Dark
Light

Empat Pertanda Buruk Anda Bukan Entrepreneur Sejati, Hanya Sekadar “Wantrepreneur”

1 min read
June 21, 2017
Empat Pertanda Buruk Anda Bukan Entrepreneur Sejati, Hanya Sekadar "Wantpreneuer" / Pixabay

Istilah entrepreneur sudah umum didengar, sebuah profesi yang membuat banyak pebisnis mandiri menelan ludah sendiri saat menghadapi ketakutan dan risiko saat menjalani bisnisnya sendiri. Berbeda dengan “wantrepreneur” yang konotasinya sedikit lebih negatif.

Seorang wantrepreneur pada dasarnya adalah orang yang ingin menjadi entrepreneur, banyak membicarakan ini itu dan mimpi memiliki bisnis tapi tidak pernah benar-benar mengikuti rencana mereka. Bila diringkas, wantrepreneur itu selalu mencari alasan apapun kondisinya. Di sisi lain, entrepreneur itu membangun bisnis.

Jika Anda ingin menghilangkan title wantrepreneur dan benar-benar ingin membangun bisnis, maka Anda harus hilangkan kebiasaan buruk yang bisa merusak aspirasi bisnis Anda.

Artikel ini akan membahas lebih jauh pertanda buruk dari wantrepreneur apa saja yang perlu Anda hilangkan untuk menjadi pengusaha sejati. Berikut rangkumannya:

1. Banyak berbicara, tidak akan aksi

Ketika memulai bisnis, sangat mudah untuk berandai-andai ide muluk tanpa melakukan tindakan nyata. Daripada melamun, lebih baik Anda ambil langkah nyata untuk merealisasikan mimpi.

Anda fokuskan pada item penting apa saja yang perlu Anda lakukan untuk membangun bisnis. Ini lebih baik daripada memikirkan semua potensi-potensi yang bisa Anda lakukan.

Kemudian, lakukan validasi ide dengan mencari konsumen pertama Anda sesegera mungkin. Tidak ada gunanya menyimpan ide bagus untuk diri sendiri, segera jual produk atau layanan cemerlang untuk hadir di pasaran.

2. Terlena dengan konten media sosial

Terlalu banyak membaca artikel di media sosial yang memberi tahu Anda betapa pentingnya media sosial sebagai kunci kesuksesan bisnis, akan membuat Anda jadi terlena.

Anda akan melupakan kunci penting bahwa media sosial bukanlah strategi pertumbuhan dan menggunakan setiap media sosial setiap hari tidak akan membuat bisnis jadi hancur. Lagipula, menghabiskan ongkos untuk beriklan di media sosial tidak akan berhasil bila Anda tidak memiliki produk yang valid dan dibutuhkan oleh pasar.

Daripada Anda tersedot di ranah media sosial, cobalah batasi berbagai distraksi terutama selama jam kerja. Buatlah rencana untuk merilekskan diri, jika perlu jelajahi situs favorit Anda.

Anda juga perlu membuat jadwal membalas email dan usahakan tidak perlu menjadi orang yang multi tasking. Dengan demikian Anda akan tetap fokus mengerjakan pekerjaan dan meminimalisir terjadinya kesalahan.

3. Mendengarkan ucapan semua orang

Melalukan profesi yang kurang umum seperti pemilik usaha seringkali menjadi buah bibir di kalangan Anda. Daripada membiarkan banyak suara dan negatif menginfeksi semangat kewirausahaan Anda, abaikan saja. Orang yang sebaiknya Anda dengarkan adalah konsumen Anda sendiri.

Kendati demikian, untuk memahami peran kecerdasan emosional demi kesuksesan bisnis, mendengar suara negatif dapat membantu Anad fokus pada hal-hal yang perlu diperbaiki.

4. Menunggu waktu “tepat”

Anda akan selalu bisa menemukan alasan bagus untuk menunda impian Anda dalam tiap harinya. Menjadi entrepreneur itu membutuhkan banyak keberanian dan keberanian itu menuntut tindakan, bahkan bila waktunya tidak terasa 100% benar.

Satu-satunya cara untuk mencapai visi Anda adalah dengan mencobanya, belajar dari kesalahan, dan terus bekerja. Begitu Anda mengambil langkah pertama yang menakutkan itu, Anda sudah mulai membantu momentum, membuat setiap tindakan ke depannya berturut-turut jadi lebih mudah.

Previous Story

Lewat Zolo Liberty+, Anker Siap Tandingi Apple di Segmen Earphone Tanpa Kabel

Next Story

Empat Cara yang Perlu Diterapkan Startup untuk Menuju “The Next Level”

Latest from Blog

Don't Miss

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Belajar Mobile Photography, Kiat Memotret dengan Kamera Smartphone

Mobile photography adalah salah satu skill penting yang perlu dikuasai

Tips Streetphotography dengan Ponsel 

Kami berbincang dengan mentor dari acara workshop foto Hybrid tentang