Berawal dari pengalaman pribadi pasangan suami istri Muhammad Syahdani dan Putri Arinda, mereka mendirikan layanan penyewaan perlengkapan bayi bernama Gigel. Platform tersebut berisikan produk yang banyak dibutuhkan oleh pasangan muda yang baru saja memiliki anak seperti baby walker, stroller, mainan dan masih banyak lagi.
Kepada DailySocial, Syahdani (Dani) selaku CEO mengungkapkan, besarnya permintaan dan potensi bisnis ini menjadikan layanannya sejauh ini cukup diminati, terutama di kawasan Jabodetabek. Awal tahun ini Gigel juga gencar mengembangkan cakupan layanan dan model bisnis marketplace penyewaannya. Kini bukan hanya produk untuk bayi, pengguna bisa menyewa barang seperti winter jacket, koper untuk wisata hingga kamera.
“Semua kami hadirkan dengan memanfaatkan kemitraan dengan merchant yang tersebar di Jabodetabek. Kami juga menjalin kemitraan strategis dengan GoSend untuk pengiriman hingga menghadirkan pembayaran dompet digital GoPay,” kata Dani.
Gigel mengklaim telah memiliki sekitar 500 mitra, 30 ribu pengguna yang terdaftar dengan 15 ribu pengguna aktif. Masih terbatas di kawasan Jabodetabek, tahun ini Gigel memiliki rencana untuk memperluas layanan ke kota-kota besar lainnya.
“Saat ini kita masih melakukan persiapan untuk hadir di Bandung. Target kami tahun ini Gigel bisa meluncur di Yogyakarta, Surabaya dan Bali,” kata Dani.
Tantangan marketplace penyewaan
Salah satu alasan mengapa Gigel diciptakan adalah, masih belum adanya pemain lokal yang mendominasi model bisnis tersebut. Sementara ada tren di kalangan milenial yang lebih menggemari konsep sharing economy hingga smart buying, menjadi peluang yang cukup menarik untuk dikembangkan. Selain Gigel ada layanan penyewaan lain, misalnya Cumi.id dan Sevva yang sudah berganti nama menjadi nyewain.com.
Menurut Arinda selaku CMO, saat ini masih banyak ditemui persoalan pembelian barang untuk kebutuhan ibu dan anak yang tidak bisa maksimal digunakan, sehingga menjadi percuma dan menghabiskan uang saja. Dengan konsep penyewaan, Gigel memberikan kebebasan kepada pengguna untuk menggunakan dalam jangka waktu tertentu produk yang sedang dibutuhkan.
“Saat ini kami telah memiliki angel investor dan belum berencana untuk melakukan penggalangan dana. Masih fokus kepada traksi dan melayani lebih banyak pengguna, diharapkan tahun ini kami juga bisa menambah pilihan produk untuk pengguna,” kata Arinda.
Sebagian besar (60%) produk yang disewakan adalah inventori pribadi milik Gigel. Namun untuk mengembangkan bisnis dan merangkul lebih banyak pengguna, mereka memutuskan untuk menambah produk yang bervariasi dari mitra yang berminat menyewakan barang. Gigel juga menerapkan deposit yang semua persyaratan dan kesepakatan kepada pengguna ditentukan langsung oleh merchant.
Disinggung apakah ada rencana untuk Gigel melakukan konsolidasi dengan pemain lainnya atau bersedia diakuisisi dengan marketplace yang lebih besar, proses tersebut bisa saja dilakukan, tergantung dari kondisi dan kesepakatan yang ada. Namun saat ini Gigel yang telah memiliki 30 tim, masih fokus untuk mengembangkan bisnis dan melakukan ekspansi.
Peserta Gojek Xcelerate putaran ketiga
Sebagai upaya untuk mengembangkan bisnis, Gigel juga tengah tergabung dalam program akselerasi Gojek Xcelerate. Sesuai dengan tema dari program kali ini yaitu daily consumer innovation, diharapkan Gigel bisa mendapatkan wawasan lebih sekaligus akses terbuka kepada jaringan ekosistem miliki Gojek.
“Kita melihat program dan pemateri yang ditawarkan oleh Gojek Xcelerate ini sangat menarik, praktikal dan cocok dengan kebutuhan dalam mengembangkan startup di tahap early stage ini,” kata Dani.
Memanfaatkan mentor dari tim internal Gojek dan kurikulum yang dibuat secara khusus untuk program akselerator ini, Dani juga melihat ilmu yang telah diperoleh selama program serupa dengan kondisi dari bisnis Gigel saat ini.
“Menurut saya salah satu pelajaran penting dan bermanfaat untuk saya dan Gigel adalah strategi planning dan analisa masalah yang diajarkan oleh tim konsultan McKinsey.