Sepekan ini diberitakan bahwa Foxconn Technology (Hon Hai Precision) akan memfokuskan investasinya di tahun 2013 di tanah airnya Taiwan. Pimpinan Foxconn, Terry Gou, menyebutkan rencana tersebut ke sejumlah media lokal bahwa mereka akan membangun fasilitas di New Taipei, Taichiung dan Kaohsiung. Selama ini Foxconn lebih banyak memproduksi barang-barang elektronik dari Cina. Harapan Indonesia untuk memperoleh investasi miliaran dollar dan pembukaan lahan pekerjaan masif di sektor ini nampaknya semakin menipis.
Sebelumnya Seeking Alpha yang mengulas soal bisnis dan saham global juga menurunkan berita tentang isu ini. Seeking Alpha menduga ada tiga hal penting yang menjadi alasan terhambatnya investasi Foxconn di Indonesia. Tiga hal tersebut adalah: (a) Indonesia tidak dikenal sebagai pembuat alat-alat berteknologi tinggi (di bidang elektronik dan telekomunikasi) (b) Sangat sedikit regulasi yang mengatur tentang peredaran telepon seluler ilegal (c) Level pendapatan minimum Indonesia (khususnya Jakarta dan sekitarnya) tidak lagi menarik bagi investor asing.
Selain itu dibahas pula tentang isu-isu internal yang selama ini menjadi masalah bagi Foxconn, terutama yang berkaitan dengan tuntutan peningkatan kesejahteraan karyawan. Garis besarnya, terlalu banyak masalah, baik sisi internal maupun eksternal, yang membuat Foxconn harus berpikir ulang (bahkan berkali-kali lipat) untuk memfinalisasi investasinya di Indonesia.
Seandainya Foxconn benar-benar batal untuk berinvestasi di sini, tentu hal ini bakal menjadi tamparan keras bagi pemerintah sebagai regulator. Sebelumnya dua orang menteri kita sudah gembar-gembor tentang investasi ini, bahkan sebelum Foxconn memberikan pernyataan resminya. Tentu saja ini bukan legitimasi bahwa Indonesia kurang menarik di mata investor besar asing, tapi hal ini bisa menjadi introspeksi untuk ke depannya.
Meskipun demikian, seharusnya pemerintah tidak cuma berpangku tangan dalam hal ini. Sesungguhnya ada potensi untuk menggandeng investor serupa untuk masuk ke Indonesia. Investor yang tak kalah besar di bidang elektronik dan telekomunikasi.
Masih ingat soal kunjungan CEO Samsung Indonesia ke pihak regulator? Samsung memiliki sejarah yang bagus dengan Indonesia, di mana saat ini ada sejumlah pabrik elektroniknya yang beroperasi di sini. Seandainya pemerintah mampu memberikan tawaran yang menarik bagi Samsung, bukan tak mungkin bahwa produsen telepon seluler terbesar di dunia saat ini tersebut bakal mau merealisasikan investasinya di sini dan kita bakal segera menikmati lebih banyak produk ponsel “made in Indonesia”.
Selain itu regulator juga bisa mencoba merangkul lebih banyak produsen ponsel lokal, seperti Cross, Tiphone, Polytron dan lain sebagainya untuk meningkatkan kandungan lokalnya dengan iming-iming insentif yang menarik. Selama ini semua barang diimpor dari Cina karena biaya produksi di Indonesia tidak mampu bersaing. Apakah pemerintah tidak mampu mengusahakan apapun untuk mengatasi hal ini?
Toh seperti kata pepatah, banyak jalan menuju ke Roma. Jika ingin lebih bersaing dengan Cina sebagai produsen ponsel dan produk telekomunikasi yang efisien, tentu harus ada menarik yang bisa kita tawarkan.