CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengklarifikasi pemberitaan Reuters yang menyatakan Go-Jek sedang mencari pendanaan baru untuk menutupi pembiayaan operasional. Nadiem menyatakan kepada DailySocial bahwa startup dengan valuasi sebesar Go-Jek pasti memperoleh pendanaan dari investor, tetapi ia mengaku tidak menyatakan saat ini sedang mencari pendanaan baru.
Sebelumnya Reuters dalam artikelnya menyebutkan:
Go-Jek cannot afford to continue relying on subsidies as “you end up where you run out of money”, Go-Jek founder Nadiem Makarim told Reuters on the sidelines of an e-commerce industry conference in Jakarta.
Raising funds from investors to expand the business is part of the solution, the Harvard Business School graduate said, adding that several venture capital and private equity firms have expressed an interest in Go-Jek because of its size and potential.
Nadiem mengklarifikasi bahwa dia tidak menyebutkan hal tersebut kepada media. Ia mengatakan:
“Startups se-skala Go-Jek will always be fundraising.”
Kalimat klarifikasi Nadiem menyebutkan bahwa tidak mungkin sebuah startup bisa memiliki skala dan valuasi sebesar Go-Jek saat ini jika tanpa memperoleh pendanaan dari investor. Go-Jek telah mendapatkan suntikan pendanaan dari setidaknya tiga venture capital, yakni NSI Ventures, Sequoia Capital dan DST Global. Saat ini Go-Jek mengaku memiliki lebih dari 200 ribu mitra pengemudi seantero Indonesia dan kami memperkirakan valuasi Go-Jek berada di kisaran antara 200-400 juta dollar (lebih dari 2 triliun Rupiah).
Model bisnis Go-Jek yang berbasis subsidi memang menjadi tanda tanya banyak pihak karena bahan bakar operasional perusahaan akan bergantung pada pendanaan dari investor. Beberapa kali CEO Go-Jek Nadiem Makarim (termasuk dalam video yang dipublikasi melalui akun Go-Jek) menyatakan bahwa “perang harga” ini tidak akan menyehatkan kompetisi (dalam jangka panjang).