Rabu (22/01) lalu, AppsFlyer selaku pengembang platform atribusi pemasaran mengumumkan perolehan pendanaan baru dalam putaran seri D senilai US$210 juta. Investasi tersebut dipimpin oleh General Atlantic, perusahaan ventura yang juga memimpin pendanaan seri C Ruangguru. Modal tambahan tersebut akan turut dialokasikan untuk ekspansi, salah satunya dengan membuka kantor di Jakarta.
Guna menggali lebih dalam mengenai rencana bisnis ke depan, DailySocial berkesempatan untuk mewawancara President & Managing Director APAC AppsFlyer, Ronen Mense. Ia mengatakan, sebelum rencana pembukaan kantor baru ini sebenarnya layanan yang disuguhkan sudah menjangkau konsumen di Indonesia selama kurang lebih lima tahun terakhir, termasuk telah digunakan oleh startup digital seperti Gojek, Tokopedia dan Tiket.com.
Layanan atribusi AppsFlyer
OneLink adalah produk awal yang mereka kenalkan, memungkinkan pemasar cukup menggunakan satu tautan untuk membagikan konten/aplikasi yang terkustomisasi. Misalnya suatu merek menyediakan platform belanja yang didesain untuk berbagai jenis perangkat, pemasar bisa mengkondisikan dengan satu tautan yang sama pengguna Android bisa yang membuka tautan bisa diarahkan ke PlayStore, pengguna iOS ke AppStore sementara untuk platform lainnya ke aplikasi web. Tidak perlu tautan berbeda-beda.
AppsFlyer pun turut sediakan dasbor analisis untuk bantu pemasar mendapatkan statistik dari konversi pengguna yang didapat. Layanan atribusi melakukan agregasi untuk tindakan-tindakan yang dilakukan pengguna, tidak hanya klik dan install, namun termasuk juga proses uninstall, sehingga memudahkan untuk melakukan kalkukasi perhitungan traksi. Selain untuk platform mobile, layanan atribusi tersebut juga mulai diaplikasikan di layanan OTT.
“Tahun 2020 kami memprediksi bahwa wilayah Asia Pasifik akan memegang nilai pembelanjaan iklan di aplikasi (app-install ad spend) terbesar di dunia dengan nilai 30 juta dolar AS. Dengan volume dan skala yang masif di wilayah mobile-first ini, para pemasar akan lebih sulit untuk melihat bagaimana mereka dapat mengoptimalkan dana pemasaran mereka,” terang Ronen.
Lebih lanjut Ronen menjelaskan adanya bahaya yang dari eksposur kecurangan (fraud exposure) terhadap merek dan pengguna. “Sayangnya kawasan ini justru menjadi tempat teratas di dunia dalam hal pertumbuhan fraud, 60% lebih tinggi dari angka rata-rata global. Pendanaan juga akan digunakan untuk memperkuat platform terbuka kami bagi mitra dan pengembang pihak ketiga, memberi mereka fleksibilitas untuk menambahkan solusi khusus di atas apa yang kami miliki.”
Ingin lebih dekat dengan mitranya
“Model bisnis AppsFlyer adalah SaaS. Setiap pelanggan membayar biaya lisensi yang bervariasi berdasarkan produk yang digunakan dan skala penyesuaian yang diperlukan,” terang Ronen.
Secara mendetail, Ronen masih enggan menyebutkan lokasi spesifik kantor AppsFlyer di Indonesia, juga target bisnis yang diharapkan dari ekspansi tersebut. Namun disampaikan, selain pengembangan bisnis pembukaan kantor baru ini dilakukan agar perusahaan lebih mudah terhubung dengan mitranya, untuk membantu mereka mendapatkan keuntungan maksimal dari penggunaan platform.
Sebelumnya sudah ada perusahaan yang tawarkan solusi serupa, misalnya AppLift dan Adjust. Mereka juga telah membuka kantor perwakilannya di Jakarta sejak tahun 2017 lalu. Banyaknya perusahaan yang mulai manfaatkan aplikasi mobile dinilai jadi peluang besar bagi pengembang platform atribusi untuk kembangan bisnis.