Sebelum Anda beranjak ke artikel lain karena Anda bukan seorang dokter, ketahuilah bahwa ini juga bisa membawa dampak positif bagi para pasien.
Kita semua tahu bahwa seorang dokter berpengalaman pun terkadang bisa kebingungan menghadapi problem pasiennya. Saat situasinya seperti itu, mungkin sang dokter akan berkonsultasi dengan koleganya, atau melakukan riset terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Demi menyederhanakan semua prosesnya, sebuah startup asal Kanada ingin menawarkan solusi yang lebih efektif. Mereka belajar dari konsep yang dibawa Instagram, yakni berbagi foto selagi bertukar pesan.
Dinamai Figure 1, aplikasi iOS dan Android ini memang sudah tidak tergolong baru. Ia pertama dirilis di tahun 2013 dengan tujuan agar para dokter di berbagai belahan dunia bisa saling bertukar pendapat dan berkolaborasi dalam penanganan pasien.
Pada kenyataannya, komunikasi antar dokter via pesan teks sudah cukup umum dilakukan di Amerika Serikat. Setiap harinya, lebih dari 10.000 pesan SMS, WhatsApp dan email yang berisikan gambar dan pertanyaan dikirim di AS, berdasarkan paparan Dr. Joshua Landy, co-founder Figure 1.
Info menarik: Ilmuwan Ini Kembangkan Laser Penyembuh Luka
Tidak berlebihan jika kita menyebut Figure 1 sebagai Instagram-nya para dokter. Namun sejatinya semua ahli medis, termasuk perawat sekalipun, bisa memanfaatkan layanan ini. Pengguna Figure 1 juga bisa memperoleh verifikasi berdasarkan database yang tersedia secara publik.
Lalu apa kelebihan Figure 1 ketimbang SMS, WhatsApp atau email yang sudah menjadi sarana umum untuk bertukar pendapat bagi para ahli medis? Yang pertama, semua ahli medis yang tergabung di Figure 1 bisa turut berkontribusi, menghapus batasan bahwa yang bisa memberikan opini hanyalah mereka yang terdaftar dalam kontak.
Saat seorang dokter mengunggah foto ke Figure 1, ribuan dokter lain dari berbagai negara bisa memberikan komentar guna membantu mencarikan solusi. Ahli medis yang telah diverifikasi juga bisa di-mention guna meminta masukan darinya secara instan. Alhasil, diagnosa bisa segera diberikan kepada pasien, dan semua pihak pun diuntungkan.
Info menarik: Google dan Johnson & Johnson Kembangkan Robot Ahli Bedah
Kedua adalah faktor privasi, khususnya untuk kepentingan pasien. Figure 1 menetapkan sederet panduan yang harus diikuti kala seorang ahli medis ingin mengunggah foto pasiennya. Yang utama, wajah pasien, atau atribut apapun yang mudah dikenali, tidak boleh kelihatan.
Foto bisa di-edit secara langsung di Figure 1 guna menutupi bagian-bagian tubuh pasien yang mudah dikenali tersebut. Bagus-tidaknya foto tidak relevan di Figure 1, karena yang diutamakan adalah faktor berbagi dan belajar.
Pasien juga diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang akan disimpan oleh sang dokter. Setelah foto diunggah, tim Figure 1 akan me-review-nya satu per satu; foto yang melanggar panduan akan segera ditolak. Tidak segampang Instagram memang, tapi hal ini penting demi anonimitas pasien.
Jika Anda berprofesi sebagai dokter atau memiliki kenalan seorang ahli medis, coba Anda ceritakan soal Figure 1 ini. Aplikasinya di iOS bisa diunduh langsung dari App Store, dan Android dari Google Play.
Sumber: The Guardian.