Dunia game dan esports masih sering diidentikkan sebagai dunia pria. Karena itulah, perusahaan pembuat konsol seperti Sony dan Microsoft biasanya menggunakan desain dan warna yang maskulin untuk controller konsol mereka. Controller PlayStation misalnya, hadir dalam warna hitam. Selain itu, banyak controller PlayStation yang tampil dalam warna neon atau dengan corak camo. Sementara itu, controller Xbox juga biasanya memiliki warna maskulin seperti biru elektrik. Nintendo adalah salah satu perusahaan pembuat konsol yang berusaha untuk menarik perhatian para gamer perempuan dan tak hanya gamer pria. Ketika perusahaan asal Jepang itu meluncurkan Nintendo Switch, mereka juga menyediakan konsol itu dalam warna cerah seperti kuning dan turquoise.
Google sebentar lagi akan meluncurkan layanan cloud gaming mereka, Stadia. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan memperkenalkan Stadia controller. Salah satu strategi yang mereka gunakan untuk bersaing dalam industri game yang diperkirakan memiliki nilai US$152 miliar ini adalah dengan menargetkan para gamer perempuan, yang memang belum mendapatkan banyak perhatian. Inilah alasan mengapa Google meluncurkan Stadia controller dalam tiga warna: hitam, putih, dan hijau Wasabi.
Sebelum mereka menentukan hijau Wasabi sebagai salah satu warna untuk controller-nya, Google melakukan polling pada ribuan gamer tentang warna yang sebaiknya mereka gunakan. Menurut Director of Design, Google, Isabelle Olsson, hijau Wasabi dipilih karena warna ini disukai baik oleh laki-laki maupun perempuan.
“Baik pria dan perempuan senang dengan warna ini. Warna hijau Wasabi disukai kedua gender, tapi tetap ekspresif,” kata Olsson, dikutip dari CNN Business. “Sulit untuk menemukan warna seperti itu.” Tak hanya masalah warna, Google juga mencoba untuk mendesain Stadia controller agar ia nyaman untuk digenggam oleh perempuan, yang biasanya memiliki tangan lebih kecil dari pria. Google mengaku bahwa mereka memang sengaja melakukan ini.
“Controller ini dibuat agar nyaman untuk digunakan baik oleh pria yang memiliki tangan besar atau perempuan yang memiliki tangan lebih kecil,” kata Google Industrial Designer, Jason Pi. Strategi yang Google gunakan ini bisa menjadi kunci untuk bagi mereka untuk bersaing dengan Sony, Nintendo, dan Microsoft serta mendapatkan gamer yang lebih beragam. Menurut Entertainment Software Association, di Amerika Serikat, 46 persen gamer adalah perempuan. Sementara survei yang dilakukan oleh Google Play dan Newzoo menunjukkan bahwa 49 persen mobile gamer adalah perempuan. Inilah yang membuat TouchTen tertarik untuk menggarap game untuk perempuan ketika mereka mendapatkan kucuran dana segar pada Oktober 2019.
“Salah satu keuntungan yang Google miliki jika harus melawan Xbox atau PlayStation adalah mereka tidak memiliki ‘kultur gamer‘ yang harus mereka penuhi,” kata Laine Nooney, Assistant Professor dan ahli sejarah video game di New York University.
Sumber header: Twitter