Dibandingkan banner iklan, iklan dalam wujud video tentunya jauh lebih menarik di mata konsumen. Akan tetapi yang kerap menjadi masalah adalah koneksi internet. Video, seperti yang kita tahu, mengonsumsi data dalam jumlah cukup besar, sehingga penerapan video iklan di negara-negara berkembang seperti Indonesia terkadang terasa kurang efektif.
Untuk itulah Facebook merilis fitur Slideshow di bulan Oktober tahun kemarin. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan berbagai macam bisnis, baik yang berskala besar seperti Coca-Cola ataupun yang kecil, untuk menyajikan video iklan yang bisa ditonton di semua perangkat – termasuk feature phone – dengan kecepatan koneksi yang beragam.
Proses yang diperlukan untuk membuat video iklan Slideshow juga sangat simpel. Slideshow sejatinya terbentuk dari beberapa gambar – bisa menggunakan aset gambar lama yang diambil dari iklan televisi – yang kemudian dikemas menjadi video dengan efek animasi yang menarik perhatian. Berbeda dari video iklan biasa, konsumsi datanya sangatlah kecil.
Berkat Slideshow ini pula banyak brand yang tidak lagi merasa khawatir, mengingat iklan yang mereka buat dapat ditonton oleh konsumen yang memiliki koneksi internet dengan kecepatan terbatas – cuma terbatas di 2G misalnya. Dengan demikian, pesan dari brand pun dapat diantarkan secara utuh.
Facebook sendiri menjadi medium iklan yang efektif karena jangkauannya yang sangat luas. Interaksi antara pengguna dan pelaku bisnis juga berlangsung cukup erat di Facebook, sehingga pada akhirnya Slideshow bisa membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
Berdasarkan pengakuan Facebook, sejauh ini iklan Slideshow telah ditonton di 200 negara. Indonesia sendiri termasuk dari 10 negara berkembang dimana Slideshow terbukti efektif.