bila bisa diperkaya secara kualitatif (misalnya, genius)

    Itu pendapat saya aja lho.. gimana menurut yang lain?

  2. Saya pribadi selalu merasa kesulitan jika menghadapi rating dengan sistem lima bintang. Nilai berapa yang harus saya pilih?

    Namun tidak demikian untuk sistem seperti like. Sangat simpel, jika saya suka tinggal pilih “Like” atau “thumb up” atau sejenisnya, dan bila tidak suka tinggal pilih sebaliknya.

    Dari sisi developer atau publisher mungkin sistem rating lima bintang lebih bermanfaat untuk analisis, namun menurut saya sistem tersebut menakutkan bila dilihat dari sisi user.

    Jadi pilihan saya, sistem rating lima bintang sudah selayaknya untuk diganti.

  3. Sistem Rating 5 Bintang lebih efektif dari sisi pengguna untuk melihatnya dibandingkan sistem Like.
    Sistem Like lebih efektif dari sisi pengguna untuk melakukan rating dibandingkan sistem 5 bintang.
    Jadi, menurut saya akan sangat menarik bila kedua sistem tersebut dikombinasikan.

    Mari silahkan mencoba……..
     

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

[Simply Business] Kurasi Konten akan Mengambil Alih Web

Next Story

Ovum: Pendapatan Non-Voice Operator Telekomunikasi Berkembang Pesat di Asia Pasifik, Termasuk Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Whatsapp Bakal Bisa Kirim Gambar Tanpa Kompresi?

Siapa yang saat ini masih menggunakan Whatsapp untuk mengirim gambar?

Laporan Data Perilaku Pengguna Perangkat Mobile di Indonesia

Pandemi COVID-19 mengubah gaya hidup dari banyak orang, termasuk kebiasaan