Engrasia yang dulunya dikenal sebagai penjual batik akhirnya resmi menjadi marketplace. Perubahan ini sendiri sebenarnya sudah ditetapkan sejak awal sesuai dengan visi dan misi Engrasia, hanya saja baru akhirnya benar-benar berubah menjadi marketplace pada 8 Januari lalu. Dengan perubahan model bisnis menjadi marketplace, Engrasia berharap dapat membantu para pengrajin lokal untuk mempromosikan dan menjual produknya dengan mudah.
Kepada Dailysocial, Co-Founder Engrasia Pandu Truhandito menjelaskan:
“Niat menjadi marketplace memang selalu ada sejak awal. Hanya saja di perjalanannya kami menghadapi banyak keraguan atas sustainability model bisnis ini. Tapi setelah lebih banyak berinteraksi dengan pengrajin, konsumen dan para mentor, kami menjadi semakin yakin. 8 Januari 2016 kemarin kami mengumumkan keputusan untuk 100% menjadi marketplace,”
Pihak Engrasia lebih jauh juga menceritakan tentang beberapa hal yang menjadi pertimbangan mereka sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi sebuah marketplace. Salah satunya adalah dengan menjadi marketplace mereka dapat memberikan harga yang 100% transparan dan lebih bisa fokus pada peningkatan jumlah penjualan dibanding keuntungan per barang.
Dua hal tersebut yang diharapkan mampu berimbas pada perputaran produk yang lebih cepat terjual, turn over produk pengrajin semakin cepat, dan pendapatan mereka juga akan bertambah dalam rentang waktu yang sama.
“Sekarang kami akan fokus menjadi curated marketplace di mana semua barang yang kami promosikan di Engrasia melalui proses seleksi terlebih dahulu. Ketika kami sudah lebih siap, kami akan membuka marketplace lebih luas di mana barang yang kami promosikan tidak semuanya melalui proses kurasi. Pilihan barang akan konsisten diambil langsung dari pengrajin lokal,” terang Pandu.
Potensi model bisnis marketplace di Indonesia menjanjikan. Startup berkonsep marketplace terus bermunculan meski dengan niche yang berbeda. Ketika dimintai pendapat tentang potensi marketplace di Indonesia, Pandu menjawab:
“Secara finansial, Indonesia belum sekokoh negara-negara barat dan kebanyakan rakyat Indonesia masih price sensitive. Kami melihat kondisi ini sebagai opportunity terbaik untuk terjadinya service/product democratization (everyone can have the same service/product dengan harga yang sama). Dari sisi produsen, marketplace bisa menyediakan tempat promosi yang demokratis bagi semuanya; tidak dipungut biaya dan performa mereka yang menentukan pendapatan mereka. Dari sisi pembeli, konsumen dapat membeli dengan harga transparan langsung dari produsen tanpa markup dari middleman (distributor/retailer). Produk yang paling laku adalah produk dengan kualitas bagus yang dijual dengan harga transparan.”
Di niche batik Engrasia bersaing langsung dengan Sanubaribatik, hanya saja Engrasia fokus di produk kain batik, sedangkan Sanubaribatik menjual produk jadi seperti kemeja, celana dan lain-lain.