Gamepad vs. Arcade Stick - Mitos atau Fakta Dunia Fighting Game

Controller punya peran penting dalam fighting game, tapi sebetulnya seperti apa controller ideal itu?

Apa sih yang membuat fighting game seru untuk dimainkan? Bila ditanya demikian, mungkin setiap penggemar genre ini bisa memiliki jawaban berbeda-beda. Namun saya rasa kita bisa sepakat dalam satu hal: fighting game membuat kita merasa keren. Memilih karakter yang sukai, melancarkan jurus-jurus dan combo yang kompleks, kemudian bertarung hingga berhasil mengalahkan pemain yang lebih kuat, itu semua membuat kita seolah-olah sedang menjalani sebuah kisah di mana kitalah tokoh utamanya.

“Fighting games are anime,” kata YouTuber populer " target="_blank">Cosmonaut Marcus dalam salah satu videonya. Perjalanan mengembangkan dan melatih diri untuk menjadi lebih kuat bisa diibaratkan seperti sebuah film aksi, di mana sang jagoan harus berjuang agar dapat mengalahkan sang musuh bebuyutan. Tapi bayangkan bila sang jagoan kalah karena suatu hal random. Misalnya karena di tengah pertarungan ia tiba-tiba sakit perut, atau jatuh terpeleset kulit pisang. Pertarungan jelas jadi tak seru.

Kira-kira begitulah yang terjadi ketika kita salah melakukan input dalam fighting game. Maunya mengeluarkan jurus pamungkas Shinkuu Hadouken, tapi gara-gara salah pencet yang keluar malah Shoryuken biasa. Atau mencoba melakukan gerakan 360 derajat ketika bermain menggunakan Zangief, tapi gagal dan hasilnya malah melompat-lompat di luar keinginan.

Ketepatan input dalam fighting game bisa diasah salah satunya dengan cara rajin berlatih. Namun controller yang kita gunakan juga memiliki pengaruh besar. Untuk menghindari kesalahan input seperti itulah, pemain fighting game biasanya punya preferensi tersendiri terhadap jenis controller yang ia gunakan. Controller seperti apa sih yang optimal untuk digunakan bermain fighting game? Apakah benar controller tertentu dapat memberi suatu keuntungan dalam permainan, atau ini hanya mitos belaka? Mari kita telaah bersama.

Dua Kubu yang Dipisahkan Sejarah

Sebetulnya, tidak ada batasan tentang controller apa yang bisa dan tidak bisa digunakan untuk bermain fighting game. Asalkan suatu perangkat kompatibel dengan platform game yang Anda mainkan, Anda boleh menggunakannya. Bahkan meski perangkat itu berbentuk gitar, piano, atau " target="_blank">setir mobil. Akan tetapi secara garis besar pemain fighting game dapat dibagi menjadi dua kubu, yaitu pengguna gamepad dan pengguna arcade stick.

Mengapa muncul perbedaan seperti ini? Menurut analisis oleh " target="_blank">Core-A Gaming, faktor penentunya adalah bagaimana si pemain mulai berkenalan dengan fighting game. Era modern ini memang judul-judul fighting game populer bisa ditemui di mana saja. Akan tetapi di zaman tahun 80 - 90an dulu game terbaik hanya bisa kita mainkan di arcade center, termasuk fighting game. Game populer seperti Street Fighter II atau Mortal Kombat memang memiliki versi console rumahan juga, tapi kualitasnya berbeda dengan versi arcade aslinya.

Penggemar fighting game yang banyak menghabiskan waktu di arcade center otomatis akan lebih terbiasa bermain menggunakan arcade stick daripada menggunakan gamepad. Ini terutama sangat terlihat di pemain-pemain Jepang, karena ekosistem arcade di Jepang sangat kuat bahkan hingga sekarang. Karena itulah Anda bisa melihat pemain-pemain profesional Jepang seperti Tokido, Bonchan, atau GO1 menggunakan arcade stick sebagai controller utamanya.

Mereka yang lebih suka bermain dengan gamepad kemungkinan mengenal fighting game dari console rumahan dan PC, atau berasal dari lingkungan yang ekosistem arcade-nya tidak begitu subur. Contohnya Amerika Serikat, di mana popularitas arcade telah menurun jauh sejak akhir tahun 90an. Bila Anda melihat pemain-pemain fighting game yang menggunakan gamepad, kebanyakan mereka berasal dari negara barat atau masih berusia muda. Contohnya Snake Eyez, Punk, dan NuckleDu.

Begitu berbeda cara penggunaan gamepad dan arcade stick, sehingga umumnya begitu seorang pemain fighting game sudah nyaman di satu kubu ia tak akan pindah ke kubu seberang. Seseorang yang sehari-harinya memainkan fighting game di gamepad akan kesulitan bila tiba-tiba disuruh bermain dengan arcade stick, begitu juga sebaliknya. Bahkan meskipun mereka adalah pemain profesional, seperti Daigo Umehara dan Punk dalam video kocak di bawah.

The Devil is in the Detail - Gamepad

Menilik lebih dalam, gamepad maupun arcade stick pun sebetulnya bukanlah produk yang seragam. Kedua jenis controller memiliki banyak variasi detail, dan detail-detail ini bisa jadi penentu dalam memilih juga. Sebagai contoh, meski sama-sama pengguna gamepad, gamepad yang digunakan oleh Snake Eyez berbeda sekali dengan gamepad yang digunakan oleh Punk.

Variasi ini bisa muncul di berbagai aspek, misalnya form factor (bentuk), button layout (penempatan tombol), dan d-pad (tombol arah). Tidak akan ada habisnya bila kita bahas semua tapi sebagai gambaran Anda bisa melihat tiga contoh gamepad populer di bawah.

DualShock 4

Memiliki d-pad 4 arah dengan bentuk agak cekung ke dalam, button layout 4 tombol di muka, ditambah dengan 2 shoulder button (L1 + R1) dan 2 analog trigger (L2 + R2). Gamepad ini, walaupun standar, sudah diakui sebagai salah satu gamepad ternyaman di dunia. D-pad miliknya pun sangat empuk dan jauh lebih nyaman untuk bermain fighting game daripada DualShock 3 di generasi sebelumnya.

DualShock 4 | Sumber: Red Bull

Mad Catz Street Fighter IV FightPad

Sangat populer di era Street Fighter IV, gamepad ini tidak memiliki analog stick sama sekali. Sebagai gantinya, MadCatz memberikan sebuah floating d-pad, yaitu d-pad yang mampu bergerak sirkuler bebas layaknya sebuah stik analog. Penempatan tombolnya menggunakan sistem enam tombol. Terinspirasi dari layout SEGA Genesis dan SEGA Saturn.

Mad Catz Street Fighter IV Fight Pad | Sumber: Amazon

HORI Fighting Commander 4

Gamepad ini mirip dengan Mad Catz FightPad, namun menawarkan bentuk asimetris. Ini memungkinkan tangan kanan pemain untuk bergerak bebas sementara tangan kiri tetap menggenggam gamepad dengan kuat. Salah satu gamepad keluaran Mad Catz yaitu Mad Catz Street Fighter V FightPad Pro juga memiliki bentuk asimetris serupa.

HORI Fighting Commander 4 | Sumber: Berry Link Cellular

The Devil is in the Detail – Arcade Stick

Berbicara tentang detail di arcade stick maka topiknya akan jauh berbeda dengan bicara detail di gamepad. Kebanyakan arcade stick memiliki bentuk yang tak jauh berbeda satu sama lain, namun dengan komponen-komponen yang bisa dimodifikasi. Bila Anda tidak suka dengan bentuk suatu gamepad, maka Anda harus mencari gamepad baru. Sementara pemain arcade stick yang kurang sreg dengan perangkatnya cukup mengganti spare part yang ia inginkan saja.

Secara umum ada tiga komponen utama yang menjadi penentu dalam sebuah arcade stick, yaitu lever, gate, dan button. Anda yang tidak pernah memainkan arcade stick mungkin tidak familier dengan istilah-istilah tersebut, jadi mari kita bahas satu persatu.

Lever

Lever adalah tuas/tongkat joystick yang kita kendalikan sebagai pengganti tombol arah di arcade stick. Ada dua jenis bentuk lever yang paling populer, yaitu bat top (pegangan seperti tongkat bisbol) dan ball top (pegangan berbentuk bola). Perbedaan bentuk ini berpengaruh terhadap cara kita memegang lever, dan setiap orang memiliki posisi nyaman yang berbeda-beda.

Lever tipe bat top sering kali disebut juga sebagai Korean lever, American lever, atau Mortal Kombat lever, sebab populer digunakan di negara dan kabinet game tersebut. Sementara tipe ball top dikenal juga dengan sebutan sebagai Japanese lever.

Berbagai variasi joystick | Sumber: Highway Entertainment

Gate

Gate atau restrictor adalah “gerbang” pembatas di pangkal lever yang menentukan sejauh mana joystick dapat bergerak. Pada awal era kemunculan arcade cabinet, gate hanya memungkinkan sebuah joystick untuk bergerak ke dua arah (kanan dan kiri). Tapi kemudian muncul joystick empat arah yang memiliki gate berbentuk segi empat.

Arcade stick buatan Jepang hingga kini masih banyak menggunakan gate segi empat (square gate). Akan tetapi banyak produk yang memiliki variasi lain, misalnya gate segi delapan (octagonal gate) atau gate lingkaran (circular gate).

Perbedaan bentuk gate di arcade stick | Sumber: " target="_blank">Core-A Gaming

Button

Jenis tombol yang ada di sebuah arcade stick juga sangat menentukan kenyamanan penggunaannya. Terutama berkaitan dengan seberapa besar tenaga yang diperlukan untuk menekan tombol, bentuk tombol itu sendiri, serta keawetannya. Button buatan Amerika (misalnya merk Happ/SuzoHapp) umumnya memiliki bentuk cekung ke dalam dan butuh tenaga lebih besar untuk ditekan. Sementara tombol buatan Jepang cenderung lebih sensitif.

Ki-ka: Button merk Happ Horizontal, Happ Competition, dan Sanwa OBSN-30 | Sumber: Slagcoin

Sebetulnya bila kita ingin membahas lebih mendalam, setiap komponen arcade stick punya karakteristik detail tersendiri yang membedakannya satu sama lain. Sebagai contoh, dua joystick yang sama-sama menggunakan square gate dan ball top tetap bisa punya rasa berbeda karena perbedaan ukuran, komponen elektronik, hingga jenis pegas yang digunakan. Tapi kita tidak membahas semuanya di sini karena akan menjadi terlalu panjang.

Bila Anda tertarik untuk mengetahui tentang komponen-kompenen arcade stick lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi situs Slagcoin yang menyediakan info lengkap mengenai perangkat ini.

Alasan untuk memilih

Sekarang kita sudah mengetahui tentang berbagai variasi dalam controller yang populer digunakan dalam fighting game. Lalu bagaimana cara menentukan controller terbaik? Jawaban paling mudah sudah jelas, silahkan coba semua lalu cari mana yang paling nyaman di tangan. Tapi sebetulnya selain sekadar “nyaman”, ada beberapa pertimbangan yang bisa Anda jadikan referensi dalam memilih.

Hybrid mengumpulkan pendapat dari beberapa pemain fighting game di berbagai komunitas di Indonesia tentang pertimbangan dalam memilih controller. Ini kata mereka.

Christian “R-Tech” Samuel, atlet Tekken 7 dari Alter Ego Esports, bermain menggunakan arcade stick gaya Korea yaitu produk merk etokki. Selain itu, ia juga menggunakan beberapa controller lain seperti gamepad, keyboard, hingga hit box. Tapi ia paling sering menggunakan arcade stick karena ia merasa arcade stick membuatnya lebih bisa bergerak dengan leluasa di Tekken.

etokki Omni Korean Edition | Sumber: etokki

“Biasanya pro player menggunakan arcade stick karena rata-rata Tekken dikeluarkan di arcade, jadi agar nyaman seperti di arcade. Tetapi ada juga pro player yang memakai pad, biasanya dari USA. Karena di USA tidak ada arcade (tidak updated),” ujarnya. Bagi R-Tech, pemilihan controller itu tergantung pada selera masing-masing pemain saja.

Di antara jenis-jenis arcade stick sendiri, R-Tech berpendapat bahwa jenis square gate lebih mudah digunakan karena lebih mudah untuk mendapatkan sudut diagonal. Sementara untuk jenis octagonal gate yang ada di tipe Korea butuh usaha ekstra. “Cuma gerakannya juga lebih leluasa jika sudah menguasainya,” kata R-Tech.

Bram “buramu” Arman, co-founder komunitas Advance Guard, juga menggunakan arcade stick tapi dengan jenis dan alasan yang berbeda. Ia menyukai arcade stick dengan komponen standar Jepang (Sanwa), karena arcade stick tidak akan membuat jari tangan cedera walau bermain untuk waktu lama. Selain itu juga supaya ia bisa bermain di arcade yang dulu masih menjamur.

“Sebenarnya ga ada suatu keharusan dalam memilih suatu controller sih. Yang penting nyaman dan bisa all out aja. Karena sudah terbukti, beberapa player dengan controller andalan mereka, mereka bisa juara. Misalnya Street Fighter IV ada Luffy yang juara dengan karakter Rose dengan gamepad PS1, di mana console yang sering dipergunakan untuk turnamen (waktu itu) adalah PS3 dan Xbox 360,” papar Bram.

Ia juga mencontohkan Daigo Umehara yang belakangan berganti controller ke dari arcade stick ke hit box dan bisa melakukan eksekusi jurus sangat optimal (nyaris frame perfect). Tapi pada akhirnya di EVO 2019 Daigo tetap kalah. Meskipun hit box disebut-sebut sebagai controller yang sangat hebat, bahkan sempat dilarang di turnamen, itu tidak otomatis bisa membuat seseorang juara.

Lain halnya dengan Andrew “Wahontoys” Widjaja dari Indonesia Soul Calibur Community (ISCC). Ia lebih memilih menggunakan gamepad, namun gamepad yang digunakannya bukan gamepad standar seperti DualShock 4. Ia menggunakan gamepad dengan layout enam tombol, seperti HORI Fighting Commander. Mengapa memilih gamepad? Jawab Andrew, “Arcade stick berat bawanya.” Ia sadar bahwa pilihannya adalah minoritas di kalangan pemain fighting game.

Membawa arcade stick yang berukuran besar ke mana-mana memang merepotkan, tapi Andrew juga memilih gamepad karena ada hubungannya dengan game yang ia mainkan, Soulcalibur. Menurutnya penggunaan gamepad lebih nyaman karena di Soulcalibur banyak input dual button dan just frame.

HORI Fighting Commander juga tersedia dalam varian simetris | Sumber: HORI

“Yang buat Soulcalibur sih dulu ada karakter namanya Siegfried inputnya agak susah, jarak masing-masing tombol itu 1 frame,” kata Andrew. Ia pernah mencoba arcade stick karena banyak pemain pro menggunakannya, kemudian berhenti karena tidak terbiasa dan repot membawanya jika ada gathering. "Jadi saya cari yang layout button-nya kayak arcade stick tapi kecil kayak pad," lanjutnya.

Untuk pemilihan controller, Andrew memberi saran, “Yang perlu diperhatikan kalau saya pertama layout (tombol), terus ukuran. Jangan terlalu besar dan berat, karena bukan gak mungkin kita harus bawa-bawa travel ke luar negeri atau naik ojek. Terus kalau bisa yang support PS4, soalnya yang support PS4 pasti support PC tapi gak sebaliknya.”

Sementara itu Bayu “KentutBerdahak” Indra Sakti—juara The King of Fighters di Fight Fest 2019—secara gamblang berpendapat bahwa arcade stick lebih baik dari gamepad. “Untuk arcade stick sama gamepad secara presisi jelas berbeda kalau saya rasa, di gamepad sendiri ada keterbatasan yang hanya arcade stick yang bisa mewujudkan,” jelasnya.

Keterbatasan yang dimaksud Bayu adalah bahwa di fighting game tertentu, ada hal-hal yang lebih sulit dieksekusi menggunakan gamepad ketimbang arcade stick. Di dunia profesional pun, orang yang sudah ahli dengan gamepad kemungkinan bakal lebih jago ketika berganti menggunakan arcade stick. Tapi sebaliknya pun bisa terjadi, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan pemain karena semua controller ada plus dan minusnya.

Ia bercerita, “Saya main KOF di tiga controller: keyboard, arcade stick, dan gamepad. Untuk keyboard saya menggunakan merk apa saja, arcade stick saya menggunakan Mad Catz TE 1 dan Razer Panthera. Gamepad sendiri sejauh ini masih nyaman di DS4.”

Meski percaya bahwa controller berpengaruh pada performa, untuk orang yang berminat bermain fighting game Bayu tidak merekomendasikan controller apa-apa. Ia menyerahkan pilihan ke selera pemain saja, lebih nyaman di pad atau stick.

“Dari masing-masing controller sendiri juga balik lagi ke masing-masing. Misal kata saya pad merk DS4 nyaman belum tentu kata orang lain nyaman. Sama halnya untuk arcade stick dan gak jarang dari kebanyakan orang nge-custom arcade stick-nya (dari lever, button, dll),” paparnya.

Saya pribadi, sebagai penyuka fighting game juga, termasuk yang tidak bisa menggunakan arcade stick dan selalu menggunakan gamepad. Namun sayangnya gamepad yang menurut saya ideal saat ini sudah tidak diproduksi lagi, yaitu Genius MaxFire Blaze 2. Saya menyukai gamepad ini karena menggunakan circular d-pad delapan arah yang cocok untuk game tipe anime fighters, seperti Guilty Gear dan BlazBlue.

Genius MaxFire Blaze 2 | Sumber: LDLC

Di samping itu gamepad ini memiliki shoulder button berbentuk melengkung dan non-analog (bukan trigger seperti DualShock 4), yang nyaman sekali untuk bermain fighting game dalam waktu lama. Tapi gamepad ini sudah mulai susah dicari, tidak kompatibel dengan PS4, dan tidak mendukung XInput di PC. Terus setia menggunakan gamepad ini rasanya cukup merepotkan, jadi sekarang saya bermain dengan DualShock 4 saja seadanya.

Yang lebih penting daripada controller

Pada akhirnya, pemilihan sebuah controller adalah suatu hal yang sangat personal. Seseorang bisa memberi alasan-alasan teoritis tentang mengapa suatu controller itu baik, misalnya dari segi respons tombol, keleluasaan arah, dan sebagainya. Tapi alasan-alasan itu bukanlah hal yang berlaku secara universal. Keunggulan suatu controller dibanding controller lainnya lebih banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang sifanya subjektif.

Diskusi tentang controller adalah hal yang selalu muncul di dunia fighting game, dan sejujurnya merupakan salah satu daya tarik tersendiri dalam genre game ini. Tapi daripada terlalu terpaku harus pakai controller ini dan itu, yang lebih penting adalah having fun dan terus mengasah keahlian di game yang kita sukai. Jenis controller yang kita gunakan memang berpengaruh, tapi penentu hasil permainan bukanlah alat melainkan pengguna alatnya.

YouTuber Tekken populer, " target="_blank">TheMainManSWE, merangkum realita tentang fighting game dalam ucapan di salah satu videonya: “Apa yang harus kita pahami paling pertama, adalah bahwa tidak ada jalan pintas. Bermain dengan arcade stick tidak menjamin Anda akan sangat sukses memainkan Mishima, atau karakter lainnya. Seperti segala hal, mereka yang unggul adalah mereka yang banyak berusaha. Saya memiliki eksekusi yang baik, dan tahukah Anda, itu berasal dari latihan selama bertahun-tahun (bukan karena perbedaan controller).”

Bila Anda baru masuk ke dunia fighting game dan menemukan kesenangan di dalamnya, mungkin akan ada waktu di mana Anda merasa kemampuan Anda mentok di level tertentu. Ketika hal itu terjadi, saran saya, jangan berpikir bahwa mengganti controller akan langsung mengubah segalanya. Justru sebaliknya, berganti dari gamepad ke arcade stick atau dari arcade stick ke gamepad bisa makan waktu berbulan-bulan hingga Anda terbiasa.

Silahkan coba berbagai jenis controller di pasaran—bahkan controller yang tak lazim sekalipun—dan bila Anda menemukan sebuah controller yang sangat pas di hati, tak ada salahnya “ganti senjata”. Tapi ingatlah bahwa percuma membeli controller mahal bila tidak mengasah keahlian bermain diri sendiri. Lagi pula, mobil tercanggih pun tidak akan memenangkan balapan bila pengemudinya payah, bukan?