Gideon Edie Purnomo, Head of VAS, Applications and Device Management Group Telkomsel menyebut bahwa rasio unduhan aplikasi berbayar untuk Android melalui Telkomsel hanya sekitar 5%. Dari 100 aplikasi yang diunduh hanya 5 yang merupakan aplikasi berbayar. Jumlah tersebut masih sedikit, walaupun sudah mengalami perkembangan.
Padahal, jumlah perangkat Android meningkat pesat dalam setahun terakhir. Saat ini jumlah pelanggan Telkomsel pengguna Android mencapai 2,5 juta perangkat. Jumlah ini meningkat 15 kali lipat dibanding tahun lalu yang hanya berjumlah 170 ribu perangkat. Pada akhir tahun ini, Telkomsel mentargetkan jumlah ini dapat terus bertambah hingga mencapai 5 juta perangkat.
Selain karena banyaknya produsen yang menghadirkan Android dalam ponsel-ponsel mereka, Gideon berpendapat bahwa pesatnya pertumbuhan pengguna Android juga disebabkan oleh semakin terjangkaunya harga perangkat Android. Jika dulu harganya 6 juta Rupiah, sekarang smartphone Android dapat didapatkan dengan harga 2 jutaan saja.
Ini berarti, pertumbuhan pengguna Android semakin bergeser ke pengguna dengan tingkat ekonomi lebih rendah. Karena pengguna seperti ini biasanya tidak mempunyai kartu kredit, secara kasar kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa persentase pengguna Android yang mempunyai kartu kredit semakin berkurang. Sedangkan kartu kredit merupakan cara satu-satunya (saat ini) membeli aplikasi lewat Google Play.
Hubungan antara harga smartphone Android makin murah – pengguna Android semakin menyasar kelas menengah ke bawah – persentase pengguna Android pemilik kartu kredit berkurang – penjualan aplikasi berbayar rendah ini harusnya membuat kerja sama antara operator lokal dan Google Play menjadi semakin mendesak. Ini untuk mengakomodasi pengguna Android dari kelas menengah (yang merupakan mayoritas pengguna Android) yang ingin memaksimalkan kemampuan smartphone-nya dengan membeli sejumlah aplikasi berbayar lewat Google Play.
Google Play bisa melihat Nokia Store Indonesia yang bekerja sama dengan beberapa operator lokal untuk pembelian aplikasi dan konten. Meskipun pemilik featured phone mungkin berada pada tingkat ekonomi yang lebih rendah daripada pengguna Android, termasuk pelajar dan mahasiswa, tetapi penjualan aplikasi terutama game untuk featured phone melalui Nokia Store tetap kencang. Hal ini didasari oleh kemudahan pengguna untuk membeli aplikasi tersebut lewat skema potong pulsa.
Faktor ingin mendapatkan aplikasi secara mudah atau tidak mau sulit inilah yang juga membuat banyak pengguna smartphone Android mencari aplikasi bajakan (aplikasi berbayar tidak resmi). Karena memang tidak mempunyai kartu kredit, satu-satunya jalan bagi mereka untuk bisa menikmati aplikasi berbayar adalah dengan mencari bajakannya di internet. Jika ‘dinding’ yang menghambat ini disingkirkan, dengan memberikan cara yang semakin mudah untuk membeli aplikasi, saya pikir banyak pengguna yang lebih memilih untuk membeli aplikasi berbayar resmi karena lebih aman daripada menggunakan aplikasi bajakan.