Dark
Light

Google Dirumorkan Bakal Mengakuisisi Pionir Teknologi Light Field, Lytro

1 min read
March 22, 2018

Google dirumorkan sedang dalam proses mengakuisisi Lytro. Kabar ini memang belum mendapat konfirmasi resmi, akan tetapi TechCrunch melaporkannya berdasarkan informasi dari beberapa sumber terpercaya.

Lytro, bagi yang tidak tahu, adalah salah satu pionir di bidang fotografi light field. Mereka sempat menjadi buah bibir di tahun 2012 lewat sebuah kamera berteknologi light field, yang memungkinkan pengguna untuk mengatur fokus pasca pemotretan.

Lalu di tahun 2014, pamornya kian naik berkat Lytro Illum, yang menawarkan teknologi serupa namun dalam kemasan ala kamera mirrorless. Kendati demikian, dua produk ini rupanya belum bisa menjadi fondasi bisnis yang menguntungkan.

Lytro Immerge / Lytro
Lytro Immerge / Lytro

Dari situ Lytro mulai memikirkan untuk pivot, dan menjelang akhir tahun 2015, mereka mulai mencoba mengimplementasikan teknologi light field pada ranah VR lewat sebuah kamera 360 derajat bernama Lytro Immerge. Sayangnya, perkembangan industri VR pun tidak sepesat yang mereka bayangkan.

Itulah yang pada akhirnya menjadi latar belakang atas berita akuisisi ini. Menurut salah satu sumber TechCrunch, deal-nya ini lebih pantas disebut sebagai penjualan aset, dengan mahar tidak lebih dari $40 juta, meski Lytro sendiri memiliki valuasi sekitar $360 juta di tahun 2017.

Aset yang dimaksud kemungkinan besar merujuk pada 59 hak paten seputar teknologi light field yang dipegang oleh Lytro. Pertanyaannya, mengapa Google tiba-tiba menginginkannya?

Eksperimen Google dengan teknologi light field / Google
Eksperimen Google dengan teknologi light field / Google

Sebenarnya bukan tiba-tiba, sebab belum lama ini Google sempat bereksperimen dengan teknologi light field, dengan tujuan untuk meningkatkan sensasi realistis yang ditawarkan konten VR. Buah eksperimen mereka adalah aplikasi Welcome to Light Fields, yang kompatibel dengan HTC Vive, Oculus Rift dan Windows Mixed Reality.

Asumsi saya, progress Google dalam bereksperimen dengan teknologi light field terhambat dikarenakan salah satu atau beberapa paten milik Lytro. Demi memuluskan inisiatif mereka, cara termudah adalah membelinya dari Lytro, apalagi kalau memang harganya ‘cuma’ $40 juta.

Di sisi lain, potensi light field sendiri sebenarnya tidak cuma terbatas di ranah VR saja. Google yang berkantong tebal semestinya merupakan pihak yang tepat untuk memaksimalkan potensi light field ketimbang perusahaan kecil yang kesulitan menghasilkan profit.

Sumber: TechCrunch.

Pemaparan riset produk Go-Ride dan Go-Food oleh tim LD FEB UI / DailySocial
Previous Story

Riset FEB UI: Go-Jek Sumbang Rp9,9 Triliun untuk Ekonomi Indonesia

Next Story

Nintendo Ungkap 10 Game Indie Terlaris di Console Switch

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,

Don't Miss

Google Trend di Indonesia Makin Cangih, Kini Ada Fitur Sedang Trending

Google secara resmi menghadirkan fitur Sedang Trending di Indonesia yang

Google Luncurkan AI Academy untuk Jaring Startup AI di Asia-Pasifik

Implementasi teknologi kecerdasan buatan atau AI memang berkembang pesat. Maka