Membayangkan rumitnya mencari co-founder sudah cukup menguras waktu dan tenaga anda. Namun, pernahkan anda membayangkan bagaimana kondisinya apabila founder dari suatu startup mengundurkan diri dari jabatannya? Apa yang harus anda lakukan demi menjaga perusahaan terus tetap berjalan on track?
David Ehrenberg, CEO Early Growth Financial Services, berbagi tips mengenai hal tersebut seperti dirangkum dalam sebuah artikel. Menurut Ehrenberg, alasan dari mundurnya seorang founder bisa berbagai alasan. Akan tetapi, anda perlu pahami bahwa timing dari resign-nya founder bisa berdampak besar bagi perusahaan.
Alasan mundurnya founder
Secara umum mundurnya founder ada tiga penyebab:
Pertama, mundur mendadak karena sakit parah, meninggal, atau ada tawaran yang lebih baik. Penyebab tersebut agak sulit dihadapi karena tidak ada pertanda sebelumnya.
Kedua, mundur karena terjadi konflik. Alasan ini cukup umum terjadi, karena bisa mengakibatkan hubungan antara founder dan co-founder jadi renggang. Hal demikian bisa berakibat bergesernya visi dan misi perusahaan, terutama saat anda memutuskan ingin mencari investor baru atau tidak.
Jika terjadi hal seperti ini, Ehrenberg menyarankan agar anda menjadi pihak yang mengakhiri kerja sama tersebut demi meminimalisir potensi bencana yang akan terjadi. Ketidaksamaan paham dalam menjalani perusahaan bakal terjadi, untuk itu anda harus menyiapkan diri saat menghadapi keputusan terpahit.
Ketiga, mundur setelah negosiasi. Ketika ada suatu hal yang tidak bisa dibicarakan lebih lanjut, entah itu karena masalah performa kerja atau konflik berkepanjangan lainnya. Anda dan founder harus memutuskan pilihan terbaik untuk perusahaan, menerimanya atau tidak. Kondisi seperti ini memperlihatkan apakah anda berdua berada di jalur yang sama.
Setelah anda mengetahui ketiga penyebab di atas, terbayang dalam benak bila ada surat resign yang sampai ke meja kerja anda.
Hal yang harus dilakukan
Ada enam tindakan yang harus segera Anda lakukan:
Pertama, lakukan plan B. Ada kemungkinan perusahaan anda terselamatkan karena ada plan B yang bisa dijalankan. Bahkan saat anda menghadap investor baru, mereka akan butuh rencana tersebut. Setelah itu, anda perlu membuat rencana berikutnya sebagai tindak lanjut.
Menurut Ehrenberg, setidaknya dalam jangka pendek, rencana yang anda buat itu dapat membantu perusahaan melewati masa transisi setelah “ditinggal” founder, sembari mencari tahu langkah apa yang selanjutnya anda ambil.
Kedua, berkonsultasi ke pengacara. Anda perlu melindungi hak cipta perusahaan setelah founder mengundurkan diri, mulai dari menandatangani akta perjanjian dan mewajibkan untuk tidak membocorkan informasi perusahaan. Mintalah bantuan dari pengacara untuk memproses seluruh hal itu. Tindakan ini, sekaligus meminimalisir segala risiko sengkata hukum yang akan muncul di kemudian hari.
Ketiga, lakukan negosiasi. Timing, transisi dan bagaimana menangani kepemilikan saham, valuasi, hak cipta, atau situasi lainnya yang saling berhubungan merupakan hal-hal yang perlu dilakukan lewat kesepakatan. Anda perlu andil dari seorang pengacara untuk menegosiasikan seluruh prosesnya, sehingga anda tidak perlu menanggung semua urusan itu seorang diri.
Keempat, selesaikan urusan kepemilikan saham perusahaan. Hal terakhir yang anda inginkan setelah “ditinggal” founder adalah selesainya proses perpindahan kepemilikan saham dengan lancar tanpa proses yang terbelit-belit. Ada proses yang bisa menjadi pertimbangan, yaitu membeli kembali (buy back) saham, mempercepat jadwal vesting, atau kesepakatan lainnya.
Kelima, dekati investor dan kreditur. Bersikap terbuka dan transparan di suatu sisi adalah hal yang terbaik untuk dilakukan demi memperkecil risiko buruk. Investor pun akan jadi lebih mendukung perusahaan karena anda lebih pro-aktif dalam menginformasikan kondisi terkini perusahaan. Berikan mereka gambaran tentang rencana anda menjaga perusahaan tetap on track dan yakinkan mereka bahwa anda akan menjaga uang mereka.
Terakhir, tinjau kembali rencana bisnis Anda. Setelah anda ditinggal founder, perlu lakukan dampak yang timbul dari sisi rencana bisnis perusahaan dan keuangannya, apakah bisa tetap berjalan dan survive, atau tidak.