Dark
Light

Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, Bicara Tentang Membangun Komunitas

2 mins read
February 24, 2014

Secara tradisional komunitas terbentuk dalam sebuah ekologi tertentu, berdasarkan mudahnya sekumpulan orang yang bergabung dalam wilayah geografis tertentu. Namun internet telah menggeser pemahaman tersebut, ruang dan fisik tak lagi menjadi batasan. Komunitas online akan mudah terbentuk hanya bermodalkan jaringan internet.

Biasanya komunitas terbentuk karena sebuah kesamaan hobi atau passion, namun komunitas tersebut dapat bertahan karena beberapa faktor termasuk preferensi, kebutuhan, keyakinan, dan sejumlah kondisi lain yang memengaruhi identitas komunitas tersebut hingga derajat kekompakannya.

Meski komunitas hampir dapat terbentuk secara alamiah, untuk mempertahankan kesinambungannya adalah sebuah tantangan tersendiri. Salah satu alasan komunitas saat ini menjadi begitu penting bagi kelangsungan bisnis adalah karena banyak perusahaan yang percaya bahwa konsumen yang bergabung dengan sebuah komunitas tertentu menjadi lebih terlibat dengan produknya.

Jadi bukan sebuah hal yang mengherankan, dengan kekuatan komunitas Female Daily Network (FDN) yang begitu mendalami kecantikan, FDN sering sekali dihubungi oleh perusahaan kosmetik dan kecantikan dari luar sebelum brand-nya hadir di Indonesia.

Menurut pengakuan Hanifa Ambadar, CEO dan co-founder FDN, secara langsung kepada DailySocial, para perusahaan kosmetik tersebut sering menghubungi FDN untuk mengajak mereka berdiskusi sebelum memutuskan apakah akan masuk ke pasar Indonesia karena di forum komunitas FDN, pembicaraan, diskusi, dan bahkan ulasan mengenai produk-produk mereka sudah dimulai sejak pertama kali diperkenalkan di dunia, jauh sebelum dipertimbangkan untuk hadir di Indonesia.

“Saking advanced-nya komunitas ini, bahkan brand yang belum ada di sini mereka memang sudah pakai. Jadi ketika brand baru mau masuk sini mereka akan ketemu Female Daily lebih dahulu,” tutur Hanifa.

Ia pun mencontohkan sebuah kisah, brand kecantikan Labo yang notabene baru masuk Indonesia tahun lalu, di forum FDN sudah menjadi topik perbincangan hangat sejak tiga tahun ke belakang. Pengalaman Labo tersebut hanyalah sejarah yang berulang dari kisah BB Cream di dalam komunitas FDN. BB Cream yang menjadi produk primadona sejak dua tahun belakangan di tanah air, di komunitas mereka sudah dibicarakan sejak empat tahun lalu. “Kita sudah bikin gathering ramai-ramai, semua pada bawa BB Cream. Main coba-coba-an,” kenang Hanifa.

Senada dengan Hanifa, Novita Imelda, operational director FDN, juga menimpali. Novi mengatakan kalau masuk ke dalam forum, banyak informasi kecantikan yang cukup dalam, bahkan hingga membahas bahan-bahan yang terkandung dalam produk kecantikan tersebut.

DailySocial pun tertarik mengetahui lebih jauh yang membuat komunitas FDN menjadi begitu solid dan terus bertumbuh. Menurut Hanifa, saat ini anggota terdaftar sebanyak 110 ribu dan  80 persennya pasti aktif setiap bulan. Hanifa membeberkan lebih jauh kisah awal komunitas ini terbentuk. Menurutnya, semua itu berkat pembentukan awal komunitas FDN yang diakui oleh mereka prosesnya cukup sulit. Proses pendaftaran anggota tidak semudah mendaftar, lalu langsung menjadi anggota, tetapi setelah mendaftar, calon anggota harus menunggu pihak FDN menyetujui keanggotaannya. Plus, moderator forum pun bertindak sebagai wasit forum yang sangat tegas dalam mengatur ketertiban komunikasi di dalam forum tersebut.

Sebagai contoh, pengguna diharuskan berkomentar atau posting lebih dari 50 karakter. “Kalau enggak, cuma nulis ‘ih lucu banget’, gitu doang isinya,” jelas Hanifa.

Proses resgistrasi yang mendalam dan dipersulit secara alami akan menyeleksi anggota yang benar-benar ingin bergabung. Sedangkan kontranya, pertumbuhan dan peningkatan angkanya tidak mungkin cepat.

Namun keputusan awal ini tidak pernah disesali oleh pihak FDN, karena anggota awal yang melalui proses kurasi tersebut pada akhirnya adalah yang menentukan kelanjutan interaksi dan aktivitas di dalam komunitas. Tak kurang menjaga mood orang-orang untuk terus berinteraksi dalam forum.

“Kalau mau bikin community itu, grup pertamanya paling penting. It’s gonna set the tone untuk kemudian harinya,” ujar Hanifa.  Dan itulah yang terjadi di forum Female Daily tanpa direncanakan.

Saat ini, perubahan yang terjadi di dalam FDN sendiri juga mendorong perubahan dalam mengurus komunitasnya karena komunitas FDN adalah letak kekuatan mereka yang harus terus dijaga dan dibesarkan. Dengan perubahan tersebut, FDN mengambil keputusan untuk mempermudah proses registrasi dan seperti yang telah diperkirakan, Hanifa mengatakan bahwa jumlah anggota yang mendaftar menjadi lebih banyak dan peningkatan jumlah anggota menjadi jauh lebih cepat dibandingkan proses yang sebelumnya.

Dengan anggota yang lebih bervariasi tentu akan lebih sulit menjaga komunitasnya. Hanifa mengatakan FDN telah mengambil langkah dengan memperbanyak moderator. Moderator akan bertindak sebagai polisi yang menjaga kaidah dan aturan yang berlaku dalam forum tersebut tetap terjaga. Proses penyaringan yang pernah dilakukan selama ini memberi rasa kepemilikan kepada para anggota forum FDN yang mendorong mereka untuk mempertahankan karakter dan kualitas pembicaraan.

“Member-member yang lama ini juga ownership-nya ke forumnya tinggi banget. Kalau ada yang jualan lah, pakai bahasanya terlalu disingkat-singkat sampai enggak ngerti, itu pasti di-report,”ceritanya. Dengan begitu tata tertib serta kenyamanan anggota yang selama ini berinteraksi dalam forum tetap terjaga.

[Foto: Affi Assegaf, Novita Imelda, Hanifa Ambadar, dari Female Daily Network]

 

Previous Story

[InfoDigi] Waspada Penipuan Belanja Online

Next Story

Kenapa Segmen Nokia X Menarik Bagi Pengembang di Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Rukita Co-Living

Konsep Co-Living Makin Diminati, Rukita Perbarui Aplikasi Targetkan Komunitas

Konsep hunian co-living menjadi semakin diminati, terutama di kota-kota besar

Social Commerce Mendapat Momentum di Indonesia Berkat Pengguna di Daerah

Danik Indriati adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai