“Bermain game itu buang-buang waktu,” argumen seperti inilah yang biasanya dilontarkan orang satu dua generasi sebelum kita. Namun bagi para industriawan dan penggemarnya, video game bukanlah sekedar hobi, namun juga sebuah medium untuk berkarya. Permasalahannya, bagaimana kita menjelaskan bahwa apa yang mayoritas orang pikirkan itu kurang tepat?
Tanggal 19 Maret besok, Valve akan merilis sebuah film dokumentasi tentang salah satu wilayah video game yang saat ini paling berkembang, paling besar, namun juga paling banyak menuai kontroversi dan pertanyaan para orang tua. Free To Play, itulah nama film ini, mengisahkan tentang kehidupan, impian, harapan dan pengorbanan para atlet eSport yang mempertaruhkan waktu dan masa muda mereka demi gelar serta uang.
Info menarik: Game Android Pilihan 9 – 15 Maret 2014
Ada tiga individu yang menjadi sorotan film dokumentasi ini. Ketiganya datang dari belahan bumi yang berbeda namun memiliki satu impian yang sama: memenangkan hadiah satu milar dolar dalam turnamen Dota 2 International.
Beberapa kritik profesional berpendapat bahwa film Free To Play akan mampu membuka mata kita bagaimana game akan berubah menjadi sebuah olahraga generasi selanjutnya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Valve menemukan tiga gamer dengan perspektif, motivasi dan kisah yang berbeda: Dendi lahir di Ukraina dan mulai bermain video game mulai dari usia yang sangat belia setelah mendapatkan PC yang dibelikan oleh neneknya. Dikombinasikan dengan puluhan jam berlatih piano, Dendi menemukan bahwa kemampuan bermusiknya sangat membantu dalam menikmati sisi kompetitif dari dunia game. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Dota.
Gamer kedua adalah Clinton ‘Fear’ Loomis. Berbeda dari rekan-rekan atlet eSport-nya, jalan Clinton menuju impian selalu dihadang tantangan. Namun ia sangat berdidikasi dan berbakat, Clinton menggunakan keahlian murni dan pengalaman untuk mengatasi keterbatasan yang dihadapinya. Kegigihan tersebut telah membawa berprestasi dari kota yang ditinggalinya, Medford, Oregon, ke Eropa, China hingga berpartisipasi dalam turnamen Dota 2 The International.
Yang terakhir adalah seorang gamer asal Singapura bernama Benedict ‘HyHy’ Lim. Di antara ketiga individu ini, ia merupakan yang termuda.
Lahir di tahun 1990, di usianya yang ke-17 tahun ia berhasil menjadi wakil Singapura dalam ajang Asian Cyber Games 2007 bersama kawan-kawannya. Di tahun selanjutnya, ia memenangkan Electronic Sports World Cup. Setelah itu, kini ia menjadi salah satu pilar pencetus komunitas Dota 2.
Info menarik: Rencana Selanjutnya dari Developer Game Celestian Tales Setelah Target Pendanaan Kickstarter Tercapai
Free To Play akan tayang secara premiere di The Castro Theatre tanggal 18 Maret 2014 di kota San Francisco, Kalifornia. Untuk Anda yang ‘kurang beruntung’ tidak bisa hadir di sana, jangan khawatir, Free To Play akan tersaji gratis via Steam pada tanggal 19 Maret besok. Berita baiknya lagi, Anda sudah dipersilakan melakukan pre-load sehingga saat waktunya tiba, Anda bisa langsung menyaksikannya.
Saran saya, jangan lupa ajak seluruh keluarga Anda menonton Free To Play. Film ini dibuat untuk ‘memanusiakan’ sisi kompetitif dari para gamer, dan mungkin membuka mata kita semua bagaimana ber-gaming bukanlah sekedar main-main, namun membutuhkan kegigihan dan dukungan dari orang-orang terdekat kita.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi FreeToPlaytheMovie.com.