Layanan yang dulunya dikenal dengan nama Local Organic Fresh Mart (LOFMart) tahun ini berganti nama menjadi Kecipir. Masih menawarkan layanan yang sama, Kecipir menjadi marketplace produk sayur, buah, bumbu, ayam organik berkualitas, memotong mata rantai distribusi konvensional di pasar tradisional menjadi lebih ringkas.
“Perubahan nama lebih dikarenakan kami merasa perlu untuk tampil lebih lokal. Dan Kecipir sebagai sebuah sayuran lokal juga sudah mulai jarang didengar orang. Prinsipnya, kami ingin merevitalisasi pertanian lokal dan organik,” ujar CEO Kecipir Tantyo Bangun
Dengan perubahan nama ini, diharapkan Kecipir bisa menjadi marketplace sayuran terlengkap dan bisa diandalkan oleh konsumen dengan mengedepankan kemudahan dan inovasi teknologi terkini.
“Aplikasi berbasis web kami sudah cukup lengkap mulai dari mengatur panenan petani hingga mengelola komunitas host dan member. Kedua, dari UX-nya jauh lebih mudah dan sederhana. Ketiga di bulan Desember 2015 kami meluncurkan aplikasi Android dan di bulan Maret 2016 kami meluncurkan aplikasi iOS. Saat ini pemesanan melalui aplikasi mobile kami sudah hampir 50% dari total order,” kata Tantyo.
Memperluas layanan dan menambah jumlah host
Saat ini Kecipir mengklaim telah memiliki 45 host (agen) yang tersebar di wilayah Jabodetabek, sementara jumlah anggota mendekati 1000 pelanggan yang telah melakukan pemesanan. Kecipir juga telah membuka layanan di wilayah Jakarta Barat dengan 5 host dan bulan Mei 2016 melayani Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan 10 host baru.
“Kami masih akan terus mencari host baru, karena menjadi host syaratnya sangat mudah dan mendapatkan penghasilan tambahan berupa komisi dari total order, sekaligus mendapat produk pangan sehat. Kami konsentrasi untuk menjangkau host di apartemen dan perkantoran,” kata Tantyo.
Kecipir juga mencatat selama ini pembeli yang memesan produk organik di Kecipir sebagian besar tinggal di apartemen atau mengirimkan barangnya ke wilayah perkantoran.
Konsumen dari kawasan pemukiman warga, menurut data Kecipir, masih sedikit jumlahnya, karena sebagian besar warga pemukiman membeli sayur langsung dari pedagang sayuran yang berjualan di perumahan.
Melalui marketplace ini, diharapkan semua petani sayuran organik bisa menjual langsung produknya dengan harga yang bersaing dengan sayuran biasa.
Monetisasi dan penggalangan dana
Ke depannya Kecipir ingin mengembangkan bisnis dan mulai melancarkan skema monetisasi, yaitu menawarkan produk ke kantin sekolah serta sektor kesehatan.
“Tahun ini kita mulai masuk di segmen bisnis, karena produk kami dengan tingkat kesehatan yang lebih baik dan harga yang sangat bersaing akan cocok bagi mereka yang ingin melakukan positioning produknya di tengah persaingan kuliner yang ketat,” kata Tantyo.
Dengan sistem marketplace yang diterapkan oleh Kecipir, hal ini seharusnya lebih menguntungkan bagi pihak petani yang bisa memperoleh harga jual lebih tinggi dari cara penjualan sebelumnya. Konsumen sendiri bisa mendapatkan harga yang nilainya bisa 50% lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di supermarket atau pasar swalayan pada umumnya.
“Kami sedang dalam proses untuk meningkatkan seed funding ke pendanaan seri A untuk pengembangan platform e-commerce dan membuka Kecipir di beberapa kota lain yang sudah mengajukan permintaan, bisa di dalam atau di luar Indonesia,” tuntas Tantyo.