Terakhir Google merombak tampilan Maps adalah di event Google I/O bulan Mei lalu. Kala itu, yang menjadi fokus adalah aspek kurasi demi mempermudah eksplorasi. Baru-baru ini, Google kembali meng-update Maps, dan yang diutamakan kali ini adalah fungsi navigasinya.
Kalau sebelumnya ada tab “Driving” dan “Transit”, sekarang keduanya disatukan menjadi “Commute”. Alasannya sederhana: ada sejumlah konsumen yang memanfaatkan kendaraan pribadi sekaligus transportasi umum (transit) untuk pergi bekerja, dan pembaruan ini diharapkan dapat memudahkan mereka.
Sebelum memulai perjalanan, Maps akan lebih dulu menyajikan informasi kondisi lalu lintas dan transit secara real-time, disesuaikan dengan rutinitas masing-masing pengguna setiap harinya. Kalau ternyata rute biasanya sedang macet, Maps akan memperbarui estimasi waktu ketibaannya, sekaligus menawarkan rute alternatif yang bisa diambil.
Bagi pengguna yang mengandalkan kendaraan pribadi sekaligus layanan transit tadi, mereka dapat mengakses informasi di satu tampilan yang sama, mulai dari kondisi lalu lintas, waktu kedatangan bus, sampai berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berjalan ke stasiun kereta terdekat. Semuanya secara otomatis dikalkulasikan ke estimasi waktu ketibaan.
Kelengkapan informasi transit ini sejatinya menjadikan Google Maps makin mirip aplikasi macam Citymapper atau Moovit. Google bilang bahwa informasinya sudah mencakup 80 kawasan di dunia. Di beberapa kawasan, seperti di Sydney misalnya, pengguna malah bisa melihat seberapa penuh bus atau kereta yang bakal dinaikinya.
Terakhir, Google juga menghadirkan integrasi layanan streaming musik ke Maps, spesifiknya Spotify, Apple Music dan Google Play Music. Cara kerjanya mirip-mirip seperti integrasi Spotify di Waze, memudahkan pengguna menikmati alunan musik selagi berkendara.
Sumber: Google.