Startup coffee chain berbasis teknologi Flash Coffee mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $15 juta atau Rp218 miliar. White Star Capital memimpin pendanaan ini, diikuti oleh sejumlah investor lain, yaitu DX Venture, Global Founders Capital, dan Conny & Co. Pendanaan baru ini menambah total modal yang diterima Flash Coffee menjadi $20 juta atau sebesar Rp290 miliar.
Perusahaan portofolio Rocket Internet ini akan melakukan ekspansi ke-10 negara di Asia Pasifik dengan menargetkan sebanyak 300 gerai baru atau tiga gerai baru setiap minggunya. Saat ini, Flash Coffee telah memiliki 50 gerai yang tersebar di Indonesia, Singapura, dan Thailand.
“Target kami menambah 300 outlet di Asia Pasifik, di mana menjadi 75 outlet diharapkan dari Indonesia pada akhir 2021. Kami juga membidik pertumbuhan 18 kali lipat di Indonesia tahun ini,” ungkap Founder & CEO Flash Coffee David Brunier dalam wawancaranya dengan DailySocial.
Brunier mengungkap bahwa perusahaan telah mengantongi keuntungan dari 50 gerai yang dimiliki saat ini terlepas dari situasi pandemi. Pihaknya optimistis dapat kembali mempertahankan profitabilitas sejalan dengan ekspansi besar-besaran yang dilakukan untuk 2021 dan 2022.
Flash Coffee pertama kali hadir di Indonesia pada awal 2020 dengan 4 gerai saat itu. Per April 2021, pihaknya telah mengoperasikan 14 gerai yang tersebar di kawasan Jabodetabek. Tahun ini, jumlah gerai tersebut diharapkan bertambah menjadi 75 gerai dan pihaknya juga akan melihat peluang ekspansi di wilayah lainnya, seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.
Momentum untuk ekspansi
Brunier menilai bahwa pasar gerai kopi ritel di Indonesia sangat menarik dan punya ruang pertumbuhan besar. Selain tingginya jumlah populasi jiwa, segmen kelas menengah atas yang haus mencoba produk baru dan konsumsi kopi per kapita terus meningkat.
Namun, pangsa Flash Coffee di Indonesia disebut sedikit lebih rendah dibandingkan di Singapura dan Thailand. Hal ini karena konsumen Indonesia cenderung lebih suka menikmati kopi sambil nongkrong di gerai, terutama di mal.
Maka itu, menurutnya pandemi Covid-19 telah membuat penjualan kopi dengan model grab-and-go menjadi lebih relevan bagi pelanggan di seluruh kawasan ini. Situasi ini juga membuka kesempatan bagi Flash Coffee untuk meningkatkan pengalaman pelanggan secara signifikan dengan menyajikan kopi berkualitas tinggi dan terjangkau. Salah satunya telah dijawab lewat peluncuran aplikasi Flash Coffee tahun lalu yang dilengkapi fitur pengambilan pesanan.
Situasi saat ini juga memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dengan mengoptimalkan lahan properti sehingga dapat menurunkan biaya sewa secara signifikan. Selain itu, konsep grab-and-go juga dapat meningkatkan produksi makanan dan minuman tanpa membutuhkan banyak barista. Dengan penghematan ini, perusahaan dapat membayar gaji yang layak kepada barista dan harga terjangkau kepada pelanggan.
“Kami optimistis melanjutkan ekspansi gerai fisik di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Di situasi ini kami justru dapat menyewa properti premium dengan harga yang lebih rendah. Saat ini, trafik pengunjung gerai meningkat dari tahun lalu. Kami harap trafiknya kembali ke semula di 2022. Kami juga akan melihat opsi lain untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan selain ekspansi gerai fisik,” papar Brunier.
Ekspansi teknologi dan tim
Flash Coffee menggunakan strategi 4E untuk pertumbuhan bisnisnya, antara lain Ekpand (gerai dan lokasi), Enlarge (tim), Enhance (teknologi), dan Engage (interaksi pelanggan). Dari sisi teknologi, ada beberapa hal yang akan diperkuat Flash Coffee. Pertama, (1) inovasi lewat aplikasi konsumen yang dapat diunduh di platform iOS dan Android serta aplikasi barista untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pemberian insentif berbasis performa.
Selanjutnya, (2) pengambilan keputusan berbasis data untuk menyocokan produk dan pasar, (3) penerapan teknologi untuk untuk mengidentifikasi area dengan permintaan tinggi, alur konsumen, dan konversi trafik di gerai, serta (4) digitalisasi perlengkapan untuk membantu konfigurasi secara online dan terpusat dan memastikan konsistensi di seluruh gerai.
Lebih lanjut, Flash Coffee juga melakukan perekrutan besar-besaran dengan ekspansi masif ini. Secara total, perusahaan tengah melakukan perekrutan 2.000 orang di Asia Pasifik dalam satu tahun ke depan. Ini sudah termasuk penambahan orang untuk menempati posisi di tim teknologi untuk regional.
“Untuk menjadi gerai kopi berbasis teknologi terbaik di Asia, kami berinvestasi besar agar dapat menempatkan SDM terbaik di posisi yang tepat. Kami akan memperbesar tim kami menjadi 50 orang di hub teknologi regional Flash Coffee yang berbasis di Jakarta,” tambahnya.
Startup coffee chain di Indonesia
Salah satu kunci pertumbuhan coffee chain adalah ketersediaan gerai untuk menjangkau pasar. Ekspansi besar-besaran Flash Coffee ini akan menambah persaingan new retail di industri coffee chain berbasis teknologi di Indonesia.
Calon startup unicorn Kopi Kenangan kini telah memperkerjakan 3.000 karyawan yang tersebar di 324 gerai di Indonesia. Perusahaan membidik penambahan gerai menjadi 500 gerai pada tahun ini. Setelah menerima guyuran pendanaan seri B senilai lebih dari Rp1,6 triliun) di 2020, Kopi Kenangan juga akan memperkuat posisinya dengan menawarkan produk makanan dan minuman dari pedagang lokal serta mengembangkan cloud kitchen.
Kemudian, Fore Coffee yang juga mengantongi investasi Rp147 miliar di kuartal kedua 2020, juga masih menggenjot ekspansi gerai ke Bandung, Surabaya, dan Medan. Saat ini Fore Coffee telah memiliki sekitar 100 unit gerai per April tahun lalu. Sementara, Janji Jiwa menyebut telah memiliki 800 gerai kopi berkat program kemitraan di seluruh Indonesia.