Mengikuti jejak Uber yang memilih Pulau Bali sebagai kawasan ekspansi berikutnya setelah Jakarta, armada ojek Go-Jek pun menyambangi Pulau Dewata mulai hari ini. Tidak ada informasi adakah kawasan tertentu yang menjadi fokus Go-Jek, tetapi biasanya kawasan turis sekitar Kuta dan Seminyak menjadi lahan wajar bagi layanan transportasi alternatif ini.
Seperti dikutip dari Tech In Asia, Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengatakan bahwa turis lokal khususnya dari Jakarta yang berlibur ke Pulau Bali menjadi target pasar Go-Jek. Nadiem berharap layanan kurir yang disediakan Go-Jek dapat membantu mengurangi kemacetan yang kadang terjadi di Pulau Bali.
Pengguna Go-Jek di Jakarta bisa langsung menggunakan aplikasi mobile-nya untuk memesan ojek di Pulau Bali tanpa perlu melakukan pengaturan tertentu.
Memang Pulau Bali dikenal kurang ramah dengan orang-orang yang mengandalkan transportasi publik sebagai sarana bepergian. Kebanyakan orang memiliki kendaraan pribadi, sementara pendatang “terpaksa” menyewa kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, untuk menikmati berbagai atraksi wisata. Armada bus Trans Sarbagita dianggap kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum.
Kehadiran Go-Jek menambah keseruan layanan transportasi alternatif yang bisa “mengguncang” hegemoni yang sudah ada (atau biasanya digunakan istilah “disruptive”). Wisatawan kini memiliki alternatif saat bepergian ke Bali tanpa harus menyewa kendaraan dalam jangka waktu lama (biasanya 10/12 jam atau harian). Apakah bakal terjadi perubahan budaya wisatawan untuk pemanfaatan sarana transportasi setelah kehadiran Go-Jek? Kita tunggu efeknya beberapa waktu ke depan.