Nier: Automata baru bisa dinikmati gamer Asia di penghujung bulan April – lebih lambat 40 hari dari peluncuran versi PC-nya secara global. Perilisannya juga tidak bebas dari masalah. Beberapa pengguna kartu grafis tertentu mengeluhkan adanya bug, lalu performa game di platform Windows tidak begitu baik. Namun pelan-pelan, masalah-masalah tersebut mulai teratasi.
Nier: Automata adalah hasil kolaborasi antara Square Enix dan PlatinumGames, developer franchise Bayonetta yang dirikan oleh mantan tim Capcom, salah satunya Shinji Mikami. Nier: Automata merupakan sekuel dari spin-off seri permainan Drakengard. Meski terdengar kompleks, pada prakteknya, Anda tidak wajib memainkan game-game sebelumnya agar bisa menikmati Automata. Bahkan akan lebih baik lagi jika Anda tidak pernah mengenal para pendahulunya sama sekali.
Alasannya? Agar Nier: Automata memberikan efek kejutan paling maksimal.
Permainan dibuka dengan gameplay shoot ’em up, lalu setelah beberapa kali mengubah perspektif, Anda disuguhkan porsi action arcade. Bagian ini dihidangkan kira-kira selama setengah jam, dan Anda diwajibkan untuk menyelesaikannya karena di sana, game tidak bisa di-save. Baru sesudah itu, Nier: Automata menunjukkan jati diri sebenarnya.
Game menempatkan Anda sebagai seorang android wanita YoRHa No. 2 Model B, atau dipanggil 2B. Ia merupakan anggota YoRHa, robot-robot yang diciptakan manusia untuk merebut kembali Bumi setelah diinvasi oleh mesin-mesin dari ruang angkasa. 2B tidak berpetualang sendirian, ia ditemani oleh android remaja, 9S. Layaknya action-RPG sejenis, 9S akan membantu 2B dalam pertempuran, dan Anda dipersilakan memilih karakteristik sang asisten – misalnya menyerang dari jauh, agresif atau pasif.
Karena sudah lama dibuai oleh game-game RPG Barat, elemen presentasi penyajian konten dan narasi Automata sangat unik bagi saya. Menu dirangkul menjadi bagian dari permainan, lalu Automata juga mendorong Anda untuk menamatkannya lebih dari sekali buat membuka ending alternatif. Tidak tanggung-tanggung, PlatinumGames menyiapkan tak kurang dari 26 ending – beberapa mengharuskan Anda melakukan hal spesifik. Dengan menguak semuanya, Anda jadi lebih mengerti situasi yang terjadi di jagat Nier.
Formula open-world Nier: Automata sengaja dirancang buat merangsang pemain berjelajah, dan selama menikmatinya, saya merasakan elemen gameplay Dark Souls: pertempurannya berbasis pada momentum, kemudian jika 2B tewas, Anda disarankan untuk mengambil kembali item-item miliknya. Musuh-musuh dengan serangan jarak jauh berpola (seperti bola-bola pink) juga menekankan kentalnya gameplay shoot ’em up.
Bermain tanpa gamepad, saya cukup terkesan pada versi port PC ini. Hanya butuh waktu sebentar untuk membiasakan bermain menggunakan keyboard dan mouse – bahkan saya tidak perlu mengubah konfigurasinya. Terkait dengan performa, game beberapa kali crash ketika dibarengi Fraps. Namun jika dimainkan tanpa overlay, Nier: Automata berjalan mulus di MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii. Game tersuguh konsisten di 55fps ke atas dengan setting grafis tertinggi.
Meskipun mayoritas tokoh Nier: Automata adalah robot dan android, permainan hanya cocok dimainkan oleh gamer dewasa karena penuh kekerasan dan juga cara PlatinumGames memuaskan fans. Developer melakukannya dengan metode yang ‘nakal’.
Secara umum, Nier: Automata terlihat mencoba menyuguhkan beberapa genre sekaligus, dan itulah yang membuatnya unik. Fans Yoko Taro sudah pasti tak mau melewatkannya, tapi bagi saya, Automata juga sangat cocok dinikmati oleh Anda yang menginginkan pengalaman gaming berbeda.
Sayang sekali, harga versi PC Nier: Automata masih terbilang mahal. Game dijual seharga Rp 800 ribu di Steam.
Simak galeri screenshot-nya di bawah:
–
Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.
Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.