Aplikasi kesehatan online Halodoc meluncurkan layanan teranyar Halodoc Goes to Hospital (HG2H), solusi yang memudahkan pasien menghemat waktu dalam menebus resep obat di rumah sakit, baik racikan maupun non racikan.
Layanan ini hadir karena keresahan pasien untuk durasi tunggu yang terlampau lama saat menebus resep dokter. Lamanya durasi tersebut tentunya mengganggu rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang prima. Hal ini diklaim juga berdampak pada penuhnya ruang tunggu yang kapasitasnya terbatas, sampai lahan parkir yang tidak produktif karena pasien yang terlampau lama di rumah sakit.
“HG2H merupakan wujud komitmen kami dalam mempermudah akses kesehatan bagi masyarakat. Sekaligus upaya kami dalam membangun sinergi positif dengan rumah sakit dalam mendukung RS menghadirkan layanan prima bagi setiap pasiennya,” ujar CEO Halodoc Jonathan Sudharta, Kamis (27/9).
Untuk menikmati layanan tersebut, saat pasien mendapat resep obat dari dokter rumah sakit, mereka dapat melakukan pembayaran atas layanan konsultasi yang diberikan dokter beserta resep obat yang ingin ditebus di kasir. Pada proses pembayaran inilah pihak RS akan memberi rekomendasi apakah mau menggunakan pengantaran obat melalui Halodoc atau tidak.
Ada tim Halodoc yang menempati booth di dekat meja kasir untuk mendampingi proses lebih lanjut. Bila setuju, pasien akan diminta mengisi data tambahan untuk pengiriman obat seraya mendapat penjelasan mengenai aturan pakai oleh apoteker mengenai obat yang ditebusnya.
Setelah itu, pasien dapat langsung meninggalkan rumah sakit dan obat akan diantar sesuai alamat yang dikehendaki pasien lewat mitra pengemudi Go-Jek. Pasien dapat mengunduh aplikasi Halodoc untuk memantau posisi.
Halodoc menjamin pengiriman akan sampai kurang dari satu jam, setelah proses racikan resep selesai di apoteker sesuai dengan prosedur kurang lebih memakan waktu antara 30 menit sampai 1 jam.
Pada tahap awal, pasien tidak dikenai biaya pengiriman oleh Halodoc. Pengiriman akan dilakukan dengan jarak pengiriman maksimal 40 km.
Isu lama rumah sakit
Permasalahan lama yang selama ini dihadapi rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang prima adalah memangkas durasi waktu tunggu pasien pasca membayar resep dokter. Kebanyakan rumah sakit tidak memiliki ruang tunggu dengan kapasitas terbatas.
Sementara, apoteker tidak bisa memangkas waktu kerjanya dalam meracik obat karena harus sesuai prosedur, mengingat ada nyawa pasien yang harus diobati. Untuk rumah sakit besar yang kesehariannya menampung 800 pasien, tidak bisa memberikan layanan terbaiknya.
Alhasil pasien harus menunggu waktu dari pendaftaran konsultasi ke dokter dari sebelum matahari terbit, belum lagi harus antri saat menebus resep dokter. Mereka bisa seharian menghabiskan waktunya di rumah sakit.
“Menurut WHO, ada tujuh kunci pelayanan yang harus diutamakan rumah sakit. Diantaranya akses, center care, cost, integritas dan lainnya. Nah, layanan yang dihadirkan Halodoc menjawab salah satu kunci tersebut. Diharapkan layanan ini bisa memangkas waktu pasien, dan rumah sakit akhirnya bisa memberikan pelayanan optimal,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kuntjoro.
Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta jadi rumah sakit pertama yang menggunakan layanan HG2H sejak awal tahun ini. Tiap harinya RSPP menangani 800 pasien dari berbagai poli, sehingga karakteristik obat yang dibutuhkan berbeda-beda.
Menurut pengakuan Business Management Head RSPP Agus W Susetyo, hingga kini pihaknya belum sama sekali menerima keluhan dari pasien terkait pelayanan dari Halodoc. Padahal, saat pertama kali Halodoc mau mengintegrasikan layanannya ke RSPP butuh waktu yang tidak sebentar untuk menjelaskan ke manajemen RS.
Ini wajar, katanya, mengingat hal ini pertama kali baru ada di Indonesia. Sehingga manajemen harus bolak balik memastikan kajiannya dari segi aturan
“Apakah menyalahi aturan, mengingat yang diantar oleh Go-Jek ini adalah obat, ada nyawa pasien yang menggantungkan hidupnya dengan obat tersebut. Ini tidak semudah saat antar penumpang,” kata Agus.
Rencana berikutnya
Setelah RSPP, lanjut Jonathan, pihaknya akhirnya membuka layanan tersebut ke 76 rumah sakit. Lokasinya tersebar di Jabodetabek, Karawang, Bandung, Malang, Bali, hingga Makassar.
Sampai akhir tahun depan Halodoc akan perluas layanan ini ke 500 rumah sakit. Adapun total rumah sakit di Indonesia pada saat ini mencapai 2.836.
Tidak menutup kemungkinan HG2H akan dibawa untuk non rumah sakit, kendati menurut Jonathan pihaknya masih memfokuskan untuk rumah sakit terlebih dahulu.
“Kami akan terus menjajaki kerja sama dengan berbagai rumah sakit lebih banyak lagi, sehingga dengan begitu, akan lebih banyak pula pasien yang terbantu melalui layanan HG2H,” pungkasnya.