Sektor industri perikanan menjadi salah satu sektor yang mendapatkan perhatian khusus dari ekosistem startup teknologi Indonesia. Tercatat setidaknya ada 20+ platform berbasis teknologi yang ingin memperkuat ekosistem aquaculture di Indonesia. FishLog hadir sebagai platform marketplace B2B yang menawarkan jaringan cold chain perikanan melalui komunitas dan engagement di seluruh Indonesia.
Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO FishLog Bayu Anggara mengungkapkan, FishLog hadir dari sisi logistik dan mendukung supply chain perikanan di Indonesia. FishLog juga dilengkapi aplikasi yang bisa membantu mitra untuk pencatatan operasional gudang, akses bahan baku, dan akses pasar.
“Kita masuk ke ekosistem perikanan, tapi narasi dari kita lebih kepada infrastruktur, konektivitas antar stakeholders. Karena ikan masuk dalam kategori perishable food, jika tidak disimpan di cold chain akan rusak. Artinya dibutuhkan konektivitas yang lebih robust dan lebih baik,” kata Bayu.
Serupa dengan layanan logistik lainnya, seperti Ritase hingga Shipper, FishLog ingin fokus di middle chain logistik. Saat ini FishLog telah menjalin kemitraan dengan 25+ penyimpan sisi pasokan di daerah pesisir. Mereka telah melayani 10+ kota, dari Aceh hingga Papua. Ada sekitar 100 nelayan yang diklaim sudah terbantu layanan yang ditawarkan FishLog.
Konsep “zero asset” FishLog
Yang diklaim membedakan FishLog dengan platform sejenis adalah sebagai platform enabler FishLog tidak memiliki aset.
“Di FishLog sendiri kita seminimal mungkin zero asset. Jadi aset yang dibutuhkan dalam mendistribusikan ikan itu: cold storage, truk, cold chain, dan infrastruktur lainnya semua kita outsource bermitra dengan para distributor,” kata Bayu.
Selain sebagai mitra strategis, distributor tersebut juga menjadi target pengguna layanan mereka. Distributor adalah mereka yang berinvestasi ke infrastruktur, memiliki sistem logistik, memiliki alat transportasi untuk pengantaran, dan memiliki gudang sendiri.
FishLog mengklaim hampir 80% pasar mereka adalah pasar tradisional. Namun demikian, FishLog tidak menjual langsung ke pasar tradisional. Semua dilakukan langsung oleh mitra distributor.
“Mitra strategis kita adalah distributor, artinya kita tidak menawarkan layanan langsung ke ke nelayan atau end consumer. Yang kita lakukan adalah digitalisasi middle chain dulu, nanti jika volume sudah dapat ke depannya bisa ekspansi di supply and demand,” kata Bayu.
Rencana penggalangan dana
FishLog sempat mengikuti sejumlah kompetisi dan program akselerasi, termasuk DSLaunchpad ULTRA. Hadiah yang diperoleh digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnis.
Saat ini FishLog mengaku masih dalam proses finalisasi penggalangan dana tahap awal.
“Selama ini FishLog telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Tahun 2022 mendatang FishLog ingin mendapatkan revenue lebih baik lagi,” kata Bayu.
Ke depannya FishLog juga ingin menjadi platform inventori serupa Bulog tapi untuk komoditas ikan. Dengan demikian, kebutuhan dan kondisi pasar bisa di-monitor agar tetap stabil dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
“Kita ingin menjadi seperti Bulog, tapi di ikan. Hal ini sangat memungkinkan karena semua ikan disimpan di cold storage dan mampu bertahan untuk dikonsumsi hingga 1,5 tahun. Bedanya dengan Bulog adalah kami tidak memiliki aset seperti gudang dan lainnya,” kata Bayu.