Selain menjadi jejaring sosial nomor satu di dunia, Facebook juga mengemban misi untuk menyediakan akses internet ke seluruh penghujung bumi.
Tahun lalu, Facebook, dimotori oleh CEO-nya sendiri memperkenalkan proyek Internet.org. Awal tahun ini, Facebook diam-diam meluncurkan aplikasi versi hemat yang disasarkan untuk pengguna perangkat Android dengan koneksi internet ala kadarnya.
Sebagai kelanjutan dari langkah demi langkah memenuhi misi mulia ini, Facebook meluncurkan software open-source bernama Augmented Traffic Control. Software ini dirancang agar pihak developer bisa melaukan simulasi jaringan seluler di berbagai negara, yang tentunya memiliki kapabilitas yang bervariasi, mulai dari 2G sampai dengan LTE.
Info menarik: Cara Menemukan dan Menghapus Aplikasi Atau Layanan yang Terhubung ke Facebook
Kisahnya bermula di awal tahun 2013, dimana sepasang developer Facebook mencoba melakukan simulasi jaringan 2G dalam skala kecil menggunakan sejumlah base station dan ponsel. Tujuannya adalah untuk mencermati bagaimana performa situs dan aplikasi Facebook kala digunakan via koneksi yang lemah seperti itu.
Perlahan, tim yang tadinya hanya terdiri dari dua orang tersebut berkembang menjadi cukup besar. Dan di pertengahan tahun 2013, mereka berhasil menelurkan versi optimal dari Augmented Traffic Control yang mampu menjalankan simulasi jaringan 2G, Edge, 3G dan LTE. Mereka juga merujuk pada jaringan seluler di beberapa negara berkembang seperti Brasil, Filipina, India, Indonesia, Kenya dan Nigeria.
Bermula dari situ, Augmented Traffic Control mulai banyak digunakan oleh divisi-divisi lain Facebook. Salah satunya adalah tim pengembang Facebook Messenger, dimana mereka berhasil membuat performa aplikasi Messenger menjadi lebih cepat dan stabil berkat eksperimen mereka dengan Augmented Traffic Control.
Tidak hanya itu, Augmented Traffic Control juga berjasa atas menurunnya jumlah data yang diperlukan oleh situs dan aplikasi-aplikasi milik Facebook.
Info menarik: Jualan di Grup Facebook Kini Makin Mudah Berkat Fitur Baru ini
Melihat manfaat besar dari Augmented Traffic Control, Facebook pun memutuskan untuk melepasnya ke tangan para developer lain melalui platform open-source GitHub. Dengan demikian, para pengembang web dan aplikasi bisa turut mengoptimalkan produknya dengan cara yang sama, yakni mencermati berbagai kondisi jaringan termasuk konsumennya yang memiliki jaringan seluler yang kurang stabil.
Harapan ke depannya adalah, Augmented Traffic Control bisa membantu para developer dalam menyediakan berbagai layanan yang tetap bisa diakses oleh para pengguna, tidak peduli seberapa cepat atau lambat koneksi internetnya. Aplaus untuk Facebook dan kemurahan hatinya berbagi dengan komunitas lain…
Sumber: Facebook Blog dan Wired. Gambar header: slow internet via Shutterstock.