Tahun 2018 sebentar lagi akan berakhir, dan tahun 2019 segera tiba. Bagi PlayerUnknown’s Battleground (PUBG), itu artinya musim kompetisi esports baru, dengan sistem baru yang lebih serius. Meski mendapat serangan dari Fortnite dan Call of Duty: Black Ops 4, game pelopor genre battle royale modern ini masih terus tumbuh, terutama di sisi esports. Tahun 2019 adalah momen penting untuk mendorong dunia esports PUBG ke titik kedewasaan.
Kompetisi esports PUBG 2019 mengadopsi sistem yang sedikit mirip dengan Dota Pro Circuit. Dalam pengumuman di situs resminya, PUBG Corporation (penerbit PUBG) menyatakan bahwa sepanjang 2019 akan ada sembilan kompetisi regional di sembilan negara berbeda. Enam wilayah di antaranya akan menggunakan sistem liga (pro league), sementara tiga sisanya menggunakan sistem turnamen (pro circuit).
Berikut ini wilayah yang menggunakan sistem kompetisi liga:
- Amerika Utara (National PUBG League/NPL)
- Eropa (PUBG Europe League/PEL)
- Korea (PUBG Korea League/PKL)
- Jepang (PUBG Japan Series/PJS)
- Tiongkok
- Taipei/Hong Kong/Makau
Tiga wilayah di bawah menggunakan sistem kompetisi turnamen:
- Asia Tenggara
- Amerika Latin
- Oseania
Dalam rangka menciptakan musim kompetitif yang teratur dan menjaga agar suasana kompetitif terus hangat sepanjang musim, PUBG Corporation menerapkan kalender kompetisi global yang harus dipatuhi. Kalender ini terbagi ke dalam tiga periode yang disebut Phase. Phase 1 berlangsung pada bulan Januari – Maret, Phase 2 bulan April – Juni, sementara Phase 3 di bulan Agustus – Oktober 2019. Semua kompetisi regional harus diadakan di dalam periode Phase yang sudah ditentukan.
Kemudian di luar tiga Phase itu, PUBG Corporation akan menggelar berbagai event global. Terdapat empat event global yang direncakan, dua di antaranya yaitu All-Star Games di bulan Agustus dan PUBG Global Championship 2019 di bulan November. Sementara dua event global lainnya belum memiliki wujud yang pasti.
PUBG Global Championship 2019 menjadi puncak sekaligus penutup musim. Tim terbaik dari masing-masing wilayah kompetitif maju untuk bertarung di turnamen tingkat dunia. Saat ini prize pool yang direncanakan adalah US$2.000.000, tapi PUBG Corporation sedang mencari cara untuk meningkatkan jumlah hadiah tersebut.
PUBG Corporation juga menerapkan aturan global terkait standardisasi struktur kompetisi. Mulai 2019, semua kompetisi profesional PUBG (termasuk kompetisi dari organizer pihak ketiga) hanya boleh menempatkan 16 squad di peta Erangel dan Miramar dalam mode First-Person Perspective (FPP). Sistem perhitungan poin, blue zone, serta item drop rate juga akan diseragamkan. Harapannya standardisasi seperti ini dapat mengurangi rasa frustasi para atlet PUBG, sekaligus memberi pengalaman menonton yang lebih menyenangkan pada para penggemar.
Meningkatnya perhatian perusahaan-perusahaan game terhadap stabilitas ekosistem esports marupakan pertanda baik, terutapa untuk para atlet. Masih sering kita mendengar bahwa kendala utama esports adalah sustainability, karena hanya tim-tim besar saja yang bisa mencari makan di lahan ini. Sementara tim-tim kecil lebih sulit hidup karena jarang mendapat uang hadiah turnamen.
Whalen Rozelle dari Riot Games pernah berkata bahwa kunci untuk esports yang sustainable adalah menciptakan sistem di mana semua orang mendapat insentif dari kesuksesan sebuah liga. Namun untuk mencapai hal itu dibutuhkan solusi yang kompleks, bahkan mungkin berbeda di tiap wilayah. Valve, maupun PUBG Corporation sepertinya punya pandangan yang sama.
Esports adalah industri yang masih cukup baru, jadi wajar bila saat ini belum ada sistem yang sempurna. Tapi kemajuan itu terus berjalan. Suatu hari nanti mungkin kita akan bisa menemukan solusi sistem esports yang ideal, dan esports bisa berdiri sejajar dengan industri olahraga konvensional seperti sepak bola, basket, atau American Football. Kita tunggu saja tanggal mainnya.
Sumber: PUBG Corporation