Menyasar kalangan millennial di Indonesia, platform instant messaging dan media sosial Jongla (baca: Yongla), yang berasal dari Finlandia, dalam temu media di Jakarta menyebutkan memiliki 2,5 juta pengguna secara global. Masih sangat kecil dibanding pengguna layanan messaging populer seperti WhatsApp atau LINE. Indonesia adalah pasar keenam terbesar secara global dan Jongla masih mencoba menembus pasar dengan tawaran aplikasi berukuran sangat kecil dan gabungan antara fungsi messaging dan media sosial.
Didirikan pada tahun 2009 dan telah memasuki pasar Indonesia sejak akhir 2014, Jongla mendapatkan dukungan penuh dari 30 investor asal Finlandia yang terdiri dari angel investor, private equity, hingga venture capital dengan total investasi sebesar 11 juta Euro.
“Kehadiran Jongla di Indonesia diharapkan dapat menjadi pilihan baru masyarakat Indonesia terutama kalangan millennial dalam hal penggunaan instant messaging yang mudah digunakan, ringan dan dilengkapi dengan fitur-fitur menarik,” kata CEO Jongla Riku Salminen.
Saat ini Jongla sudah bisa diunduh di platform Android, iOS, Windows Phone dan juga Firefox OS.
“Saat ini perbedaan antara media sosial dan aplikasi instant messaging sangat tipis, kami yakin dua hal tersebut akan bergabung menjadi satu. Jongla menawarkan fitur sosial baru dalam layanan instant messaging yang memungkinkan penggguna menikmati layanan terbaik dari gabungan dua hal tersebut,” kata Riku.
Pengguna Jongla di Indonesia adalah yang keenam terbesar. Brazil menempati urutan pertama disusul India, Turki, Thailand, dan Meksiko
Fitur pembeda Jongla
Selain melalui aplikasi mobile, Jongla juga bisa dinikmati di browser. Pilihan ini dihadirkan untuk memudahkan pengguna mengirimkan pesan melalui aplikasi kepada teman yang belum mengunduh aplikasi Jongla. Nantinya pesan yang dikirimkan melalui Jongla akan masuk dalam bentuk SMS gratis ke semua operator di Indonesia, dilengkapi dengan tautan yang akan menuju kepada browser Jongla.
“Sekilas fitur ini sama dengan Friend Invite, nantinya penerima pesan akan mendapatkan sedikit pesan dari aplikasi Jongla, pesan seutuhnya bisa diakses ketika penerima pesan mengklik tautan dan membuka di browser,” kata Riku.
Fitur lain yang juga menjadi andalan Jongla adalah Location, dengan memanfaatkan fitur Nearby pengguna yang ingin menambah teman baru bisa memanfaatkan fitur ini untuk berkenalan dan menambah jumlah teman di aplikasi Jongla.
Jongla juga memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan profil pengguna lain dengan beberapa pilihan reaksi. Sesama komunitas Jongla dapat saling memberikan reaksi dengan pilihan yang beragam.
Yang menarik dan membedakan Jongla dengan layanan lainnya adalah fitur Voice Messaging, yang dilengkapi dengan filter unik untuk merubah suara Anda menjadi berbeda.
“Aplikasi Jongla yang ’lite’ memberikan pengalaman Anda menikmati layanan yang ada lebih cepat, aplikasi Jongla hanya 3 MB size-nya berbeda dengan aplikasi lain yang bisa mencapai 30 MB,” kata Riku.
Menurut Riku, kompetitor langsung Jongla adalah Telegram yang memiliki fitur serupa dan size sedikit lebih banyak dari Jongla. Menurut penelitian yang telah dilakukan, Jongla menggunakan 80% data lebih sedikit dibandingkan dengan Viber dan kurang dari 25% data dibandingkan dengan Facebook Messenger.
Target Jongla
Selain meluncurkan versi terbaru Jongla 3.0 dan komunitas, masih banyak target serta rencana yang ingin diwujudkan Jongla, di antaranya adalah Jongla Coins, Jongla VoIP & video call, dan Jongla for wearable. Semua inovasi tersebut diharapkan bisa segera direalisasikan bukan hanya di Indonesia tapi juga negara-negara lainnya.
“Saat ini fokus utama Jongla adalah akuisisi pelanggan dan awareness kepada pengguna baru. Tentunya untuk ke depannya diharapkan Jongla bisa menjadi messenger nomor satu di pasar negara-negara berkembang,” tandas Riku.