Saat ini menjadi produsen komputer bukanlah hal yang mudah. Dengan mendapatkan perlawanan dari sesama manufaktur PC dan juga lini tablet yang semakin perkasa, Dell mengubah haluan dengan memperluas bisnisnya ke ranah solusi end-to-end dan bisnis. Hari ini Dell meluncurkan program Less is More, mempertemukan mitra teknologi mereka dengan para konsumen.
Seminar ini terdiri dari presentasi yang dibawakan oleh para petinggi Dell, serta beberapa mitra mereka dari Intel dan Microsoft yang turut mendukung program ini. Managing Director Dell Indonesia, Catherine Lian, menjelaskan target Dell saat ini, “Konsumen adalah prioritas utama kami dan kami selalu mendengarkan, mencari tahu dan memahami kebutuhan mereka. Para pembuat keputusan TI terus menghadapi tantangan untuk mendapatkan manfaat lebih dari investasi teknologi informatika mereka dan Dell berada dalam posisi yang tepat untuk membantu menyederhanakan kompleksitas TI yang ada dengan solusi end-to-end kami.”
Peralihan fokus Dell dari ranah manufaktur piranti komputer bukanlah hal baru di bisnis teknologi informatika. Beberapa perusahaan PC telah melakukan ini sebelumnya. Tampaknya Dell berhasil membuktikan bahwa ia juga sangat cakap dalam bermanuver di ruang enterprise: berdasarkan data IDC Worldwide Quarterly Server Tracker, Dell menjadi vendor server x86 nomor satu di Asia Pasifik dan Jepang. Tetapi hal paling menarik datang dari konsep yang mereka usung: Less is More.
Apakah Less is More itu? Dengan program ini Dell mencoba untuk memaksimalkan tingkat efisiensi para kosumen. Memungkinkan mereka menghemat dan mengalihkan anggaran yang berhubungan dengan TI dipadu dengan inovasi, solusi, fleksibilitas dan keamanan.
Pengelolaan TI menjadi perhatian utama Dell. Untuk mendukung program ini, mereka menyiapkan produk dan infrastruktur server, jaringan dan segala hal yang terikat dengan dunia TI. Dell menjanjikan bahwa semua sistem ini sangat sederhana bagi pegguna dan juga pengelola, dengan meningkatkan performa kinerja pusat data. Setelah mendengarkan presentasi dari para panelis, tampaknya konsep Less is More cukup cocok jika ditujukan pada lini small and medium business.
Ada empat strategi utama yang Dell terapkan untuk mendukung program Less is More.Yang pertama, mereka akan meningkatkan koneksi dengan para end-user. Setelah hal itu berjalan, Dell mencoba berintegrasi dan mengoptimalisasi kebutuhan enterprise. Semua itu akan maksimal dengan menyediakan sotware yang aman namun mudah digunakan. Yang terakhir, Dell menjanjikan layanan next-gen untuk para konsumen.
“Solusi end-to-end kami membantu perusahaan mendapatkan manfaat lebih dengan sumber daya yang lebih sedikit,” begitulah yang tertulis dalam press release mereka. Menurut saya, walaupun konsep ini terlihat menarik untuk konsumen bisnis, ada sebuah hal yang mengganjal.
Sumber daya apa yang Dell maksudkan pada klaim tersebut? Bukan masalah jika program ini dimaksudkan untuk meminimalisir penggunaan perangkat keras dan kebutuhan listrik, namun apakah ia juga dimaksudkan untuk mengefisiensikan sumber daya manusia? Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk terbanyak dengan permintaan lapangan pekerjaan yang tinggi. Dampak buruk yang kita tidak inginkan adalah dengan Less is More, akan terjadi pemotongan jumlah karyawan di tingkat bisnis menengah. Jika memang benar demikian, maka Less is More lebih pantas diaplikasikan pada negara maju dengan jumlah penduduk sedikit dibanding negara berkembang dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara.
Terlepas dari hal itu, saya sempat memberikan pertanyaan singkat kepada sang Cloud Client Computing Architect untuk Dell Asia Selatan, John Lockhart. Ia sedikit menjelaskan bahwa perpindahan haluan dari bisnis manufaktur komputer ke solusi end-to-end dan bisnis mempengaruhi produksi jenis produk. Kemungkinan besar Dell mengurangi tipe notebook dan PC untuk menyediakan barang kebutuhan enterprise lebih banyak, mereka menjelaskan seluruh konsep ini dengan sebuah kata kunci: extending experience – memperluas pengalaman.