Debut perdana Google di ranah pengembangan chipset untuk perangkat mobile dimulai bersama Pixel 2, di mana setiap unitnya telah dibekali co-processor buatan mereka sendiri yang diberi nama Pixel Visual Core. Komponen ini bertanggung jawab atas implementasi teknologi HDR+ yang menjadi rahasia di balik superioritas kamera Pixel 2.
HDR+ sebenarnya sudah eksis sejak tahun 2014. Di Pixel 2, fitur tersebut selalu aktif, memungkinkan kamera untuk menangkap beberapa foto dalam beragam pengaturan exposure, sebelum akhirnya menyatukannya menjadi satu gambar yang mendekati sempurna.
Pixel Visual Core tadi itu sederhananya bertugas mempercepat proses pengambilan gambar HDR+, dan di saat yang sama mengonsumsi energi yang lebih sedikit ketimbang jika prosesnya ditangani oleh prosesor utama. Yang menjadi masalah, selama ini Pixel Visual Core masih ‘tertidur’ dan belum diaktifkan.
Sesuai janji, Google pun mulai merilis software update untuk Pixel 2 yang bakal mengaktifkan Pixel Visual Core. Selain di aplikasi kamera bawaan, tandem Pixel Visual Core dan HDR+ ini juga siap bekerja di semua aplikasi lain yang memiliki mode kamera, macam Instagram, WhatsApp dan Snapchat. Foto-foto di atas menunjukkan perbandingan foto yang diambil tanpa (kiri) dan dengan HDR+ (kanan).
Google pada dasarnya mencoba menerapkan sesuatu yang baru dengan Pixel 2: ketimbang hanya mengandalkan superioritas komponen optik (sensor, lensa, dll) dan image signal processor (ISP) semata, mereka juga ingin meningkatkan hasil tangkapan kameranya lebih lagi dengan machine learning. Machine learning, seperti yang kita tahu, membutuhkan daya komputasi yang tinggi, dan itulah mengapa mereka mau bersusah payah sendiri mengembangkan komponen macam Pixel Visual Core.
Sumber: Google.