Fenomena digital kini tak dapat dihindari. Meski demikian, tak berarti masyarakat harus kehilangan nilai-nilai kearifan lokalnya. Di Indonesia, budaya gotong-royong telah mendarah daging dalam kehidupan bermasyarakat.
Konsep gotong-royong inilah yang ingin terjemahkan secara digital lewat platform Kitabisa.com, sebuah platform crowdfunding (penggalangan dana) yang menghubungkan seluruh masyarakat di Indonesia.
Sesi #SelasaStartup kali ini berbagi seputar pengalaman dalam membangun platform yang berdiri pada 2014 ini. Kitabisa.com telah mengampanyekan puluhan ribu campaign penggalangan dana, di mana sekitar 12.000 campaign sukses.
Satu hal yang pasti, mendirikan platform crowdfunding tak berarti langsung mengalami kesuksesan instan. Dalam perjalanannya hingga pada pencapaiannya saat ini, banyak penemuan menarik yang juga dapat menginspirasi khalayak dalam mengembangkan platform serupa.
Berikut ini pengalaman yang diperoleh Co-Founder dan Chief Product Officer Kitabisa.com Vikra Ijas di sesi #SelasaStartup.
Pendekatan melalui influencer dan komunitas
Faktanya menyukseskan sebuah kampanye donasi digital ternyata memerlukan dorongan lebih untuk menggerakan masyarakat. Di tahun-tahun pertamanya, Vikra mengaku memanfaatkan strategi publik figur untuk mendorong pertumbuhan Kitabisa.com.
Fokus utamanya saat itu adalah pendekatan melalui sosok atau figur yang populer untuk menyebarkan pesan atau informasi dari campaign tertentu.
“Pada suatu kampanye, ada selebriti yang ikut meramaikan. Ini menjadi pendekatan sukses, terutama apabila selebriti tersebut punya passion di situ. Jadi sebetulnya (campaign ini) jangan sekadar bawa jargon saja,” ungkapnya.
Selain artis, komunitas juga memiliki pengaruh sangat kuat dalam menyukseskan sebuah campaign penggalangan dana. Partisipasi komunitas akan menggerakan lebih banyak orang untuk ikut berdonasi.
Vikra mencontohkan sebuah kasus di mana saat bencana asap di Riau terjadi, campaign penggalangan dana justru datang dari sebuah komunitas suporter sepakbola.
Peran media sosial pertemukan audiensi yang tepat
Media sosial memiliki peran begitu besar dalam memviralkan sebuah cerita di dunia maya. Hal ini turut berlaku dalam penggalangan dana yang dilakukan secara online. Menurut Vikra, campaign yang diiklankan melalui media sosial dapat sukses apabila bertemu dengan audiensi yang tepat.
“Ketika story needs the right audience, media sosial menjadi channel yang tepat. Return on Investement sangat bagus dan jelas. Budget juga lebih efisien karena tidak seberapa (yang dihabiskan). Dan di sini tidak ada kompetisi,” ungkap Vikra.
Kendati demikian, dalam kasus ini, tidak semua campaign perlu diiklankan melalui channel media sosial. Hal ini bergantung pada kekuatan kampanye itu sendiri dan kategori yang diiklankan, misalnya pendidikan atau pertolongan medis.
Ia mencontohkan, di Kitabisa.com, pihaknya baru mengeluarkan budget untuk campaign di media sosial pada tahun 2016. Budget yang dikeluarkan berkisar Rp 1-2 juta dan hanya untuk beberapa campaign yang perlu diangkat ke media.
Peningkatan layanan dan eksperimen melalui aplikasi
Disadari atau tidak, tampaknya tak semua platform penggalangan dana menghadirkan layanannya dalam bentuk aplikasi. Pada dasarnya, layanan crowdfunding sebetulnya tidak begitu membutuhkan aplikasi yang mengikat pengguna.
Hal ini diakui Vikra di tahun ketiganya mengembangkan Kitabisa.com. Ia tak yakin ada pengguna yang memakai aplikasi hanya sekadar untuk berdonasi. Namun, setelah mempelajari perilaku penggunanya, Vikra mendapat penemuan menarik.
“Dari proper research yang kami lakukan, ternyata ada donatur yang sering berdonasi. Setelah perdebatan tiga tahun, kami memutuskan untuk bikin aplikasi,” katanya.
Dengan aplikasi, banyak hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan sebuah layanan. Vikra mengungkap pihaknya dapat melakukan eksperimen layanan untuk pengguna aplikasi. Sementara, pengguna yang tidak memakai aplikasi dapat difokuskan pada content marketing.
Tetapkan fokus pada kategori kampanye tertentu
Platform crowdfunding semacam Kitabisa.com mengampanyekan berbagai macam kategori, mulai dari pendidikan, medical emergency, hingga anak-anak. Semua kategori memang terbilang penting, namun tetap ada prioritas yang membutuhkan dorongan lebih.
“Medical emergency selalu menjadi kategori terbesar. Tanpa perlu pasang iklan dan billboard, kategori ini akan growing dengan sendirinya. Bukan karena kategori lain tidak penting, tetapi biasanya untuk kategori semacam ini lebih cepat karena sangat dibutuhkan cepat,” ungkap Vikra.
Menurut Vikra, mengembangkan platform ini tak sekadar hanya membuat produk yang tepat sasaran, tetapi juga fokus pada kategori campaign tertentu dinilai cukup penting. Hal ini ternya berdampak signifikan terhadap pertumbuhan platform Kitabisa.com
“Ide utamanya adalah bantuan kemanusiaan dan kami ingin memberikan contoh yang baik tentang bagaimana bergotong-royong secara digital.”