Dalam acara media sound forum yang diadakan Sennheiser beberapa waktu lalu, tidak hanya mendapatkan informasi tentang panduan memilih headphone a la Sennheiser tetapi saya juga berkesempatan untuk mencoba berbagai headphone yang dipajang di acara tersebut. Beberapa diantaranya akan coba saya bahas di artikel ini.
Menikmati headphone memang tidak bisa dalam waktu singkat. Penggemar alat untuk mendengarkan audio bisa jadi mengenal istilah burn-in untuk menggambarkan bahwa perangkat headphone akan bisa memberikan hasil suara maksimal jika sudah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Belum lagi file musik serta perangkat yang digunakan untuk memutar musik dan alat tambahan, seperti amplifier, juga akan berpengaruh pada hasil audio yang dikeluarkan.
Untuk itu artikel ini memang bukan sebuah review tetapi lebih ke hands-on atau pengalaman singkat saya ketika mencoba beberapa headphone Sennheiser. Ada banyak tipe atau seri yang Sennheiser bawa di acara media sound forum, mulai dari on ear, in ear sampai yang over ear. Baik yang dilengkapi bluetooth atau yang wire. Saya tidak terlalu menyukai bentuk earphone in ear, jadi saat acara kemarin saya hanya mencoba beberapa headphone on ear dan over ear.
Sennheiser HD 630VB
Headphone yang satu ini, dijelaskan saat presentasi pada acara, disebut sebagai headphone audiophile pertama dari Sennheiser yang mendukung output audio dari smartphone. Belum masuk ke Indonesia dan harganya sudah bisa dipastikan akan premium, alias 5 juta ke atas.
Yang pertama kali mencuri perhatian dari HD 630VB bisa jadi adalah tampilan luar. Desain pad-nya terasa begitu besar, mengingatkan saya pada headphone Philips jadul. Namun desain bulky ini terbayar ketika Anda mulai menempatkannya di telinga Anda. Bundaran speaker yang bulat menutup dengan pas telinga Anda. Pinggiran pad yang ditutup bahan leather bagi sebagian pengguna mungkin tidak senyaman busa, tetapi tetap nyaman.
Busa pada bagian gagang atau pegangan yang bersentuhan ke bagian atas kepala juga menambah empuk saat dipakai. Cocok untuk penggunaan dalam waktu lama. Bahan dari headphone ini sendiri adalah gabungan beberapa bahan seperti plastik dan aluminium, dan balutan bahan kulit untuk pad baik dikuping atau penahan kepala. Penggabungannya menurut saya cukup menyenangkan, memberikan desain modern yang hadir dengan warna abu (metalik).
Dari suara sendiri, saya mendapatkan bahwa headphone ini memiliki bass yang cukup terasa tetapi tidak terlalu keras, dan terasa deep serta powerfull dari sound yang dihasilkannya. Untuk fitur tambahan, di bagian pinggir salah satu pad terdapat pengaturan kekuatan bass yang bisa diakses. Mirip seperti volume tapi untuk bass dan sisi powerfull suara. Jadi jika Anda ingin bass-nya agak berkurang bisa diatur ke miminal, lalu jika ingin mendengarkan lagu yang membutuhkan bass kuat bisa diatur ke maksimal.
Mendukung penggunaan smartphone tetapi untuk segmen audiophile menjadikan headphone ini harus memiliki sisi portabilitas yang tinggi. Meski bentuknya cukup besar namun foldable alias spekaer pad bisa ditekuk, lebih compact untuk dibawa kemana pun.
Pengalaman singkat mencoba Sennheiser HD 630VB kemarin cukup menyenangkan. Output suara yang diberikan juga cukup baik, meski saya hanya menggunakan layanan streaming lagu dari Deezer untuk memutar musik. Bisa jadi hasilnya akan lebih baik jika menggunakan file musik yg lebih ‘bagus’ dan bantuan amplifier.
Seri Momentum
Headphone lain yang saya coba pada acara media sound forum Sennheiser beberapa waktu lalu adalah seri Momentum 2. Kalau melihat keterangan produk yang dipajang ada 3 produk yang tersedia untuk dicoba, Momentum 2i on ear, Momentum 2G over ear dan Momentum 2 over ear (yang menurut penjelasan perwakilan distributor memiliki fitur bluetooth). Dua yang disebutkan awal diperuntukkan bagi pemutar perangkat iOS (tipe i) dan Android (tipe G).
Saya lebih banyak mencoba seri Momentum 2 karena merasa bahwa suara bass yang dihasilkan lebih terasa dibandingkan yang seri untuk perangkat bergerak – 2i dan 2G, meski di sisi lain suara yang dihasilkan tidak terlalu deep.
Desain pad-nya yang lonjong memberikan efek nyaman tertentu dibandingkan yang tipe over ear bentuk bulat. Bahan leather yang membalut pad serta gagang juga memberikan kenyamanan saat menggunakan.
Dari sisi desain, build dari headphone ini adalah gabungan plastik untuk rumah sepaker dan besi untuk gagang headphone. Momentum 2 cocok untuk penggunaan mobile karena bisa dilipat. Satu hal dari sisi desain yang tidak saya suka adalah perpaduan warna antara bagian luar dan bagian dalam pad. Warna busa yang coklat agak muda terasa ‘norak’ dan kurang pas dengan desain keseluruhan headphone.
Di unit yang saya coba, ada fitur pengaturan suara yang terletak di bagian bawah salah satu speaker dan ada pula tombol dengan logo bluetooth. Menurut penjelasan salah satu perwakilan retailer Sennheiser di Indonesia, perangkat yang tipe ini bisa digunakan secara wireless, tapi saya tidak mencobanya. Saat mendengarkan lagu menggunakan kabel, tombol bluetooth coba saya aktifkan, dan power suara yang dihasilkan menjadi semakin kuat dan terasa seperti ada noice cancelling yang diaktifkan.
Seri HD
Selain dua perangkat headphone di atas, saya mencoba sebentar pula beberapa headphone lain seperti HD 221 dan HD 471G. Untuk yang HD 221 suara yang dihasilkan cukup terasa untuk bass, detail suara lain pun juga cukup meski tidak terasa deep. Sedangkan utuk HD 471G terasa kurang bagi saya meski bass-nya cukup terasa.
Dari sisi desain, balutan plastik yang dibawa kedua perangkat ini bisa jadi tidak ada yang terlalu istimewa, meski model yang dihadirkan mencoba untuk menghadirkan bentuk modern.
—
Saya harus mengakui bahwa saya bukan penggemar Sennheiser, alasannya produk ini terlalu umum alias produk sejuta umat. Tetapi rasa penasaran saya akhirnya membuat saya membeli satu produk entry level earphone (model earbud), dan saat digunakan, ternyata hasil suara yang diberikan cukup baik. Padahal itu produk entry level yang harganya tidak mahal.
Saya juga hadir beberapa kali dalam sesi rilis headphone dan mencoba singkat produk Sennheiser, salah satu acara rilis yang saya hadiri adalah adalah seri Urbanite. Saya sempat pula me-review untuk waktu agak lama seri Fidelio M1. Pengalaman mencoba beberapa produk ini cukup mengubah penilaian saya pada produk Sennheiser. Apalagi produk seperti Fidelio, Momentum dan HD 630VB yang hadir dengan desain cukup keren, membuat produk sejuta umat ini mendapat sentuhan desain yang premium dan ciamik. Signature suara bass yang dimiliki Sennheiser juga konsisten dijaga dan dihadirkan pada berbagai produk mereka.
Menjadi menarik tentunya melihat pergerakan selanjutnya dari Sennheiser, apalagi saat berbincang dengan perwakilan distributor bahwa disebutkan merek ini akan mencoba untuk mulai fokus menyasar pengguna mid dan high level. Meski demikian, saya yakin beberapa produk laris untuk entry level yang mereka miliki, akan sulit ditinggalkan oleh Sennheiser.