Richard Wiseman, seorang profesor psikologi di University of Hertfordshire Inggris, telah mempelajari orang-orang yang beruntung selama lebih dari dua dekade. Ia mengatakan bahwa keberuntungan itu bukan hanya kebetulan semata, namun dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Kabar baiknya Anda bisa mengadopsi kebiasaan orang-orang beruntung tersebut, untuk mulai menciptakan keberuntung Anda sendiri.
Dalam bisnis ada hal-hal yang bisa diukur, diprediksi untuk tingkat kesuksesannya, namun sering kali faktor keberuntungan bermain peran di sini. Orang percaya itu, beberapa waktu lalu saat mewawancarai Pendiri Veritrans Ryu Kawano, ia mengakui dalam bisnis faktor keberuntungan juga berperan. Pendapatnya kerja keras membuka pintu keberuntungan. Kemarin Pendiri Sribu Ryan Gondokusumo juga menyinggung keberuntungan dalam tulisan pengalamannya yang lugas saat mencari suntikan dana untuk perusahaan.
“Keberuntungan umumnya dianggap kekuatan eksternal, kadang kita beruntung dan kadang tidak,” kata Wiseman, penulis buku The Luck Factor. Selama ini kita berpikir bahwa keberuntungan berada di luar kuasa kita, sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Namun penelitian mengatakan sebaliknya, bahwa orang yang beruntung terbagi dalam empat karakteristik. Kita semua dapat mengadopsi kebiasaan tersebut.
1. Mereka memaksimalkan peluang yang ada
Sebenarnya orang-orang beruntung tersebut, ternyata adalah mereka yang pintar menciptakan dan memperhatikan peluang. Mereka melakukan ini dengan berbagai cara, termasuk jaringan hingga selalu bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
“Tanpa mereka sadari perilaku mereka cenderung senang berbicara dengan banyak orang, membuat orang tertarik terhadap mereka, dan pintar menjaga hubungan dengan orang lain,”ujar Wiseman. Tindakan ini mengakibatkan terbukanya potensi peluang yang sangat besar.
Orang yang beruntung tanpa sadar selalu membuat hidupnya menarik, seperti mencoba rute baru bekerja, atau tempat makan yang berbeda atau mengunjungi kedai kopi yang berbeda. Mereka senantiasa memperkenalkan berbagai hal baru ke dalam kehidupan mereka. Tidak membiarkan rutinitas mengukungnya.
2. Mendengarkan insting mereka
Orang beruntung membuat keputusan dengan mengikuti intuisi mereka. Dalam penelitiannya, Wiseman menemukan bahwa mereka percaya kepada insting 90 persen untuk urusan hubungan pribadi, dan 80 persen dalam menentukan pilihan karier mereka. Mereka juga suka berlatih meditasi.
“Namun meditasi bukan cara yang mengembangkan perasaan intuitif. Sebaliknya, meditasi bertujuan menggunakan waktu untuk membersihkan pikiran dari gangguan. Ketika pikiran Anda tenang, intuisi akan bekerja dengan maksimal.”
3. Mereka mengharapkan keberuntungan
Orang beruntung cenderung optimis tentang masa depan. Dalam penelitian Wiseman, ia menemukan bahwa orang yang beruntung memiliki harapan yang lebih tinggi. Mereka percaya bahwa peristiwa-peristiwa tak terduga, dan tak terkendali secara konsisten akan membantu mereka. Hal ini kebalikan dari orang tidak beruntung. Mereka percaya peristiwa di luar kendali mereka akan selalu melawan mereka.
“Orang beruntung selalu yakin bahwa masa depan akan menjadi fantastis. Harapan ini memberikan pengaruh besar atas pikiran dan perilaku sekitar. Mereka mencoba untuk mencapai tujuan mereka dan bertahan dalam menghadapi kegagalan.”
4. Mereka selalu melihat hal yang baik
Orang beruntung juga mengalami kemalangan dan masalah, tetapi mereka mengatasinya dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, Wiseman menggambarkan bahwa orang beruntung saat sial, mereka akan membayangkan hal bisa saja terjadi lebih buruk dari yang dialaminya. Mereka membayangkan skenario yang lebih buruk dari kemalangan yang menimpanya.
Orang yang beruntung juga berusaha mengubah keadaan tidak menyenangkan dengan cara melihat sisi positif atau yang baik. Mereka tidak memikirkan nasib buruk, sebaliknya mereka berasumsi bahwa sesuatu yang lebih baik berada di depannya. Itulah sebabnya saat gagal, mereka bangkit lebih cepat. Bertindak sigap, dan selalu menangkap kesempatan yang ada di depan matanya.