Tren belanja online yang kian digemari masyarakat Indonesia termasuk menjadi perhatian PT Electronic City Indonesia selaku pemilik gerai produk barang elektronik. Dalam sebuah kesempatan Direktur Electronic City Ferry Wiraatmadja menyampaikan bahwa pihaknya menyiapkan investasi 200 miliar Rupiah untuk mendukung rencana penguatan layanan e-commerce-nya.
Tahun ini Electronic City bertekad untuk memperkuat infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia untuk memaksimalkan momen perbelanjaan online. Investasi besar tersebut digelontorkan lantaran Electronic City sebelumnya juga telah merasakan dampak popularitas belanja online.
Pihak Electronic City mengkonfirmasi bahwa terdapat pertumbuhan sebesar 600 persen secara year on year (yoy) untuk pembelanjaan barang melalui situs online yang dimilikinya. Meskipun belum membuahkan dampak signifikan dari sisi pendapatan, Electronic City meyakini bahwa potensi ini masih bisa ditingkatkan dengan penguatan platform dan strategi lain yang membarengi.
Penguatan e-commerce tak hanya dari sisi teknologi atau platform penyangga saja
E-commerce saat ini memang begitu bertumbuh. Selain memberikan keriuhan dari sisi kebijakan yang “berusaha melindungi“, di lapangan isu-isu non-teknis juga makin bermunculan. Hampir dipastikan sudah sangat jarang ditemui masalah terkait dengan platform, justru yang saat ini disoroti adalah isu terkait dengan terjadinya fraud dan “pedagang nakal”, terutama bagi layanan online marketplace.
Kasus barang yak tak sesuai, pengiriman lama, serta customer support yang lamban saat ini cukup santer dibicarakan publik. Risikonya bisa menciutkan minat masyarakat Indonesia yang sedang dalam tahap pematangan pengalaman saat berbelanja online.
Hal ini bisa menjadi catatan untuk Electronic City atau yang lainnya yang hendak memaksimalkan platform-nya dalam memaksimalkan rumusan kebijakan ini. Pada dasarnya, penguatan secara teknis dan non-teknis harus beriringan, sehingga menciptakan sebuah sistem yang mempermudah sekaligus melindungi konsumen.