Kemarin, Kamis (26/7) The Global Mobile App Summit dan Awards (GMASA) 2017, konferensi aplikasi mobile tingkat global, resmi digelar. Acara ini hanya berlangsung selama satu hari menghadirkan puluhan pembicara untuk saling berbagi memberikan masukan. Sebelum di Indonesia, acara serupa pernah diselenggarakan di India dan Thailand.
Chairman GMASA Venkatesh CR menjelaskan Indonesia dipilih karena negara ini termasuk pasar smartphone terbesar ketiga di Asia Pasifik. Selain itu, pertumbuhan startup teknologi yang menggunakan aplikasi sebagai basis bisnisnya juga menjadi pertimbangan diselenggarakannya GMASA di Indonesia.
Pihaknya memperkirakan jika pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia tetap stabil, maka negara ini bisa jadi pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
“Indonesia juga sudah mengadopsi teknologi 4G/LTE. Populasi digitalnya tercatat sekitar 100 juta pengguna smartphone dengan jumlah penetrasi internet lebih dari 40%. Kombinasi dengan memperhatikan jumlah populasi yang sangat besar, tentunya menjadikan Indonesia sebagai pasar yang sangat menjanjikan,” ucapnya.
Kualitas aplikasi Indonesia setara dengan India
Masifnya penggunaan smartphone dalam kehidupan sehari-hari, rupanya turut membuat kualitas aplikasi mobile buatan pengembang Indonesia jadi makin inovatif. Menurut Venkatesh, bila membandingkan kualitas aplikasi lokal Indonesia dengan Tiongkok dan Jepang, Indonesia masih belum mampu menandinginya.
Akan tetapi bila disandingkan dengan India, posisinya jadi setara. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kalau India, aplikasi yang mereka buat unggul dalam hal infrastruktur dan pengembangannya. Sementara Indonesia, unggul dalam hal tampilan atau grafis UI dan UX.
“Hal ini bisa menciptakan kolaborasi dengan negara lain yang masing-masing masih memiliki kelebihan dan kekurangan agar sama-sama bisa maju.”
Diskusi panel membahas berbagai topik
Untuk mendukung hal di atas, konferensi tahunan ini membahas berbagai macam topik diskusi mulai dari tren iklan digital di 2017, bagaimana monetisasi lewat aplikasi, menciptakan inovasi dari aplikasi, tren terbaru di mobile commerce, aplikasi game, dan lainnya.
Di sesi keynote GMASA, CMO GDP Venture Danny Wirianto menyampaikan di era digital ini terjadi sepuluh perubahan gaya hidup masyarakat yang harus diperhatikan pebisnis startup. Mulai dari lebih berjiwa petualang, kurang jujur, kurang sabar, lebih ekspresif, dan lainnya.
“Masyarakat jadi kurang sabar, mereka ingin sesuatu didapat secara real time. Real time itu jadi the new normal. Pengembang aplikasi perlu membuat aplikasi yang sifatnya memudahkan orang, jadi lebih instan, sehingga mereka bisa jadi lebih cepat dalam memutuskan suatu keputusan,” terangnya.
Salah satu sesi diskusi panel membahas strategi mengukur performa iklan digital di 2017. COO Adskom Martinus Faisal menerangkan ketika perusahaan ingin melakukan brand campaign sebaiknya tidak terfokus pada KPI.
Pasalnya brand campaign tidak bisa diukur secara KPI. Perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya agar produk mereka bisa menjadi top of mind bagi konsumen. “Antara brand campaign, user experience, dan cara measure-nya itu masing-masing memiliki metrik yang berbeda. Produk harus dikenal oleh target konsumen,” terang Martinus.
Di sisi pengembangan permainan, salah satu panelis, Co-Founder Agate Studio Shienly Aprilia, mengatakan tantangan pengembang game di Indonesia masih sama dari sebelumnya, yakni bagaimana cara mereka bisa dapat berkompetisi dengan game yang diciptakan dari pemain global.
“Dari total pertumbuhan market aplikasi games sekitar 30%-40%, sebagian besar di-absorb oleh pengembang game dari luar negeri. Solusinya adalah berkolaborasi dengan perusahaan lain dalam brand campaigning, misalnya mengajak public figure. Inilah yang kami lakukan saat campaign game Kuis Iseng Kaesang,” terangnya.
Selain menggelar diskusi panel, GMASA juga menggelar Indie Pitch Fest. Ada 10 finalis dari lima negara yang bertanding mendapatkan hadiah uang tunai dan goodies. Pemenangnya secara berurutan adalah Tapto (Unikom Codelabs), Froggy and the Pesticide (None Developers), dan Ruangkala (Motiontale). Ketiga pemenang berasal dari Indonesia.
Pemenang secara berurutan berhak mendapatkan hadiah uang tunai dan goodies senilai US$ 1250, US$ 750, dan US$ 500. Mereka berhasil mengalahkan finalis lainnya, termasuk yang berasal dari Jerman, Amerika Serikat, Brazil, dan Thailand.
–
Disclosure: DailySocial adalah media partner GMASA 2017 Jakarta